NYATANYA.COM, Yogyakarta – Yogya bagi Yusman, pematung enam presiden merupakan tanah kelahiran keduanya, setelah tanah kelahirannya Sukamenanti, Pasaman, Sumatera Barat.
“Yogyakarta bagi saya adalah tanah kelahiran dalam membentuk diri hingga jadi seperti saat ini,” ucap Yusman di sela Pameran Seni Rupa Hamemayu Bhumi Ngayogyakarta yang berlangsung di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, baru baru ini.
Dijelaskan Yusman, sebagai orang yang ditempa dan dibesarkan dalam berkarya dengan keistimewaan budaya sehingga membentuk kepribadian dan karya karya yang tidak dapat lepas dari perjalanan Yogyakarta sebagai kota Budaya, Pendidikan, Pariwisata, Perjuangan, Pelajar, kota Republik dan Batik.
Dalam pameran Seni Rupa Hamemayu Bhumi Ngayogyakarta dalam rangka memperingati lahirnya UUK ini, Yusman memajang karya pribadi yang memiliki konsep Keistimewaan Yogyakarta yang didukung oleh eksistensi dua kerajaan Kasultanan Ngayogyakarta dan Kadipaten Pakualaman yang memiliki kesejarahan panjang hingga terwujudkan Keistimewaan saat ini.
Selain itu menurut Yusman, berbagai predikat yang membuat nama Yogyakarta masyur dan harum dikenal berbagai bangsa bangsa dunia.
Tidak lepas dari eksistensinya sebagai kota Pelajar dan Pendidikan, Budaya, Pariwisata, Perjuangan dan Kota Republik dan predikat bergengsi dari Unesco sebagai kota warisan budaya batik dunia.
“Berbuah Enam ini konsep karya tentang keistimewaan Yogyakarta yang saya dedikasikan bagi kota telah memberikan banyak pelajaran kehidupan sebagai seorang seniman untuk berkarya dari mulai nol hingga capaian saat ini,” tutur suami Murti Yuni Anawati (Nunik).
Patung setinggi 375 Cm berbahan alumunium ini menggambarkan semangat bertumbuhnya enam keistimewaan dalam pandangan Yusman yang menjulang menuju fokus meruncing naik meninggi.
Patung yang menurut Yusman karya terkini (2023), merupakan salah satu tonggak karya pribadi yang memiliki sejarah bagi perjalanan berkaryanya selama ini.
“Ini bentuk sumbangsih karya saya bagi Yogyakarta dengan segala keunikan budaya yang menjadi identitas kota budaya ini,” tutur bapak empat anak Rizki, Deva, Intan dan Reno yang mukim di Tegal Senggotan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul. (N3)