NYATANYA.COM, Yogyakarta – Teater Reriungan yang diperkuat seniman teater Yogya lintas generasi angkatan 1970-2000-an, dari yang muda berusia 20 tahun hingga paling sepuh berusia 84 tahun menggelar repertoar teater.
Tak kurang dari 92 personel, 57 diantaranya menjadi pemain, Teater Reriungan sukses mementaskan repertoar teater berjudul ‘Mlungsungi’ (Lahir Kembali) karya Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) pada 25-26/3/2022 dan di Sumobito Jombang Jawa Timur, Sabtu (16/4/2022) lalu.
“Selanjutnya, 21 Mei 2022 mendatang akan kami pentaskan di Jakarta. Persiapan pentas di Jakarta dengan pemain lintas generasi atau tiga generasi pemain teater sudah kami siapkan pula dari sekarang,” papar Cak Nun, belum lama ini.
Ditemui di Rumah Maiyah Kadipiro, usai evaluasi pelaksanaan pentas ‘Mlungsungi’ di Jombang, Cak Nun menjelaskan, ide membuat reriungan (pertemuan), lalu muncul nama Teater Reriungan dan pentas Mlungsungi, berawal saat beberapa seniman Yogya bersilaturahmi dengan tokoh teater Azwar AN, November tahun lalu.
Bahkan sebelum Azwar AN meninggal dunia, 27 Desember 2021, juga pernah menyempatkan datang ke Rumah Maiyah Kadipiro serta menyemangati rencana pentas teater yang melibatkan lintas generasi seniman teater di Jogja tersebut.
“Semoga pentas teater Reriungan dapat menjadi momentum membangun kebersamaan memperat tali persahabatan atau guyub rukun,” harap Cak Nun.
Ditambahkan Cak Nun, naskah ‘Mlungsungi’ tersebut dari segala sisi kesusastraan maupun sebagai reportoar teater sangat berbeda secara mencolok dibanding naskah teater apapun, baik dari dalam maupun luar negeri.
Salah satunya, nama peran dalam lakon ‘Mlungsungi’ tidak berasal dari nama-nama manusia dari budaya apapun pada umumnya.
Semua nama peran dalam cerita ‘Mlungsungi’ belum pernah dipakai, didengar atau diketahui pada umumnya orang dari negara, suku atau kebudayaan mana pun.
Berikut ini sebagian nama-nama yang terlibat dalam pentas ‘Mlungsungi,’ baik yang di TBY Yogya maupun Sumobito Jombang. Pimpinan Produksi, Edo Nurcahyo. Wakil Pimpinan Produksi, Nanang Sri Roekmadi. Bendahara Zakki dan Koordinator, G Widodo dan Leo.
Tim artistik sutradara digarap oleh Jujuk Prabowo, Fajar Suharno serta Meritz Hindra. Lalu tim stage manager terdiri dari Wahyana Giri Mc, Agus Sandiko, Windi dan Dina Mega.
Tim tata artistik ditangani Vincensius Dwimawan bersama Agus Fatwa, Dede IW, Adon, Kustri Adi dan Kumbo Adiguno.
Penata lampu Wardana dan tim tata kostum-rias Titik, Siska serta Tedjo Badut. Iringan musik digarap pemusik Bobiet, Otok Bimo Sidharta, Ari Blothong, Bayu Kuncara, Saryanto dan Budi Cahyono.
Sedangkan pemain rombongan Tablis, Meritz Hindra, Harin Sumonah, Ardikarta, Ami Simatupang, Sukaptiran, Yoyok Suryoatmojo, Erli Sefnita, Taufiq, Estri Mega, Nano Asmorodono, Santo Angsa, Tri Dwi Hastari.
Kemudian tiga makhluk 1 diperankan oleh Toro, makhluk 2 Joko Wasis, dan makhluk 3 Triyono. Rombongan lalu lalang dimainkan Akbar, Dewi Wapah, Ayyin, Ike Lestari, Memet, Bagus, Bilqis Binar T, Aan, Ruriek Setyani, Nurdi, Bekti, Hanif, Saryanto dan Budi Cahyono.
Keluarga Tetua diperankan oleh Tertib Suratmo dan Fajar Suharno. Keluarga Rabbah dimainkan Djaka Kamto, Nevy Budianto dan Margono Wedyopranasworo.
Sedangkan tahanan diperankan Dinar, Daning Hudaya, Entien Moortrie, Eko Winardi dan Hisyam A Fachri. Keluarga Prabu dimainkan Agus Leyloor, Julak Imam, Eko Yuwono, dan Alex.
Masih ada lagi Keluarga pemerintah yang diperankan oleh Hj Sitoresmi Prabuningrat, Untung Basuki dan Bayu Saptomo.
(N3)