NYATANYA.COM, Magelang – Kelompok PKK Desa Paremono terus berupaya mengembangkan usaha kain ecoprint. Hal itu dilakukan untuk memenuhi pasaran terutama dunia fashion yang akhir-akhir ini banyak melirik hasil dari kain tersebut.
Ita Syarifah, salah satu pembuat kain ecoprint Corak Alam asal Dusun Paremono, Desa Paremono Kecamatan Mungkid menjelaskan kain ecoprint bukan termasuk kategori batik.
“Kalau masuk jenis batik, saya rasa bukan ya. Karena dalam pembuatannya tidak ada proses nyanting dan nglorot seperti yang biasanya dilakukan pada kain batik,” kata Ita saat ditemui di rumahnya, Selasa (9/11).
Namun yang terjadi, menurutnya, masyarakat sudah terlanjur menginstilahkan kain ecoprint tersebut dengan sebutan batik ecoprint.
Dirinya menjelaskan dalam pembuatan kain ecoprint harus melalui tiga tahap. Pertama, scouring, yaitu proses menghilangkan zat kimia dalam kain sehingga dapat menyerap motif dan warna secara sempurna.
“Selanjutnya adalah proses mordanting. Daam proses ini nanti yang menentukan mau jadi warna apa, gelap atau terang itu di proses ini,” lanjutnya.
Ketiga, adalah proses printing yaitu dengan memberikan gambar menggunakan daun yang tujuannya membuat motif di dalam kain tersebut. Bahkan untuk bahan pewarna menggunakan bahan alam seperti daun, tangkai dan lain sebagainya.
“Ecoprint ini kebanyakan motifnya adalah daun dan bunga. Untuk itu ini adalah industri yang ramah lingkungan karena semua dari alam,” jelasnya.
Ita menjelaskan kain Ecoprint Corak Alam masuk dalam nominasi 12 besar tingkat nasional lomba Bisnis Plan yang diadakan iForte bekerja sama dengan Kemenparekraf untuk mendukung pelaku UMKM.
“Pesertanya sekitar 300 pelaku UMKM. Dari Jawa Tengah yang lolos yaitu Ecoprint Corak Alam ini,” jelas Ita.
Dalam waktu dekat ini pihaknya membuat video profile dalam rangka menuju tahap tiga besar kompetisi tersebut. Dan setelah video profile selesai dilanjutkan tahapan presentasi.
“Dalam pembuatannya kita bersama-sama dengan PKK Desa Paremono. Dan itu harus menggunakan daun-daun tertentu yaitu daun yang bertanin tinggi, seperti Jati, Daun Lanang dan Jalak Kepyar,” ungkapnya.
Proses pembuatannya dilakukan di Balai Desa setiap hari libur. Ita berharap kain Ecoprint Corak Alam nantinya akan dikenal luas hingga keluar negeri sehingga dapat mengangkat potensi UMKM yang ada di Indonesia.
(*/N1)