NYATANYA.COM, Sleman – Ada yang berbeda pada pertemuan bulanan yang rutin dilakukan antar anggota KSP (Koperasi Simpan Pinjam) Bank Difabel Ngaglik kali ini.
Kalau biasanya hanya berupa kegiatan simpan pinjam, pada edisi pertama di tahun 2022 ini ada petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan kesehatan para anggota.
Posbindu (pos binaan terpadu) berupa pemeriksaan kesehatan ini diselenggarakan dengan tujuan untuk memantau dan meningkatkan kesehatan anggota yang mayoritas adalah penyandang difabel.
Sejak dimulai sekitar tahun 2007, kegiatan posbindu ini sempat terhenti selama 2 tahun karena pandemi Covid-19 dan baru kali ini dilaksanakan lagi.
Hal ini dijelaskan oleh Kuni Fatonah, Ketua KSP Difabel yang juga sekretaris Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kapanewon Ngaglik saat mengikuti kegiatan ini di Padukuhan Panggungsari RT 09/RW 23, Kalurahan Sariharjo, Kapanewon Ngaglik, Kabupaten Sleman, Minggu (30/1/2022).
“Rangkaian kegiatan diselenggarakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, di mana para peserta setelah menandatangani daftar hadir, melakukan pemeriksaan kesehatan, membayar simpan pinjam, lalu dipersilahkan pulang untuk mengurangi kerumunan,” jelas Mbak Kuni, panggilan akrabnya.
Lebih lanjut Mbak Kuni menjelaskan bahwa Posbindu diselenggarakan atas kerjasama antara KSP Difabel dan PPDI dengan Bapel Jamkesos (Badan Pelaksana Jaminan Kesehatan Sosial) dan Puskesmas Ngaglik 1. Adapun pelaksana kegiatannya juga dibantu pendamping dan anggota KSP.
Untuk meningkatkan kapasitas pelayanan Posbindu, akan diselenggarakan pelatihan penanganan Posbindu bagi beberapa anggota KSP yang akan berperan juga sebagai relawan kegiatan Posbindu. Pelatihan akan diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Sleman pada tanggal 5 Februari 2022 mendatang.
“Usai pelatihan sebagai kader Posbindu nanti, KSP Difabel Ngaglik akan melakukan evaluasi, persiapan, dan perencanaan kegiatan Posbindu difabel untuk kegiatan yang akan datang,” jelas Mbak Kuni lagi.
Sementara itu Sakir, salah seorang pendamping KSP Difabel Ngaglik menjelaskan bahwa jumlah anggota KSP ada 92 orang yang berasal dari 10 wilayah kapanewon di Kabupaten Sleman.
“Dengan penyelenggaraan posbindu yang diikutkan dalam kegiatan simpan pinjam, diharapkan akan lebih banyak peserta yang hadir dalam pelayanan Posbindu,” jelas Sakir.
Dalam rapat evaluasi dan koordinasi antara KSP Difabel dengan Bapel Jamkesos dan Petugas Puskesmas Ngaglik 1 usai acara posbindu, ditemukan perbedaan cakupan kegiatan.
Bapel Jamkesos hanya memfasilitasi difabel saja padahal dalam kegiatan posbindu ini pesertanya termasuk istri atau suami sebagai pendamping yang selalu membersamai difabel.
Selain itu, masalah lainnya adalah Puskesmas Ngaglik 1 cakupan wilayah pelayanan kesehatannya hanya pada wilayah Ngaglik saja, sementara anggota KSP yang menjadi peserta posbindu juga berasal dari kapanewon lain di wilayah kabupaten Sleman.
“Ini menjadi tantangan tersendiri bagi pengurus PPDI dalam upaya memberikan pelayanan terbaik. Semoga akan ada solusinya,” tandas Mbak Kuni.
(*/N1)