NYATANYA.COM, Yogyakarta – Pandemi Covid-19 sudah melahirkan kesenjangan baru di masyarakat. Ada yang terpuruk, namun ada juga yang tak terpengaruh. Bahkan ada sebagian masyarakat yang tidak terlalu terpengaruh, karena posisi, jenis pekerjaan dan profesinya.
Tidak sedikit pula kaum pekerja yang terpukul karena pemutusan hubungan kerja (PHK). Akibatnya, melahirkan kesenjangan di tengah masyarakat yang berimbas pada ketidak mampuan dan ketidak berdayaan sebagian masyarakat terdampak yang tak lagi mampu berbuat banyak.
Direktur Utama BPR MSA Y Tri Agung Pujiantoro mengatakan hal itu dalam Webinar Nasional bertajuk ‘Peran Milenial dalam Membangkitkan Ekonomi UMKM’, Kamis (23/9/2021) dengan menghadirkan nara sumber Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki.
Webinar Webinar Nasional Kolaborasi Akumandiri dan BPR MSA digelar dalam rangka HUT BPR MSA ke 16 yang melibatkan kaum milenial dan pelaku usaha.
Melihat pandemi Covid-19 seperti ini, lanjut Tri Agung Pujiantoro, sektor informal dan UMKM menjadi pilihan paling masuk akal bagi sebagian besar lapisan masayarakat demi mempertahankan kehidupan.
Untuk itu, UMKM berperan besar sebagai solusi perekonomian perlu diperkuat keberadaannya. Berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapai UMKM harus dipecahkan.
Karena berbagai keterbatasan yang dimiliki, maka UMKM akan kesulitan menyelesaikan segala permasalahannya. Mengingat peran besar UMKM dan agar tidak sekedar menjadi usaha yang subsiten, maka perlu ada enabler yang cocok.
Untuk mengembangkan UMKM justru bukan penguatan modal yang pertama dilakukan, tapi perlu dibangkitkan rasa percaya dirinya, supaya muncul aneka kreativitas dan inovasi yang lebih cemerlang.
Sementara menyinggung soal kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). Yang diharapkan mahasiswa, diberi kesempatan belajar di luar kampusnya untuk mendapatkan bekal pengalaman yang lebih nyata.
”Di sinilah terdapat titik pertemuan, antara kebutuhan enabler bagi UMKM dan kebutuhan mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman nyata,” ujarnya.
Mahasiswa sangat potensial berperan sebagai enabler ini. Milenial yang identik dengan dunia digital, akan mempercepat UMKM melakukan digitalisasi, selain penguatan-penguatan berbisnis kekinian lainnya.
“Kolaborasi UMKM dan Milenial menjadi kemungkinan pilihan strategis yang dapat diambil. Oleh karena itu, langkah konkrit menyambungkan atau mempertemukan UMKM dan mahasiswa perlu segera dilakukan,” imbuh Tri Agung.
Program kolaborasi ini, menurutnya, akan menghasilkan manfaat ganda (double benefit) bagi bangsa Indonesia. Pertama, meningkatnya daya saing UMKM, dan kedua mempersiapkan mahasiswa, generasi muda dalam menyongsong bonus demografi.
Untuk itu, webinar ini memiliki target peserta Kaum Milenial dan Pelaku UMKM diharapkan bisa mengajak seluruh pemangku kepentingan UMKM dan Perguruan Tinggi mulai melakukan gerakan nasional kolaborasi UMKM dan Milenial.
Model orkestrasi kolaboratif ini diharapkan akan mempercepat Bangsa Indonesia bangkit dari keterpurukan dan pesimisme. Sebaliknya, dengan gerakan ini ingin menunjukkan ada secercah cahaya di ujung terowongan gelap. UMKM akan memiliki harapan baru, semangat baru, dan inovasi.
Dari sisi para mahasiswa (milenial), mereka akan memiliki pengalaman konkrit yang berharga bagi pembentukan kepribadiannya. Dalam diri mahasiswa akan muncul jiwa kepemimpinan, solidaritas, dan tentu saja kompetensi lain yang akan menunjang kariernya kelak. (*)