NYATANYA.COM, Magelang – Lima desa wisata di Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, mempunyai karakter berbeda sebagai daya tarik wisata, namun saling melengkapi antara satu dengan yang lain.
Menariknya, Komunitas Sumbing Exotic yang mengelola destinasi tersebut, membuat rambu-rambu untuk mengontrol investor dari luar yang masuk.
“Kelima desa wisata, yakni Desa Temanggung, Mangli, Kebonlegi, Adipuro dan Desa Wisata Munggangsari,” kata Sekretaris Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, M. Hariyadi saat talkshow melalui program Jamus disiarkan langsung oleh Radio Gemilang 96,8 FM dari halaman Kecamatan Kaliangkrik, Selasa (2/8/2022).
Talkshow melalui program Jamus Radio Gemilang 96,8 FM, sebagai nara sumber M. Hariyadi, pengelola Nepal Van Java, Lilik Setiawan dan David Masruchan pengelola Taman Pagoda.
Talkshow kerjasama Dinas Komunikasi dan Informatika, Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga, Pesona Magelang dan DTW Kabupaten Magelang, disiarkan langsung melalui chenel youtube GemilangFMNews Official.
Menurut Hariyadi, lima destinasi di Kecamatan Kaliangkrik, diantaranya Neval Van Java, Silancur Highland, Mangli Sky View, Kebunlegi, Taman Bunga Pagoda.
“Sekarang ada Komunitas Jeep Sumbing Exotic yang bisa mengantar pengunjung untuk diajak langsung melihat view untuk melihat langsung. Selama liburan, kunjungan wisatawan mengalami kenaikan cukup bagus,” terang Hariyadi.
Ketua Komunitas Sumbing Exotic, Lilik Setiawan menjelaskan, terbentuknya komunitas sebagai wadah untuk pengembangan wisata di Kaliangkrik dan sekaligus sebagai daya dukung.
“Jadi, dengan komunitas ini, bagi desa yang belum mempunyai destinasi wisata, tetap bisa berkontribusi menjadi pelaku wisata, seperti adanya Jeep wisata,” ujarnya.
Melalui Komunitas Sumbing Exotic, untuk pengembangan wisata di wilayah Kecamatan Kaliangkrik sebagai daya dukung. Bisa melengkapi, saling suport, melengkapi dan kolaborasi.
Dasarnya, untuk pembagian dan pemerataan destinasi wisata. Tujuannya, bagi desa yang belum mempunyai destinasi, namun tetap bisa berkontribusi pengembangan ekonomi masyarakat, termasuk UMKM.
“Pemilik kendaraan ini, adalah teman-teman desa lain yang bisa terkoneksi,” tambahnya.
Pengelola Objek Wisata Taman Pagoda, David Masruchan menambahkan, pengelola wisata menjadi penghubung antara destinasi wisata yang satu dengan yang lain, agar bisa lebih guyup dan saling mendukung.
Terutama jika ada investor yang akan masuk, bisa terfilter dan terkontrol, sehingga tidak merugikan pengelola pariwisata alam tersebut.
“Paguyuban juga berfungsi menjadi filter, agar tidak terjadi kapitalisasi areal pariwisata oleh investor dari luar, sehingga bisa merugikan warga masyarakat sekitar, terutama pemilik lahan agar tidak tergiur untuk menjual tanah. Tapi model kontrak tanah dengan batas waktu maksimal lima tahun,” tambahnya.
(*/N3)