NYATANYA.COM, Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat ini mengelola lima Kebun Raya Nasional, dan kedepannya akan membentuk lebih banyak Kebun Raya lain yang direncanakan berada di kawasan Puspiptek Serpong, Kebumen, dan tempat-tempat lainnya.
“Jadi Kebun Raya ini menjadi pelaksanaan tugas untuk melakukan konservasi tumbuhan dan penelitiannya,” kata Plt Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi, BRIN, Yan Rianto, pada acara Sapa Media, Riset Ekofisiologi di Kebun Raya Bogor secara daring, Jumat (31/12/2021).
Oleh karena itu, kata Yan Rianto, dibutuhkan data-data empiris di lapangan, dari hasil pengukuran, pengamatan, dan observasi yang kedepannya dapat dijadikan guideline pengembangan kebun raya di Indonesia.
“Kebun Raya Bogor sebagai kawasan yang mempunyai fungsi konservasi, penelitian, dan edukasi dengan letak lokasinya yang berada di tengah kota, cukup dapat dijadikan referensi bagi BRIN sebagai pedoman pengembangan kebun raya lainnya. Oleh karena itu, kami mendukung tim dari IPH (Ilmu Pengetahuan Hayati) ini untuk melakukan kegiatan di Kebun Raya Bogor,” imbuh Yan.
Sementara Plt Kepala Organisasi Riset IPH BRIN Iman Hidayat dalam kesempatan tersebut menyampaikan, BRIN berinisiatif untuk melakukan kajian ilmiah penelitian terkait bagaimana aktivitas manusia, kondisi sekitar lingkungan seperti polusi udara, suara, cahaya terhadap tumbuhan dan hewan yang hidup pada suatu ekosistem. Imam Hidayat melihat sebagai lembaga ilmiah, BRIN berkewajiban untuk dapat menyajikan informasi yang jelas, terbuka, dan secara ilmiah, sehingga masyarakat dapat lebih paham.
“Jangan sampai kita menyampaikan informasi yang terbatas hanya berdasarkan perkiraan, kewajiban kami menyampaikan dengan seakurat, se-ilmiah mungkin dan juga dapat dipertanggung jawabkan. Sejauh mana pengaruhnya, apa saja yang dipengaruhi, positif apa negatif, dampaknya pasti ada, maka sejauh mana dan bagaimana. Ini menjadi dasar bagi para pengelola taman, kebun raya, ataupun hutan raya, untuk mengambil kebijakan dan batasan-batasan apa saja di dalam menyediakan dan menyelenggarakan layanannya,” jelas Iman Hidayat.
Sebagai informasi, saat ini BRIN sedang melakukan kajian ilmiah yang dilakukan Tim Penelitian Artificial Light At Night (ALAN) KRB melibatkan para peneliti dari Pusat Riset konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya, Pusat Riset Biologi, Pusat Riset Teknologi Nuklir Terapan, Pusat Riset Fisika, dan para akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB). Penelitian yang telah dimulai ini, mengambil judul ‘Analisis Pengaruh Cahaya Malam Buatan (Artificial Light At Night) Pada Fungsi-Fungsi Ekofisiologi Beberapa Jenis Tumbuhan Tropis di Kebun Raya Bogor.
Peneliti dari Pusat Riset konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya, Yayan Wahyu Candra Kusuma, mengungkapkan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ALAN, pengaruh spektrum (gelombang cahaya) ALAN, dan pengaruh intensitas radiasi ALAN terhadap pada fungsi-fungsi ekofisiologi beberapa tumbuhan tropis khususnya di Kebun Raya Bogor (KRB).
“Cahaya mempunyai peranan yang penting untuk proses fisiologi dan ekologi pada tumbuhan. KRB yang terletak di tengah kota, tentunya terdampak akan sinar malam buatan dari luar maupun dari dalam KRB. Cahaya buatan di malam hari ini berpotensi berpengaruh pada siklus alami dari terang dan gelap yang menimbulkan dampak pada level bioma, ekosistem, spesies, dan perilaku,” terang Yayan Wahyu.
Peta jalan penelitian yang dilakukan adalah dengan inventarisasi tanaman yang terpapar ALAN dan disiapkan alat beserta bahannya. Kemudian dipilih jenis-jenis tumbuhan dewasa dan anak untuk mewakili beberapa macam habitus, seperti tumbuhan akuatik, climber (rambat) , pandan, herba, dan pohon.
“Masing-masing dari tumbuhan dewasa dipilih dan diteliti untuk intensitas paparannya, diukur, dan diamati selama kurang lebih enam bulan. Begitu juga dengan tanaman anakan yang akan dilakukan pemodelan dengan variasi uji paparan cahaya, intensitas dan durasi, jenis spektrumnya, untuk mengetahui seberapa besar dampak cahaya malam ini,” lanjutnya.
Secara periode waktu penelitian, penelitian ilmiah ini telah dimulai sejak bulan November 2021 dan direncanakan mulai dilakukan analisis data pada bulan Juli 2022, serta penyusunan naskah sampai Desember 2022.
Terdapat dua metode yang dipakai pertama studi lapangan dengan 9 parameter yang diukur, yaitu warna daun, kerapatan stomata, konduktansi stomata, klorofil total, laju fotosintesis, laju respirasi, senyawa metabolit sekunder, dan karakteristik komposisi kimia.
Metode kedua studi eksperimental botani dengan 12 parameter pengukuran yaitu panjang daun, luas daun, ketebalan daun, warna daun, kerapatan stomata, konduktansi stomata, laju fotosintesis, laju respirasi, klorofil total, senyawa metabolit sekunder, ekspresi gen, dan komposisi senyawa kimia
“Melalui parameter ada yang diukur setiap bulan, atau pun di awal, per tiga bulan pertama dan enam bulan berikutnya. Kemudian dilakukan analisis dan penyusunan naskah ilmiah untuk dapat dikirimkan pada jurnal-jurnal ilmiah dengan reputasi yang bagus. Tanggal 17 November dilakukan pengukuran awal sinar ALAN, 6 Desember persiapan alat dan bahan, dan sampai saat ini masih dilakukan pengamatan dan pengujian lanjutan,” tutur Yayan Wahyu.
(*/N1)
Sumber: InfoPublik.id