NYATANYA.COM, Bantul – Empat perupa Jurusan Seni Murni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta angkatan 1986 seperti Mardi Wadra, Riyanto Ruswandoko ( Antok ABRI), Slamet Riadi, dan Syahrizal Pahlevi, menggelar pameran bersama dengan tajuk SeKawan 86 di Kopi Macan, Bugisan Selatan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul.
Pameran digelar selama 5 hari sejak Selasa hingga Sabtu, 20 – 25 Desember 2022.
Syahrizal Pahlevi menjelaskan, SeKawan 86 terbentuk begitu saja atas dasar keinginan terus berkarya dan terus menjalin tali silaturahmi dalam keluarga besar Derap 86.
Kebetulan mereka berempat kerap bertemu muka, kebetulan mereka menyimpan keinginan yang sama.
Mereka adalah empat dari 30 mahasiswa pada waktu itu, yang kemudian menempuh jalan hidup dalam profesional masing-masing.
“Dengan munculnya grup kecil ini tidak mengurangi kekompakan antar anggota grub Gerak86,” ucap Levi begitu sapaan akrabnya.
Pameran dibuka oleh owner Kopi Macan Yusman, memajang tidak kurang 32 karya lukis dengan beragam genre dan sejumlah karya grafis.
Kemampuan dalam penguasaan teknis begitu tampak jelas dalam setiap penggarapan karya-karya yang mereka tampilkan.
Meskipun secara tema sangat beragam, namun suasana ruang pamer menjadi sedemikian menarik dengan penataan display yang seolah mengalirkan alur proses panjang profesionalisme personil SeKawan 86 ini.
“Saya sangat memahami proses panjang mereka, sehingga pameran ini sangat menarik karena dapat melihat sejauh mana perkembangan serta daya kreatifitas teman-teman ini,” tutur Yusman disela pameran.
Menurut Yusman, meski sudah tidak muda lagi namun energi yang ditunjukan dalam pameran ini merupakan karya-karya yang luar biasa dan memiliki karakter tersendiri sesuai dengan pengalaman berkarya mereka.
Kemampuan penguasaan teknis serta kekuatan dalam menggali ide kelihatannya juga masih begitu menjadi prioritas dalam penggarapan karya yang serius.
“Inilah istimewanya seniman yang melalui berproses di Yogyakarta, mereka tidak akan kehilangan momentum dalam setiap karyanya juga istimewa,” pungkas Yusman.
Sementara itu Yuswantoro Adi yang dipercaya menulis untuk pameran ini berharap, pameran ini adalah sebuah ajakan untuk membangun kekompakan, saling menyemangati mengenal lebih dekat, mengajak mempengaruhi, menulari kepada perorangan dan kelompoklain untuk selalu siap melakukan bentuk tanggungjawab publik kepada Yogyakarta Ibukota Seni Rupa Indonesia.
“Hal penting dan yang palig masuk akal dikerjakan oleh seniman atau perupa setelah berkarya adalah pameran,” begitu tutupnya.
(N3)