NYATANYA.COM, Bantul – Bertepatan dengan peringatan 1000 hari (nyewu) Djaduk Ferianto pada 7 Agustus 2022 lalu, kelompok musik yang dibangun almarhum Djaduk Ferianto menggelar pentas musik ‘Umbul Donga’ dengan menampilkan sejumlah komposisi musik.
Pergelaran musik Kuaetnika ‘Umbul Donga’ dihelat, Senin (8/8/2022) malam di Padepokan Seni Bagong Kussudiardjo, Dusun Kembaran, Tamantirto, Kasihan, Bantul.
Meski dalam penampilannya Kuaetnika hanya menyuguhkan 6 komposisi musik yang dicomot dari sejumlah album mereka, namun totalitasnya tetap terjaga meski tanpa kehadiran Djaduk Ferianto yang telah berpulang pada 13 November 2019 lalu.
“Teruslah tumbuh, tetaplah hidup,” demikian pesan dan harapan Petra, istri mendiang Djaduk Ferianto kepada para musisi Kuaetnika usai membuka penampilannya lewat komposisi ‘Jawadwipa’ yang diambil dari Album Gending Djaduk.
Kuaetnika yang sudah berkarya sejak 1996, selama tiga tahun terakhir ini seakan memulai segala sesuatunya dari awal kembali.
Banyak penyesuaian yang dilakukan dengan situasi baru sepeninggal Djaduk Ferianto, salah satu pendiri Kuaetnika – bersama dengan Butet Kertaredjasa dan Purwanto.
Mereka merasa kehilangan sosok yang mendorong proses berkarya serta kreator yang selalu gelisah dengan karya musik.
“Adanya pandemi Covid-19 juga berpengaruh pada proses berkesenian Kuaetnika karena terbatasnya ruang interaksi langsung dengan publik,” ungkap Purwanto.
Pada awal 2020 Kuaetnika sudah menggarap dua lagu yang berasal dari melodi siulan Djaduk Ferianto ketika berkunjung ke Table Mountain, Cape Town, Afrika Selatan.
Dua lagu tersebut adalah Angin dan Benua yang sudah ditampilkan secara langsung pada acara Ibadah Musikal, 100 hari Djaduk Ferianto pada 25 Februari 2020 yang lalu.
“Kedua lagu ini rencananya akan dibawa ke suatu festival jazz di Afrika Selatan. Namun karena adanya pandemi Covid-19 rencana tersebut terpaksa batal,” jelas Purwanto.
Yang spesial pada peringatan nyewu Djaduk Ferianto, secara khusus Kuaetnika menyuguhkan karya yang selama ini ditabung dan bakal dirilis pada gelaran Ngayogjazz 2022 yang akan datang.
Komposisi baru itu berjudul “Panuntun” yang dibawakan secara apik oleh penyanyi keroncong asal Kota Solo, Endah Laras.
Dijelaskan Purwanto, yang turut menulis lagu ini, Panuntun memiliki persamaan dengan seorang pemimpin, orang yang berada di depan yang bisa ditiru hal-hal baiknya, seperti halnya sebuah semboyan dari Ki Hadjar Dewantara yaitu ing ngarsa sung tulodho.
“Judul komposisi ini secara khusus didedikasikan kepada Djaduk Ferianto yang dianggap sebagai seorang pemimpin di Kuaetnika. Sosok figur yang selalu dekat dengan anggota Kuaetnika, teman, kolega, dan siapa saja yang pernah bersinggunyan dengannya,” beber Purwanto.
Ditambahkan Purwanto, komposisi ‘Panuntun’ memang secara khusus dibuat dengan memasukkan vokal Endah Laras yang juga pernah merasakan gojlokan tempaan ilmu tentang musik dari Djaduk Ferianto.
“Menurut saya, Ndoro (sebutan untuk Djaduk Ferianto) itu memang panutan tidak hanya teman-teman Kuaetnika tetapi juga saya. Saya bisa tampil di panggung-panggung besar karena Ndoro, dulu saya pernah berandai-andai, Djaduk kapan saya mempunyai kesempatan untuk bisa berproses atau menikmati bersama teman-teman Kuaetnika sampai kesempatan itu datang,” cerita Endah Laras sedikit terbata tak bisa menyembunyikan rasa harunya.
Panuntun sendiri merupakan satu dari sembilan komposisi dari album “Manitik”, sebuah album yang digarap Kuaetnika sejak 2019.
Manitik dimaknai dengan mencari jejak-jejak yang ditinggalkan oleh Djaduk Ferianto selama bersama-sama bergelut di dunia musik.
“Selama kurang lebih 25 tahun bergumul bersama dalam pencarian, perdebatan, dan pergulatan dalam olah musik, tentu tidak sedikit yang didapat darinya,” imbuh Purwanto.
Album “Manitik” yang berisi kumpulan 9 komposisi dengan rangkaian karya baru disertai komposisi karya Djaduk Ferianto yang dikerjakan dan ditafsir ulang oleh Kuaetnika inilah yang menurut rencana akan dirilis pada gelaran Ngayogjazz 2022 pada November 2022 yang akan datang.
Tak cuma Endah Laras yang tampil memukau dihadapan ratusan penikmat musik Kuaetnika malam itu. Penyanyi Tri Utami pun ikut dihadirkan dalam ‘Umbul Donga’ dengan menyanyikan komposisi ‘Tresnaning Tiyang’ yang diambil dari album Nusa Swara.
Selain komposisi Jawadwipa, Panuntun (Endah Laras), dan Tri Utami dengan ‘Tresnaning Tiyang’, komposisi lainnya yang disuguhkan dalam umbul donga nyewu Djaduk Ferianto diantaranya Pesisir, dan Swarnadwipa yang diambil dari Album Gending Djaduk, serta ‘Merapi Horeg’ dari Album Orkes Sumpeg.
(Aja)