NYATANYA.COM, Sleman – Dalam upaya memberikan bekal kepada anggota yang memiliki minat dalam sinematografi, Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PCIMM) Abdul Rozaq (AR) Fakhruddin Kota Yogyakarta menggelar Workshop bertema “Sangkan Paraning Pakaryan”.
Workshop digelar selama dua hari pada Kamis (28/5/2022) hingga Jumat (29/5/2022) di Desa Wisata Budaya, Rajek Wetan, Tirtoadi, Mlati, Sleman.
Ketua Panitia Penyelenggara Sofyan Faisnanto menjelaskan, kegiatan ini untuk memberikan bekal dalam hal manajemen pra produksi sebuah film.
Sehingga diharapkan dari workshop ini para peserta dapat merencanakan serta menyusun langkah langkah awal bagi berjalanannya proses produksi sebuah karya sinematografi yang baik dan bermutu secara keseluruhan.

“Ini kegiatan pertama kali yang kita selenggarakan, untuk melahirkan para sinema-sinema muda berbakat di lingkungan kader Muhammadiyah” urai Fais begitu sapaannya yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Seni Budaya dan Olahraga PC IMM AR Fahkruddin Kota Yogyakarta.
Lebih lanjut Fais menjelaskan, pasca kegiatan workshop ini akan berkelanjutan dengan merancang program proses produksi film perdana.
Sehingga pihaknya terus menjalin kerjasama serta memperluas jejaring untuk berkolaborasi dalam proses pembuatan film yang diharapkan pada tahun ini juga sudah bisa ditayangkan hasilnya.
“Kita juga sudah rancang bekerjasama serta berkolaborasi dengan sejumlah jejaring untuk dapat mewujudkan film perdana dan ditayangkan pada tahun ini,” jelasnya.
Hadir sebagai pembicara dalam kegiatan yang disokong oleh LSBO PP Muhammadiyah, Ilmu Komunikasi UNISA dan Sinartha film ini diantaranya Arif Yulianto Sutradara Film Lemah Teles yang juga CEO Jogja Sinau, Prastowo Budi Purnama seorang pegiat sejarah dan seni budaya.
Dalam kesempatan itu kedua pembicara banyak memberikan motivasi pada peserta untuk mampu menghasilkan film-film bermutu.
Misalnya dengan mengambil kisah para tokoh Muhammadiyah yang demikian banyak dan memiliki cerita perjalanan hidup yang luar biasa.
“Muhammadiyah memiliki potensi besar dalam menghasilkan cerita-cerita luar biasa untuk dinikmati penonton dan jamaahnya,” ucap Arif.
Sementara itu menurut Prastowo, banyak cerita hebat yang dapat digarap sebagai materi film. Sebab Muhammadiyah memiliki banyak tokoh bahkan tingkat nasional dan internasional yang bila difilmkan pasti bukan hanya sebagai dokumentasi tetapi juga memiliki kekuatan bagi syiar.
Disinilah begitu menurut Prastowo, pentingnya generasi muda untuk mengetahui serta memahami sejarah.
“Dengan media film ini pembelajaran sejarah baru saja akan dimulai dan kawula muda harus terus bersemangat untuk mengembangkan potensi dengan karsa ciptanya dalam bentuk karya sesuai dengan kompetensi,” pungkas Prastowo.
(N3)