NYATANYA.COM, Yogyakarta – Anggota Komisi I DPR RI dari fraksi Gerindra, Andika Pandu Puragabaya, Rabu (26/5/2021) kembali melakukan sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Kecamatan Ngaglik, Sleman. Sosialisasi Empat Pilar kebangsaan tersebut dihadiri peserta secara terbatas mengingat masih dalam masa pandemi covid-19. Tampak hadir dalam kegiatan itu warga Ngalik, kaum milenial dan sejumlah tokoh masyarakat setempat.
Pada kesempatan itu, Andika Pandu Puragabaya dalam sosialisasi Empat Pilar meminta seluruh warga di wilayah Ngalik, Sleman untuk menjaga kesatuan dan persatuan. Dijelaskan oleh politisi muda ini, bahwa ada 4 Pilar dalam Rumah Kebangsaan Indonesia. Pertama yaitu Pancasila sebagai fondasi atau dasar berdirinya Pancasila, kedua dindingnya adalah aturan dasar yakni UUD 1945, ketiga jendela dan pintunya adalah Bhinneka Tunggal Ika. Atap pelindung pemersatunya adalah NKRI.
Lebih lanjut dijelaskan anggota DPR RI dari daerah pemilihan DIY ini, bahwa kedudukan MPR adalah penjelmaan seluruh rakyat dan merupakan lembaga tertinggi Negara. Sementara pemegang dan pelaksana sepenuhnya adalah kedaulatan rakyat.
“Kita ini terdiri dari berbagai suku bangsa, bukan untuk terpecah belah. Tetapi untuk bersatu membangun negeri. Ingat Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika menjadi pilar bangsa ini. Untuk itu, kita harus mengedepankan persatuan dan kesatuan,” urai politisi yang juga putera mantan Pangab TNI Jendral TNI (Purn) Alm. Djoko Santosa.
Andika Pandu juga menilai jika sejak reformasi bergulir nilai-nilai kebangsaan yang termaktub dalam 4 pilar yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika tidak banyak disentuhkan oleh generasi muda di bangku sekolah.
“Banyaknya suku yang ada di Indonesia mengharuskan kita untuk menghargai perbedaan yang ada. Sebab hal itu menjadikan Indonesia negara yang utuh,”sambungnya.
Menurutnya, kondisi Indonesia saat ini harus dimanfaatkan untuk kemajuan, yakni menempatkan perbedaan dengan kesetaraan. Negara yang kuat adalah negara yang berbasis intelektual, sebagai modal untuk hidup. (N2)