NYATANYA.COM, Magelang – Untuk pertama kalinya, event internasional bertajuk Tular Nalar Summit 2021 digelar di Kabupaten Magelang. Event ini diinisiasi konsorsium beranggotakan Maarif Institute, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dan Love Frankie, serta didukung sepenuhnya oleh Google.org.
Tular Nalar Summit adalah acara virtual yang mempertemukan ide, gagasan dan berbagi pengalaman dari para akademisi, jurnalis, relawan dan organisasi yang memiliki kepedulian yang sama dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis untuk melawan misinformasi dan disinformasi, terutama di masa pandemi.
Acara yang diselenggarakan dari Command Center Room Pusaka Gemilang Komplek Setda Kabupaten Magelang, Kamis (11/11/2021) ini menampilkan beberapa pembicara yaitu Nadiem A Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Nizam, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi RI.
Semuel A. Pangerapan, Direktur Jenderal Penerapan Teknologi Informasi & Komunikasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Ryan Rahardjo, Head of Public Affairs Southeast Asia, Google Asia Pacific. Irene Jay Liu, Google News Lab Lead, Asia Pacific.

Masato Kajimoto, Associate Professor of Practice at The Journalism and Media Studies Centre, The University of Hong Kong. Theresa M. Senft, Senior Lecturer, Macquarie University, Sydney Australia and WHO Consultant for Infodemic Management dan Lisa Reppell, Global Social Media & Disinformation Specialist, International Foundation for Electoral System (IFES).
Bunda Literasi Kabupaten Magelang, Christanti Zaenal Arifin juga mendukung penuh terselenggaranya event ini. Ia mengapresiasi Mafindo, Maarif Institute, Love Frankie dan Google.org karena mempercayai Kabupaten Magelang sebagai Tuan Rumah Tular Nalar Summit 2021.
“Sebuah kebanggaan bagi kami Kabupaten Magelang diberi kesempatan dalam sebuah perhelatan berskala internasional yang diselenggarakan secara virtual untuk mempertemukan ide, gagasan dan berbagi pengalaman dari para akademisi, relawan, jurnalis dan organisasi yang memiliki perhatian sama dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis untuk melawan misinformasi dan disinformasi terutama selama masa pandemi ini,” ujar Tanti saat memberikan sambutan virtual.
Nadiem A. Makarim, menyampaikan harapannya kepada para peserta didik di Indonesia untuk dapat berpikir kritis dan kreatif. Beliau menyambut positif kontribusi Maarif Institute, Mafindo dan Love Frankie dan dukungan Google.org dalam menghadirkan kurikulum literasi media dan menerapkannya melalui pelatihan guru, dosen dan mahasiswa.
“Upaya yang dilakukan oleh Maarif Institute, Mafindo dan Love Frankie sangat sejalan dengan visi Merdeka Belajar, mewujudkan generasi pelajar Pancasila yang cerdas dan berkarakter,” ujar Mendikbud Ristek.
Semuel A Pangerapan, Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Repubik Indonesia juga memberikan apresiasi positif dengan kehadiran acara Tular Nalar Summit ini.

“Harapannya program ini terus bisa berkembang, agar kemampuan digital literacy masyarakat terus meningkat khususnya bagi para generasi penerus bangsa agar dapat menyaring dan memverifikasi informasi sesuai fakta dan menggunakan digital skill dengan baik, beretika dan berbudaya,” harapnya.
Ryan Rahardjo, Head of Public Affairs Southeast Asia, Google menyebut Program Tular Nalar yang didukung oleh Google.org adalah salah satu bentuk kolaborasi bersama dalam menyediakan materi pembelajaran yang dapat memperkuat cara berpikir kritis pengajar dan pelajar dalam menghadapi tantangan yang mereka hadapi di lingkungan pembelajaran.
“Dengan mengedepankan praktik-praktik terbaik dan kolaborasi dengan para ahli, kami harap dapat bersama sama melawan mis-disinformasi di Indonesia,” kata Ryan.
Abd. Rohim Ghazali, Direktur Eksekutif MAARIF Institute menyebut Program Tular Nalar telah diselenggarakan sejak Mei 2020 dan berhasil menjangkau 238 kota, lebih dari 1.400 dosen, 7.500 guru serta 14.000 mahasiswa. Keberhasilan pencapaian ini berkat kerja sama yang baik dengan para pemangku kebijakan, komunitas, asosiasi guru, dosen dan relawan.
“Sehingga, kita semua dapat berkontribusi menciptakan atmosfer informasi yang sehat, optimal, produktif dan bermanfaat. Dengan semakin cepat dan mudahnya penyebaran informasi di era digital ini, mari kita bekerja sama untuk memberantas hoax dengan menciptakan warga negara yang lebih kritis dan makin arif berdigital,” ajaknya.
(*/N1)