NYATANYA.COM, Jakarta – Masyarakat sering mengartikan La Nina sebagai badai, padahal berdasarkan penjelasan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) La Nina merupakan sebuah fenomena, yaitu fenomena Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur yang mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya.
Pendinginan Suhu Muka Laut (SML) ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.
Plt Deputi Klimatologi BMKG, Urip Haryoko mengatakan bahwa BMKG telah mengeluarkan peringatan dini adanya La Nina.
“Berdasarkan monitoring BMKG terhadap kondisi ENSO, menunjukkan bahwa saat ini nilai anomali telah melewati nilai ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0,61 pada dasarian 1 Oktober 2021. Potensi La Nina diprediksi terus berkembang dan di prakirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah – sedang, setidaknya hingga Februari 2022,” jelasnya dalam FGD FMB9 berjudul: ‘Awas Bahaya La Nina’ yang diselenggarakan oleh Kominfo secara virtual pada Senin (6/12/2021).
Urip mengatakan bahwa fenomena La Nina tahun ini diprediksi memiliki dampak yang relatif sama dengan La Nina pada tahun 2020. “Dari analogi kejadian La Nina tahun 2020 lalu, menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada November-Desember-Januari terutama di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, hingga NTT, Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan, berkisar antara 20-70 persen di atas normalnya,” katanya.
Dampak La Nina Terhadap Cuaca di Indonesia
Karena mengakibatkan terjadinya penyimpangan iklim dan bertambahnya jumlah curah hujan, bahkan hingga dapat mengakibatkan kemarau basah dan bahkan memiliki periode berulang 2-7 tahunan, maka BMKG juga menyatakan bahwa La Nina juga berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan sebagainya.
Berikut dampak La Nina terhadap curah hujan bulanan di Indonesia:
- November – Desember 2021 pada umumnya berada pada kategori menengah – tinggi. Curah hujan sangat tinggi >500mm/bulan diprekirakan terjadi di NAD bagian barat, Sumatera Utara bagian barat, Sumatera Barat bagian selatan, Bengkulu bagian selatan, Jawa Barat bagian selatan, Sulawesi Barat bagian tengah, dan Papua bagian tengah;
- Januari – Februari 2022 pada umumnya berada pada kategori menengah – tinggi. Curah hujan sangat tinggi >500mm/bulan diperkirakan terjadi di Sulawesi Tenggara bagian utara, Papua Barat bagian tengah dan Papua bagian tengah;
- Maret – April 2022 pada umumnya berada pada kategori menengah – tinggi. Curah hujan sangat tinggi >500mm/bulan diperkirakan terjadi di Papua Barat bagian tengah dan Papua bagian tengah.
Lebih lanjut, BMKG juga menginformasikan peluang hujan di atas kriteria tinggi diantaranya terjadi di:
- November – Januari 2022 curah hujan >300mm/bulan berpeluang terjadi di Aceh, Pesisir Barat Pulau Sumatera, sebagian Pulau Jawa, sebagian Kalimantan Utara, Sebagian Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Barat, Pulau Sulawesi bagian tengah, sebagian Maluku, Papua Barat, dan sebagian Papua.
- Februari – Maret 2022 curah hujan >300mm/ bulan berpeluang terjadi di sebagian Pulau Jawa, Kalimantan Timur bagian barat dan utara, sebagian Kalimantan Utara, sebagian Sulawesi, sebagian Kepulauan Maluku, Papua Barat dan sebagian besar Papua.
- April 2022 curah hujan >300mm/bulan berpeluang terjadi di sebagian Aceh, Kalimantan Timur bagian barat dan utara, sebagian Kalimantan Utara, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan sebagian Papua.
Atas kondisi yang demikian, BMKG meminta Pemerintah Daerah untuk serius dalam menanggapi peringatan dini La Nina yang dikeluarkan BMKG, guna meminimalisir dampak dan kerugian yang lebih besar.
(*/N1)
Sumber: InfoPublik.id