NYATANYA.COM, Lombok Tengah – Gelaran internasional MotoGP Mandalika 2022 meningkatkan ekonomi masyarakat di Kabupaten Lombok Tengah. Meski masih di tengah pandemi Covid-19, ajang ini mampu memberikan dampak luar biasa kepada masyarakat secara luas.
Demikian dikatakan Bupati Lombok Tengah (Loteng) Nusa Tenggara Barat, Lalu Pathul Bahri, saat melakukan konfrensi pers di Media Center Indonesia (MCI), di Mandalika, Sabtu (12/2/2022)
Pemerintah Kabupaten pun dikatakan Bupati akan menggelar kegiatan budaya Bau Nyale pada 20 – 21 Februari 2022. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjaga momentum budaya dan ekonomi masyarakat bergeliat memanfaatkan event MotoGP Mandalika 2022.
“Karena untuk MotoGP, tamu beli tiket saja kita dapat pajak hiburan 15 persen. Belum dihitung pajak hotel dan restoran 10 persen,” katanya.
Bupati pun mengajak masyarakat menjaga kepercayaan sebagai tuan rumah dari tamu-tamu yang datang bukan hanya dari dalam Indonesia, tapi bahkan dari seluruh dunia.
“Sebagai pelayan merasa terharu, karena tidak pernah berfikir Lombok Tengah seperti ini. Namun anugrah dari yang maha kuasa yang luar biasa kami rasakan. Setelah adanya WSBK, ada tes pramusim kemudian nanti ada event Bau Nyale. Setelah itu puncak MotoGP. Kami tidak pernah terpikir ada ratusan ribu orang yang datang ke daerah kami. Ini harus dijaga,” katanya.
Bau Nyale adalah tradisi turun temurun Suku Sasak. Pelaksanaannya pun diputuskan bersama tokoh adat dan tokoh masyarakat dengan cara melakukan musyawarah bersama yang dalam bahasa setempat dikenal sebagai “Sangkep Warige”.
Penetapan tersebut dilakukan berdasarkan tanda-tanda alam yang terjadi, seperti adanya bunyi yang oleh masyarakat disebut bunyi tengkere, bintang rewot, penanggalan sasak dan tanda-tanda lainnya. Setiap penyelenggaraan, Bau Nyale mampu menghadirkan ribuan wisatawan.
Kepala Dinas (Kadis) Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Loteng, Lalu Lendek Jayadi, mengatakan pihaknya memang terus berupaya menciptakan suasana yang nyaman khususnya di destinasi wisata.
Bentangan pantai yang indah didukung juga dengan tradisi masyarakat yang masih kental menjadi daya tarik wisatawan yang dating ke daerah yang dijuluki Gumi Tatas Tuhu Trasna ini.
“Menjelang MotoGP ada tradisi Bau Nyale. Ini sebagai wujud kita memelihara atraksi budaya yang sudah menjadi peninggalan leluhur kami. Terlebih memang pariwisata kita adalah pariwisata yang tentunya menarik minat para wisatawan dengan berbagai keunikan yang dimiliki,” jelasnya.
Penetapan Bau Nyale melalui peroses yang panjang. Hal ini karena masing-masing tokoh budaya yang sudah memahami ilmu perbintangan memiliki sudut pandang, yang berbeda.
Penentuan waktu ini selain ditentukan dari kalender, juga melalui tanda-tanda alam. Seperti adanya jamur, binatang ale-ale yang hanya selalu keluar di saat tertentu.
“Nyale ini karena penjelmaan Putri Mandalika yang ingin memberikan keikhlasan kepada semua masyarakatnya. Maka kemudian Nyale ini muncul di seluruh pelosok pantai selatan. Mulai dari Kuta, Mawun, Selong Belanak dan lainnya,” katanya.
(N1)
Sumber: InfoPublik.id