NYATANYA.COM, Magelang – Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Romza Ernawan mengatakan salah satu solusi untuk menghindari gagal panen tembakau adalah dengan menerapkan sistem tumpang sari.
Seperti saat ini, musim penghujan datang lebih awal, hal itu menjadi kendala bagi petani tembakau dalam mengolah pasca petik daun, yaitu penjemuran yang sudah dirajang.
“Idealnya, daun rajangan tembakau harus kering dalam satu hari, maka ketika musim penghujan hal itu menjadi kurang maksimal, serta berpotensi mengurangi kualitas tembakau,” ucap Romza, Senin (27/9/2021).
Romza menerangkan, di wilayah Kabupaten Magelang tembakau masih menjadi komoditas yang menarik bagi petani. Sehingga setiap musim tanam, banyak petani yang menanam tembakau dengan harapan dapat untung besar.
Di Kabupaten Magelang cukup banyak petani yang rutin tanam tembakau setiap tahunnya, diantaranya daerah Kecamatan Windusari, Pakis, Ngablak, Tegalrejo, Muntilan, Sawangan, Mungkid, Mertoyudan dan Borobudur.
“Tentunya hal ini jangan sampai membuat petani mengalami kerugian besar karena gagal panen akibat pengaruh cuaca. Maka sistem tumpang sari menjadi solusi,” ungkap Romza.
Menurut Romza, sudah banyak petani yang menerapkan sistem tumpang sari, meskipun belum semuanya. Dengan sistem tumpang sari tersebut petani bisa mendapatkan panen cadangan dari tanaman selain tembakau.
Dalam sistem tumpang sari ini, ladang tembakau tidak hanya ditanami tembakau tetapi juga tanaman palawija lainnya.
“Bila pada akhirnya tembakau kurang bagus, petani masih mempunyai cadangan panen dari tanaman yang turut ditanam mendampingi tanaman tembakau,” harapnya.
Romza menambahkan, kendala utama yang sulit ditanggulangi dalam proses tanam tembakau adalah cuaca, yaitu hujan. Karena selain mengurangi kualitas penjemuran rajangan daun tembakau, daun yang belum dipetik juga akan turun kualitasnya bila curah hujan terlalu tinggi.
“Jangan sampai hanya tembakau yang diandalkan tanpa didampingi tanaman lainnya karena saat ini cuaca sulit diprediksi,” imbuh Romza.
Salah satu petani tembakau, Roji, warga Carikan Desa Deyangan, Mertoyudan Magelang menuturkan, dirinya menanam tembakau tanpa tanaman pendamping karena di lahan persawahan.
“Tembakau kami tergolong tembakau sawah, bukan tembakau ladang, sehingga kami kesulitan menerapkan sistem tumpang sari,” ujar Roji.
“Saat ini harga tembakau memang belum naik, namun masih ada harapan karena belum di puncak masa panen. Harapannya semoga harga bisa naik, kendati sudah turun hujan. Kami juga belum mengetahui keuntungan atau kerugian, nanti setelah musim tembakau berakhir baru bisa diketahui untung ruginya,” imbuhnya. (*)