Home / Panggung

Senin, 18 April 2022 - 15:34 WIB

Baca Puisi “Malam Selikuran di Kotagede”, Momentum Kembalikan Semangat Kebudayaan para Wali

Sigit Sugito Penggagas Malam Selikuran di Kotagede. (Foto: Istimewa)

Sigit Sugito Penggagas Malam Selikuran di Kotagede. (Foto: Istimewa)

NYATANYA.COM, Yogyakarta – Momentum “Malam Selikuran” dalam bulan Ramadan memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Jawa pada umumnya. Pada momentum itu diyakini menjadi awal turunnya Malam Lailatul Qodhar pada malam-malam hitungan ganjil berikutnya.

Malam Lailatul Qodhar, suatu malam yang memiliki nilai kebaikan setara dengan 1000 bulan atau 80 tahun, bagi mereka yang melakukan amalan solih dan kebaikan bertepatan di malam itu.

“Ini malam-malam yang sangat besar nilainya bagi proses kehidupan manusia, sehingga kita memandang perlu untuk memanfaatkan momentum itu sebagai bagian dari sebuah proses mendekatkan diri dalam kesadaran refleksi kehidupan,” urai Sigit Sugito penggagas Kegiatan Malam Selikuran di Kotagede, Minggu (17/4/2022).

Menurut Sigit, Kotagede sebagai tonggak kejayaan kerajaan Mataram Islam memiliki keunikan tersendiri, dimana antara agama dan budaya dapat bersinergis dalam kehidupan masyarakatnya yang riligius sekaligus humanis dalam kesehariannya.

Baca juga   Sampai Hari Ini Tak Ada Laporan KIPI Vaksinasi Booster di Yogya

Suasana yang adem ayem tidak lepas dari pengaruh ajaran para wali (Wali Songo) dimasa lampau yang hingga saat ini atmosfirnya masih terjaga dengan baik.

Menurut dia dihelatnya acara Pembacaan Puisi Malam Seribu Bulan, setidaknya mengembalikan semangat riligiusitas dan berkebudayaan yang telah ditanamkan para wali yang memanfaatkan kesenian sebagai media dakwah.

“Akulturasi budaya yang telah dirancang oleh para wali dengan memasukan budaya asli masyarakat Jawa ke dalam media berdakwah, menjadi identitas tersendiri sebagai Islam Jawa penuh dengan laku spiritual,” tuturnya.

Tidak hanya dalam mengemas ajaran agama Islam menjadi mudah dipahami dan memikat masyarakat Jawa saat itu, para wali juga memasuki ranah sastra dan kebudayaan yang kemudian memunculkan berbagai kajian dalam bentuk suluk serta tembang pujian yang indah. Suasana itulah yang meurut Sigit penting dikembalikan dalam semangat “Malam Selikuran” ini.

Baca juga   Baznas Kota Yogya Beri Santunan Kepada Korban Klithih

Dijelaskan Sigit kegiatan yang bertajuk “Malam Selikuran di Kotagede” akan dihelat pada Sabtu (23/4/2022) malam dertempat di Gedung Pertemuan Amongtangga, Selakraman Kotagede.

Mereka yang direncakan hadir antara lain Heroe Poerwadi Wakil Walikota Yogyakarta yang akan memberi Pidato Pembuka serta Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Drs. H. Afnan Hadikusumo yang akan menyampaikan orasi budaya terkait makna Malam Seribu Bulan.

Acara yang merupakan kolaborasi antara masyarakat kotagede dan Oemah Pitulungan ini, akan menampilkan sejumlah tokoh seperti Budi Masyuri (ombusman), Heniy Astiyanto (tokoh masyarakat Kotagede, Hazwan Iskandar Jaya (komisioner KIPD), Erwito (Budayawan),Satriya Wibawa (Oemah Pitulungan), Arya Timur (putra Muhammad Diponegoro) dan Arif Noor Hartanto (inung) mantan anggota DPRD DIY, selain itu acara juga akan dimeriahkan penampilan musikalisasi puisi oleh kelompok Teater Payung Imogiri.

(*/N2)

Share :

Baca Juga

Charly Van Houten. Foto: @charly_setiaku

Panggung

Charly Van Houten Kecelakaan di Tol Cipularang, Mobil Ringsek, Satu Kru Luka Berat
Jessica Mila. (Foto: Instagram @jscmila)

Panggung

Totalitas Jessica Mila Jadi Muslimah di Film Mengejar Surga yang Tayang 26 Mei 2022
Bandung mendeklarasikan diri sebagai “Kota Angklung”, Sabtu 21 Mei 2022. Deklarasi dibacakan oleh sejumlah tokoh angklung dan disaksikan Wali Kota Bandung Yana Mulyana di Balai Kota Bandung. Foto: bandung.go.id

Panggung

Mantap! Deklarasi Bandung Kota Angklung dan Launching Maskot Si Bitung
Bob Tutupoly. Foto: Ist

Panggung

Penyanyi Legendaris Indonesia Bob Tutupoly Meninggal Dunia
Ganjar Pranowo dan Denny Caknan di konser musik Jazz di Atas Awan, Dieng Culture Festival (DCF) 2022, Jumat (2/9/2022) malam. Foto: Diskominfo Jateng

Panggung

Ganjar dan Denny Caknan Hangatkan Jazz di Atas Awan Dieng Culture Festival
Workshop "Dibalik Proses Kreatif Fotografi Wayang" dengan menghadirkan sejumlah narasumber. (Foto: Humas Pemkot Yogya)

Panggung

RUMAKET Gelar Workshop “Dibalik Proses Kreatif Fotografi Wayang”
Bedhaya Asthadikpalaka bermakna delapan dewa penjuru mata angin yang menguasai dan mengatur dunia. Foto: Ist

Panggung

Mistis dan Sakral, Bedhaya Asthadikpalaka Karya Bai Populo Diluncurkan
Munir Kahar (pakai rompi) usai pembukaan pamerannya di kompleks Studio Kalahan. Foto: Ist

Panggung

Munir Kahar, Perupa Kelahiran Malang yang Tinggal di AS Gelar Pameran Tunggal di Studio Kalahan