NYATANYA.COM, Badung – Kemajuan teknologi dapat digunakan untuk mengurangi risiko bencana di seluruh dunia, terutama di negara-negara miskin, negara-negara pulau kecil dan miskin, serta negara-negara berkembang.
Ketika terjadi bencana, negara-negara seperti ini akan semakin menderita dan menimbulkan krisis yang berkepanjangan bahkan hingga beberapa dekade lamanya.
Demikian dikatakan Deputi Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Amina Mohammed pada pembukaan Platform Global Pengurangan Risiko Bencana di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (25/5/2022).
“Contoh konkritnya adalah penyediaan sistem peringatan dini bencana sebagai tindakan adaptasi yang layak dan efektif,” kata Amina.
Situasi itu dalam jangka panjang dikatakannya bakal berdampak serius bagi ekonomi, terutama kepada perempuan, anak-anak, dan disabilitas sebagai kelompok paling rentan.
Mereka akan semakin terpinggirkan dan terasing. Dunia harus segera membantu agar hal itu tidak terjadi.
Kendati menurutnya, investasi yang diperlukan bagi sistem peringatan dini bencana nilainya sangat mahal, dengan bekerja selama 24 jam, sistem itu bisa mengurangi kerusakan yang ditimbulkan hingga 30 persen atau bahkan setengahnya.
Karena itu ia pun mengajak negara-negara di dunia untuk berkolaborasi dalam memitigasi bencana tersebut.
“Saat ini negara-negara yang tergabung di dalam Badan Meteorologi Dunia telah memiliki teknologi tersebut. Saya masih ingat bahwa Sekjen PBB Antonio Gutteres pernah meminta organisasi itu untuk mempresentasikan sebuah rencana aksi bagi hal ini pada Konferensi Iklim di Mesir, 27 November nanti,” urainya.
Ia memprediksi seluruh umat manusia di muka bumi dalam lima tahun ke depan akan terlindungi oleh sebuah sistem peringatan dini bencana global.
Itulah sebabnya di dalam GPDRR kali ini, Amina berharap seluruh peserta bisa menghasilkan sebuah resolusi untuk menghentikan kerugian yang lebih besar yang diakibatkan oleh bencana.
PBB, menurut Amina, juga menyarankan agar pemerintahan di seluruh dunia untuk mulai memasukkan mitigasi bencana dalam kerangka keuangan nasionalnya.
Hal ini telah dilakukan Indonesia dengan membuat mata anggaran pooling fund bencana pada APBN. Produk domestik bruto akan berpengaruh jika tidak memperhitungkan faktor risiliensi dan risiko bencana.
“Dunia sedang menantikan kepemimpinan negara ini dalam GPDRR. Keputusan penting yang dihasilkan dari forum hari ini akan berperan penting dalam upaya pencegahan bencana di masa depan seperti halnya Covid-19 di mana kita bisa menghadapinya,” katanya.
Terakhir, Amina mengingatkan bahwa harus ada upaya yang sungguh-sungguh untuk melakukan pencegahan dalam penanganan bencana. Ini dilakukan untuk membangun mitigasi berkelanjutan dan masa depan yang lebih tangguh, aman, dan berkeadilan.
(AS/N1)
Sumber: InfoPublik.id