Home / Plus

Rabu, 21 Desember 2022 - 22:53 WIB

Endang Rohjiani, Ratu Winongo Pejuang Lingkungan yang Tak Melupakan Perannya sebagai Seorang Ibu

Endang Rohjiani sukses budidayakan maggot. Dengan usahanya ini ia bisa menekan pembuangan dua ton sampah organik per hari. Foto: Humas Pemkot Yogya

Endang Rohjiani sukses budidayakan maggot. Dengan usahanya ini ia bisa menekan pembuangan dua ton sampah organik per hari. Foto: Humas Pemkot Yogya

NYATANYA.COM, Yogyakarta – Zaman sekarang menjadi seorang ibu, tidak lagi hanya sebatas mengurus rumah tangga dan momong anak.

Seiring berkembangnya jaman, ibu-ibu masa kini tetap bisa meraih cita-cita tanpa mengurai segala peran utamanya.

Ibu tidak lagi hanya berada di rumah dan mengurus segala urusan rumah tangga, tetapi juga bisa berkarya dan mengejar impian dan harapan mereka.

Karena menjadi ibu rumah tangga bukan berarti berhenti berinovasi dan tak bisa kreatif.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan ibu rumah tangga untuk membantu suami mencari nafkah.

Selama masih berurusan dengan sungai, perempuan ini sepertinya tak mengenal letih. Tak heran banyak orang yang menjulukinya sebagai ratu Winongo. Foto: Humas Pemkot Yogya

Banyak wanita tangguh yang sibuk mengurus anak tetapi masih bisa multitasking dan disiplin dalam karir atau usahanya.

Salah satunya adalah Endang Rohjiani. Warga Kelurahan Bumijo, Kemantren Jetis ini adalah salah satu dari sejumlah wanita Indonesia yang menjalani peran gandanya sebagai aktivis lingkungan sekaligus ibu dari anak-anak kesayangannya.

Diluar kegiatannya mengurus anak, ia melakukan kegiatan budidayakan maggot yang ia namakan Kandang Maggot Jogja yang berlokasi di RT 61 RW 01 Kricak Tegalrejo.

Bagi yang belum tahu, maggot adalah larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia Illucens dalam bahasa Latin.

“Saya budidaya magot hampir satu setengah tahun, awalnya saya mencoba sendiri dirumah, kemudian saya beranikan diri untuk mengelola secara komunal,” bebernya seperti dikutip dari portal resmi Pemkot Yogya.

Meski baru berjalan satu setengah tahun, aktivitas itu bisa menekan pembuangan dua ton sampah organik per hari. Maggot ini biasanya untuk pakan ikan dan unggas.

Dalam membudidayakan maggot dibutuhkan pakan dari sampah-sampah organik makanan sisa seperti sayuran, buah-buahan, telur dan lainnya. 

Endang menceritakan lahirnya kandang magot jogja lantaran TPA Piyungan kerap mengalami overload/ kelebihan muatan, dari overload tersebut banyak masyarakat yang membuang sampahnya ke sungai.

“Itulah kenapa kita memilih membuat pengelolaan sampah dengan biokonversi maggot BSF, dari situ kami mencoba ikut menjawab setidaknya apa yang bisa kita lakukan,” terangnya.

Dalam proses budidaya tersebut, Endang lebih dulu menampung sampah organik warga, berupa sisa makanan, atau sampah dedaunan.

Dari 13 RW yang terlibat, ia mampu mengumpulkan 300 kilogram sampah organik per hari.

Baca juga   Perbanyak Ruang Pameran, Ganjar Pranowo Dorong Kreativitas Perajin Blangkon

“Saat ini, seluruh RW di Kelurahan Kricak, yakni 13 RW, sudah bekerja sama dengan Kandang Maggot Jogja untuk menyetorkan sampah dapur untuk diolah,” bebernya.

Selain budidaya magot, Endang juga aktif di Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA), bahkan ia menjadi ketuanya.

Sebagai informasi FKWA merupakan wadah yang cukup besar dan saling bersinergi dari hulu sampai hilir sungai Winongo. 

Salah satu kegiatan FKWA adalah merubah titik-titik sampah menjadi ruang terbuka hijau, tak sampai disitu setiap tahun pihaknya melakukan penanaman sengon di sempadan Sungai Winongo.

Selain itu forum ini juga membuat sekolah sungai yang bertujuan untuk memberikan informasi dan mengedukasi masyarakat dari semua kalangan terhadap pentingnya kelestarian sungai.

Dengan adanya sekolah tersebut harapannya menjadi wadah untuk mengedukasi anak-anak dan pelajar agar tahu kualitas air sungai.

Mulai dari pengamatan dengan metode biotilik yaitu dengan melihat biota yang ada di Sungai Winongo.

Kecintaan Endang terhadap lingkungan terutama pada sungai Winongo ini dapat terlihat dari senyuman yang terpancar di wajahnya.

Dan Endang tersenyum ketika sungai Winongo terlihat bersih dan tak ada sampah disepanjang aliran sungai tersebut.

Namun Endang bisa jadi sangat murung begitu ia melihat Sungai yang membelah Kota Yogyakarta ini kotor.

“Saya pengin sungai ini bersih dari sampah dan mengalir seperti jaman dulu,” katanya.

Selama masih berurusan dengan sungai, perempuan ini sepertinya tak mengenal letih. Maka tak heran banyak orang yang menjulukinya sebagai ratu Winongo.

Menurut Endang Rohjiani menjadi seorang ibu adalah tugas yang harus dijalankan 24 jam selama 7 hari. Foto: Humas Pemkot Yogya

Dua Peran yang Saling Mendukung

Di jaman sekarang, perihal peran ganda seorang ibu jadi hal lumrah. Peradaban memang menuntut demikian, setidaknya hal tersebut berlaku bagi Endang.

Lingkungan dan organisasi adalah kecintaannya. Sementara rumah tangga dan anak-anak adalah anugerah sekaligus tanggung jawab yang musti dipikul.

Menurutnya, menjadi seorang ibu adalah tugas yang harus dijalankan 24 jam selama 7 hari.

Tetapi, bukan berarti menjadi seorang ibu lantas harus rela meninggalkan mimpi dan cita-citanya.

Baginya, keduanya harus berlaku penting. Ia tak ingin meninggalkan suami dan ketiga anaknya, sekaligus juga tak mau melepaskan kegiatan sosial yang dicintainya.

Toh, baginya, selalu ada kesenangan dalam tiap perjalanan yang dilaluinya.

Baca juga   Rumah Kompos Nitikan, Upaya Pemkot Yogya Kurangi Volume Sampah

Beruntung sang suami memberinya kebebasan untuk tetap beraktivitas diluar selama keluarga tetap jadi prioritas.

Berbagai strategi ia terapkan untuk tetap dekat dengan ketiga anaknya.

Meski Endang tidak selalu ada untuk suami dan ketiga anaknya selama 24 jam, namun ia selalu mempunyai waktu khusus untuk mereka.

“Dekat dengan anak itu bukan berarti kita menemani mereka selama 24 jam, tetapi bagaimana memanfaatkan waktu yang tepat untuk mereka,” katanya.

Endang juga telah membiasakan anak anaknya sejak mereka kecil ketika waktu magrib tiba, mereka harus sudah ada dirumah.

“Minimal ketika jam makan malam tiba, kami bisa berkumpul bersama dan disitulah kami sharing kegiatan kita selama sehari itu,” ungkapnya.

Selain sebagai Ibu, Endang juga memposisikan dirinya sebagai teman untuk anak-anaknya.

“Saya memposisikan anak sebagai teman diskusi, jangan menganggap anak itu tidak tahu, dengarkan apa kata mereka, jangan pernah arogan kalau orang tua itu selalu benar,” urainya.

Tak sampai disitu, sejak anaknya kecil, Endang selalu mengajak berbicara terkait hak dan kewajiban.

“Apa yang menjadi kewajiban anak, dan bagaimana kita sebagai orang tua memenuhi hak anak,” katanya.

Menjalani peran ganda sebagai aktivis lingkungan dan ibu rumah tangga terbilang berat dan penuh pengorbanan.

Namun ia selalu berusaha untuk sebisa mungkin gairahnya pada dunia sosial dan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu tetap berjalan sebagaimana mestinya. Endang tak mau menelantarkan salah satunya.

Sebagai seorang ibu, ia juga belajar banyak soal mengontrol emosi. Apa yang dipelajarinya saat berperan sebagai seorang ibu menular pada dunia sosialnya.

“Wanita harus berpendidikan tinggi, karena nantinya akan menjadi Ibu, ibu adalah pendidik pertama anak-anak, jadi wanita itu harus pintar,” bebernya.

Endang tak hanya matang sebagai seorang profesional yang kemampuannya sudah teruji, tapi juga segi emosional saat bekerja yang sudah teruji.

Endang adalah salah satu contoh sosok ibu yang kuat dan hebat yang kerap memberikan senyum terbaik untuk anak-anaknya.

Bukan hanya itu, dibalik senyuman itu ada berjuta-juta cinta yang tak bisa diungkapkan lewat kata.

Selamat Hari Ibu! Surga kami ada ditelapak kakimu.

(*/N1)

Share :

Baca Juga

Romo Paulus Erwin Sasmita, PR menyampaikan materi Be an Influencer for God. (Foto: Istimewa)

Plus

Kemenag Sleman Gelar Pembinaan Siswa Katolik Tingkat Menengah Atas untuk Peningkatan Moderasi Beragama
Aldila Gizca Pramugi dan Henrikus Nikolas Ardi bersama Bupati Rembang Abdul Hafidz. Foto: Kominfo Rembang

Plus

Bercita-cita Jadi Menlu, Dua Siswa Asal Rembang Peringkat I di SMA Taruna Nusantara
Foto: Humas Pemkot Yogya

Plus

Studio 103 ‘Our Creative Space’ Jadi Nama Baru Ruang Ekonomi Kreatif Pasar Prawirotaman
Pemuda Desa Sambilegi, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta akan menggelar acara Renungan Malam dan Refleksi Kepahlawanan. Foto: Ist

Plus

Pemuda Sambilegi Maguwoharjo Punya Cara Unik Peringati Hari Pahlawan, Digelar Besok Malam
Tanaman sorgum mudah ditanam di mana saja di Wuryantoro, Wonogiri. Foto: Diskominfo Jateng

Plus

Pemprov Jateng Optimalkan Pertanian Sorgum di Wonogiri
(Foto:kratonjogja.id)

Plus

Yuk, Kenali Macam Wadah Sesaji Daun Pisang dalam Upacara Tradisi Keraton
Saat berkeliling di Blangkon Fest 2022 itu, Ganjar sempat membeli blangkon dari perajin. Ia memilih blangkon warna hitam dengan kombinasi kain batik putih. Foto: Humas Jateng

Plus

Perbanyak Ruang Pameran, Ganjar Pranowo Dorong Kreativitas Perajin Blangkon
RW 9 Kelurahan Purbayan, Kemantren Kotagede menjadi kampung Deklarasi RW Bebas Asap Rokok yang ke 233 di Kota Yogyakarta. Foto: Humas Pemkot Yogya

Plus

Sebanyak 233 Kampung di Kota Yogya Bebas Asap Rokok