NYATANYA.COM, Yogyakarta – Borobudur Highland yang akan dikembangkan di Perbukitan Menoreh, bakal menjadi sebuah kawasan pariwisata terpadu yang diharapkan bisa menjadi lokomotif ekonomi untuk daerah sekitarnya. Dimana kawasan ini letaknya berbatasan langsung dengan 3 Desa di 2 Kabupaten dari 2 Provinsi, yakni Desa Nglinggo, Kelurahan Pagerharjo, Kepanewon Samigaluh di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Desa Sedayu dan Desa Benowo di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.
“Di dalam roadmap pengembangan kawasan ini, ada strategi peningkatan kapasitas SDM, baik itu perseorangan maupun bidang usaha,” jelas Indah Juanita, Direktur Badan Pelaksana Otorita Borobudur (BPOB) dalam siaran persnya yang dirilis di Instagram Badan Otorita Borobudur, Minggu (23/5/2021).
“Peningkatan kapasitas ini telah dilaksanakan sejak 2019, namun karena 2020 terjadi awal pandemi Covid-19, jadi kegiatan pelatihan dan pendampingan kami tunda dahulu hingga awal 2021,” imbuh Bisma Jatmika selaku Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan.
Pada 2020 lalu, BPOB bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada melakukan kajian analisis dampak ekonomi sosial serta merumuskan langkah-langkah strategis dan praktis agar masyarakat bisa mendapatkan manfaat dari pengembangan Borobudur Highland.
Beberapa kali BPOB juga mengadakan event kegiatan yang melibatkan masyarakat.
“Kami melakukan tes tour dengan Jip Off Road yang dikelola Mas Melky dari Borobudur Highland ke Candi Borobudur melewati beberapa desa. Potensinya luar biasa, dan kami akan mengupayakan ini menjadi travel package ke depannya,” sambung Agus Rochiyardi, Direktur Pemasaran BPOB.
Di sisi lain, pembangunan kawasan pariwisata terpadu bukanlah sesuatu yang mudah. Dari mulai aksebilitas dan mobilisasi alat berat, serta meyakinkan masyarakat tetap aman dalam beraktivitas, juga menjadi perhatian serius.
“Kami sebagai pihak pemerintah pusat berkoordinasi dengan Kelurahan dan Desa sebagai pemerintah terkecil untuk mengayomi ribuah masyarakatnya. Di dalam kawasan kami, selain ada Off Road, ada juga yang mengambil Nira, pakan ternak, getah pinus, dan kayu bakar, yang termasuk kearifan lokal yang harus dikelola menjadi atraksi wisata edukatif,” papar Indah Juanita.
Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam rapat tingkat menteri di Manohara, Borobudur pada 20 Mei 2021 lalu, dipastikan bahwa aksebilitas ke Borobudur Highland akan ditingkatkan oleh Kementerian PUPR melalui Kepres.
Sementara itu, menyikapi adanya pemberitaan tentang penghentian kegiatan masyarakat seperti Off Road dan berkebuh di Zona Otorita, Indah Juanita menjelaskan bahwa hal tersebut adalah keliru.
“Kami mengupayakan agar pembangunan Borobudur Highland ini tidak merugikan pihak manapun, tetapi justru memberikan kesempatan baru bagi masyarakat di sekitarnya, dengan menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha,” imbuh Indah Juanita.
Pengembangan Borobudur sebagai destinasi pariwisata super prioritas ini diharapkan akan memberikan sumber pertumbuhan ekonomi skala regional dan juga nasional. (N1)