NYATANYA.COM, Sleman – Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Sleman menyelenggarakan Pelatihan Keprajuritan Bregodo Rakyat Sembada di Ruang Pertemuan Dusun Kalimanjung, Ambarketawang, Kapanewon Gamping, selama dua hari pada Rabu (6/10/2021) dan Kamis (7/10/2021).
Kegiatan diikuti 30 peserta dan dibuka langsung oleh Santoso dari Bidang Bregodo Kepajuritan Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman.
Pada kesempatan tersebut, Santoso mengatakan bahwa Bregodo Rakyat ini memiliki potensi untuk menjadi salah satu ikon wisata di Kabupaten Sleman. Oleh karena itu, penting untuk diadakan acara-acara seperti pelatihan dan lomba Bregodo.
“Dapat diadakan lomba Kirab Bregodo, yang pesertanya berasal dari kapanewon di Kabupaten Sleman,” kata Santoso.
Pelatihan Bregodo dibimbing langsung oleh para pegiat seni di Kabupaten Sleman. Untuk hari pertama, materi disampaikan oleh Joko Widodo, Budayawan Trihanggo Gamping dan Sancoko, Pelatih Seni Alat Tradisional. Sementara untuk hari kedua, materi disampaikan oleh Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, Joko Sunaryo dan Oky Priaji Tama.
Joko Widodo, sebagai narasumber pertama membahas mengenai kelembagaan Bregodo. Ia mengatakan salah satu hal yang penting dalam Bregodo adalah kelembagaan atau paguyubannya.
Keberadaan Paguyuban Bregodo di setiap kapanewon merupakan bentuk pelesatarian adat dan tradisi, sehingga bisa menjadi benteng budaya di Kabupaten Sleman.
“Untuk itu nanti juga akan diadakan sosialisasi mengenai keberadaan Paguyuban Bregodo di Kabupaten Sleman, yang tahap pertamanya pada bulan Oktober di tiga kapanewon, yaitu di Kalasan, Gamping, dan Seyegan,” ungkap Joko.
Sementara itu, Sancoko menyampaikan materi mengenai seluk beluk Bregodo di Kabupaten Sleman, dimulai dari sejarah hingga kondisi saat ini.
Untuk materi hari kedua, materi yang disampaikan oleh Joko Sunaryo membahas mengenai kelengkapan kondisi Bregodo Prajurit di Keraton Yogyakarta, dimulai dari sususan Bregodo (jabatan), formasi, sikap, pakaian (Ageman) beserta kelengkapannya, bendera (Duaja), Kostum, dan gendhing pengiring.
“Semua paugeran (aturan) sudah ditentukan. Yang perlu dipahami, untuk Bregodo Prajurit masyarakat umum, Ageman tidak diperkenankan meniru persis Ageman prajurit keraton, seperti Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Ketanggung, Mantrirejo, Panyutra, dan lainnya,” jelas Joko.
Bregodo juga diharapkan memiliki bendera kesatuan untuk menjadi simbol atau lambing kebanggan sebuah bregodo.
Sementara materi kedua yang disampaikan oleh Oky Priaji Tama membahas mengenai akulturasi musik instrumen dan gendhing (gamelan) Bregodo Keraton Yogyakarta.
Ia mengatakan bahwa musik pengiring Bregodo sudah mengalami akulturasi antara alat musik tradisional Jawa seperti Bendhe dan Kecer, dengan alat musik lain, baik dari daerah di Indonesia seperti alat musik Bugis yaitu Pui Pui, Ketipung, Dogdog, dan alat musik Eropa seperti Slompret, Tambur, dan Suling.
“Untuk Bregada yang dimiliki umum menggunakan alat-alat musik tersebut, terutama Bendhe, Kecer, Suling, dan Tambur,” jelas Oky.
Sementara untuk Gendhing, Oky menyampaikan terdiri dari 5 jenis dengan fungsinya masing-masing yaitu Gendhing Lampah untuk memulai dan mengiringi prajuritan baris, Gendhing Caosan untuk penunjuk waktu, Gendhing Barangan untuk mbarang atau menghibur raja dan pejabat, Gendhing Kurmat untuk penghormatan ke raja dan pejabat, serta Gendhing Tengara untuk kode panggilan siap siaga.
“Gendhing Keprajuritan diutamakan dalam acara resmi atau upacara resmi di Keraton. Sementara untuk pengiring kirab tidak harus diiringi oleh gendhing, cukup dengan musik,” jelas Oky.
Sumaryono, Pamong Budaya Madya Dinas Kebudayaan Sleman berharap dengan pelatihan yang diberikan ini dapat memajukan Bregodo di Kabupatein Sleman. “Semoga semakin bersemangat dan setelah pandemi bisa diagendakan tampil dalam event-event budaya di Kabupaten Sleman,” ungkap Sumaryono. (*)