Home / Panggung

Jumat, 17 Desember 2021 - 10:59 WIB

Gamelan Ditetapkan UNESCO sebagai WBTb, Ini Langkah Pemprov Jateng untuk Lestarikan

Paparan video Kemendikbudristek. (Foto: YouTube UNESCO/ Diskominfo Jateng)

Paparan video Kemendikbudristek. (Foto: YouTube UNESCO/ Diskominfo Jateng)

NYATANYA.COM, Semarang – Badan PBB untuk keilmuan, pendidikan dan kebudayaan UNESCO, menetapkan gamelan sebagai Warisan Budaya Tak benda (WBTb). Hal ini disambut gembira, oleh pemerintah dan praktisi budaya Jawa. Lalu, bagaimana langkah Pemprov Jateng dan praktisi gamelan untuk melestarikan dan memopulerkan seperangkat alat musik tersebut?

Sebagaimana diketahui, penetapan gamelan sebagai WBTb dilakukan oleh Komite Konvensi Warisan Budaya Tak Benda/WBTB (Intangible Cultural Heritage/ICH) UNESCO, 15 Desember 2021.

Kabid Pembinaan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng Eris Yunianto, menyebut perlu ada kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan gamelan. Dengan predikat ini, ia berharap dapat menyuntikkan semangat bagi para pelaku seni di Jawa Tengah.

“Kita bergerak gotong royong dengan dukungan masyarakat. Dalam konteks ini, kami sudah mencoba untuk melestarikan lewat lomba karawitan virtual, untuk para pelajar pada Oktober 2021,” tuturnya, Kamis (16/12/2021).

Terkait gamelan yang ditetapkan sebagai WBTb oleh UNESCO, Eris menyebut telah melalui mekanisme yang panjang. Usulan ini, mulanya dimulai dari praktisi sekaligus dosen di ISI Surakarta, sekitar tahun 2014.

Pada saat itu, gamelan bersaing dengan calon WBTb lain seperti lukisan Bali, Tempe, Kolintang dan Reog Ponorogo. Setelah kompetisi itu, barulah Kemendikbudristek RI menobatkan gamelan, untuk diusulkan ke UNESCO sebagai calon WBTb.

Baca juga   Net Visi Media (NETV) Bakal Hadirkan Platform OTT Netverse

Hingga saat ini, sudah ada 11 WBTb asal Indonesia yang ditetapkan oleh UNESCO. Di antaranya, Wayang, Keris, Batik, Pendidikan dan Pelatihan Batik, Angklung , Tari Saman, Noken, Tiga Genre Tari Tradisional di Bali, Seni Pembuatan Kapal Pinisi, Tradisi Pencak Silat, dan Pantun.

“Kalau usulan dari Jawa Tengah itu ada empat yang masuk di antaranya batik, wayang, keris, dan gamelan. Ini sedang proses jamu dan tempe,” sebutnya.

Bukan Sekadar Alat Musik

Dosen ISI Surakarta sekaligus praktisi gamelan Suraji, menyambut gembira penetapan WBTb oleh UNESCO. Ia menyebut, setelah penetapan ini akan ada rencana aksi, untuk dapat membumikan dan memopulerkan gamelan di kalangan anak muda.

Ia menyebut, gamelan bukan hanya seperangkat alat musik berupa saron, gong dan bonang, kendang, rebab dan sitar. Di dalamnya, terdapat nilai filosofi dan historis yang panjang. Informasi tentang gamelan pun terukir pada relief Candi Borobudur.

Suraji mengatakan, penetapan gamelan sebagai WBTb oleh UNESCO, tidak terbatas hanya gamelan Jawa saja. Namun, alat musik ini telah menyebar ke seantero negeri, mulai dari Bali, Sumatera, dan Kalimantan.

Baca juga   Seduluran Dangdhut Lawas Gelar Temu Kangen dan Silaturahmi

“Yang ditetapkan bukan sekadar gamelan Jawa tapi Gamelan Indonesia,” ucap dosen jurusan karawitan itu.

Dirinya menyebut, gamelan bukan hanya dimainkan orang Indonesia. Seperangkat alat musik itu sudah dimainkan di Australia, Jepang, hingga benua Afrika.

Bahkan, pada saat pandemi banyak mahasiswa dari Jepang yang belajar gamelan, meski lewat daring.

“Kami sudah merancang rencana aksi setelah penetapan UNESCO. Di antaranya, kami akan membuat buku tentang gamelan. Selain itu, kami akan membuat Pusat Studi Gamelan dan museum. Di mana masyarakat bisa belajar tentang itu,” imbuhnya.

Selain Pusat Studi Gamelan, pihaknya juga akan membuat semacam workshop pembuatan alat-alat gamelan. Ini karena, di masa pandemi Covid-19, banyak di antara perajin gamelan yang tidak lagi berproduksi.

Itu karena, mahalnya bahan baku dan pemesanan yang jarang, imbas dari tidak adanya pertunjukan offline dalam selama pandemi.

“Gamelan bukan sekedar alat musik, tetapi mencakup juga filosofi yang lebih dalam. Ada kebersamaan kegotongroyongan. Banyak sekali yang bisa diterjemahkan dalam konsep gamelan,” pungkas Suraji.

(*/N1)

Share :

Baca Juga

Yusman dengan karyanya Berbuah Enam yang dipamerkan dalam Pameran Seni Rupa Hamemayu Bhumi Ngayogyakarta. (Foto: Teguh Priyono)

Panggung

Berbuah Enam, Patung Karya Yusman yang Didedikasikan bagi Kota Kelahiran Keduanya Yogyakarta
Kukuh Prasetya Kudamai. (Foto: Istimewa)

Panggung

Rilis Lagu “Terang”, Kukuh Kudamai Bakal Konsisten Garap Lagu Tematik
Komunitas Jogja Beatles Community dalam event ulang tahunnya. (Foto: Dok.JBC)

Panggung

Serunya Panggung Ulang Tahun Komunitas Penggemar The Beatles Yogya
Para peserta pameran Rupa Sastra berfoto bersama di depan karya-karya mereka. Karya puisi, cerita, dan artikel dengan polesan sedikit unsur-unsur seni rupa dihadirkan bersama hingga tersebutlah sebuah frasa indah Rupa Sastra. (Foto: Dok.Rupa Sastra)

Panggung

Pertama di Indonesia, SMSR Yogya Gelar Pameran Rupa Sastra
Penampilan Noto dan Swingayogya di Panggung Bregas Ngayogjazz 2021 “Tetep Ngejazz Lan Waspada”. (Foto: Agoes Jumianto)

Panggung

Ngayogjazz 2021, Kemeriahan di Tengah Kewaspadaan
Some Island merilis single anyar LDR. Foto: Ist

Panggung

Some Island Kembali Menyapa Lewat ‘LDR (Lelah Disiksa Rindu)’
Gus Pur, saat Pementasan Wayang Godhong di Pencanangan Kampung Pancasila Pringapus, Desa Kalisalak, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang 2022. Foto: beritamagelang

Panggung

Gus Pur, Dalang Wayang Godhong Asal Salaman Magelang yang Juga Pelukis dan Dosen Seni
Prosesi Ruwat Rawat Borobudur dengan penyerahan batu simbol pengabdian masyarakat terhadap pelestarian budaya tradisi Candi Borobudur. (Foto: humas/beritamagelang)

Panggung

Sarasehan Budaya Digelar Jelang Ruwat Rawat Borobudur