NYATANYA.COM, Surabaya – Pergelaran peragaan busana muslim bertajuk ‘Fashion Muslim Runway (Munway) 2022’ digelar di Grand Atrium, Pakuwon Mal Surabaya, 15-24 April 2022. Gelaran fesyen ini akhirnya dihelar setelah dua tahun silam tidak dapat hadir akibat pandemi Covid-19.
“Kalau yang pertama itu dua tahun yang lalu, sebelum pandemi itu kami pernah menyelenggarakan tapi dengan nama yang berbeda yakni Blissfull Ramadan,” kata Founder Munway, Dian Apriliana Dewi, saat ditemui usai acara Fashion Munway, Sabtu (16/4/2022).

Dian menyampaikan bahwa pihaknya telah menghadirkan 26 desainer yang berasal dari Surabaya, Malang, dan Jakarta. Seperti beberapa desainer yang bergabung, Gita Orlin, YenyRies, Nuniek Marwadi, Kamima, Titien Soedarsa, SISESA, Alben Ayub Andal, dan beberapa desainer lain yang tergabung dalam IFC Surabaya.
“Desainer-desainer ini bukan desainer yang pertama kali show. Tapi ada beberapa senior yang udah berkali-kali show,” ujarnya.
Tujuannya mengadakan fashion Munway ini, Dian menjelaskan, karena ini berkaitan dengan bulan suci Ramadan pastinya banyak yang mencari kebutuhan busana muslim.
Apalagi, kata Dian, Indonesia salah satu negara terbesar fesyen muslim terbesar di dunia yang ketiga setelah Uni Emirat Arab dan Turki.
“Kita sangat berbangga sekali, kalau kita lihat banyak negara Islam lainnya seperti Malaysia, lalu negara Islam lainnya juga, kenapa tidak dengan Indonesia,” tuturnya.

Menurutnya, hal tersebut membuktikan bahwa banyak desainer Indonesia yang sangat potensial yang bisa diterima oleh Dunia.
“Market di Indonesia pun untuk busana muslim itu cukup tinggi. Artinya Muslim Indonesia itu up to date selalu mengikuti perkembangan fesyen,” ujarnya dikutip dari selalu.id, Senin (18/4/2022).
Meski begitu, kegiatan fesyen show di Indonesia di lokal maupun internasional, Dian menyebut Indonesia tak kalah dengan negara Arab dan Turki.
“Bisa dikatakan Indonesia hampir setiap bulan ada event fesyen yang rata-rata menampilkan fesyen muslim,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa di Jakarta lebih sering melakukan event fesyen show dari Surabaya dan kota-kota besar lainnya.
“Hampir setiap bulan mereka mengadakan event fesyen,” ungkapnya.
Nuniek Marwadi, Salah satu desainer menyampaikan bahwa desainnya ini menggambarkan puisi cinta Sultan Sulaiman Al-Qanuni Turki.
“Puisi yang berisi sanjungan kepada sang permaisuri tercinta, juga sejarah heroism sang Sultan Sulaiman yang menginspirasi saya,” ujar Nuniek.

Nuniek menerangkan, perkawinan style Turki-Persia antara baju kerajaan dan armour dress yang dikenakan oleh kedua pasangan tersebut dan inspirasi lukisan mereka membuahkan look yang megah, elegan, kuat dan juga androgynous.
“Yang menarik pakaian dari Turki itu adalah celana yang menggembung atau harm. Itu dipakai para raja dan para permaisuri di abad 16. Nah itu dikembangkan di koleksi saya, bagaimana harm menjadi nyaman,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Nuniek juga terinspirasi oleh pakaian perang yang ringan. Sehingga dia memadukan songket Sumatra, dan tenun troso yang ada di Jawa.
“Itu eksport bahan-bahan tenun ini sudah dipasarkan di makasar dan lain-lain,” ucapnya.
Nuniek menambahkan, koleksi dia diwarnai dengan nuansa Turki seperti merah maroon, broken white, hitam, gold, turquoise, dan dark chocholate. Serta adanya sentuhan manipulation fabric beads dan teknik quilting.
“Warnanya dominan merah cenderung marun, broken white, gold karena itu warna turki. Warna ini juga dari lukisan Turki. Lukisan okselana terjual berapa ratus dolar,” pungkasnya.
(Ade/SL1/N1)