NYATANYA.COM, Yogyakarta – Di tengah melonjaknya kasus corona, memunculkan persoalan terkait ketersediaan oksigen bagi pasien Covid-19 di wilayah DIY. Menjaga pasokan oksigen tentu juga bukan perkara mudah. Apalagi Yogya tak memiliki pabrik oksigen sendiri.
Asekda Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY Tri Saktiyana memberikan penjelasan bahwa pada dasarnya, jenis oksigen yang digunakan untuk merawat pasien Covid-19 ada dua jenis yakni oksigen cair dan gas, dimana sistem pengoperasiannya dilakukan secara sentral maupun dengan tabung.
“Nah Yogya itu satu-satunya daerah yang tidak punya pabrik oksigen. Adanya di Jabar, Jatim, Jateng, dan termasuk Banten hingga luar Jawa. Sementara menurut data terakhir dari Dinkes (DIY), baik isolasi maupun ICU, kebutuhannya mendekati 60 ton per hari. Kalau dikonversi ke meter kubik sekitar 44.051 meter kubik,” ujarnya.
Menurutnya, jumlah pasti yang selalu didapatkan DIY per harinya sekitar 35 ton, namun masih ada 20 ton yang belum tercukupi.
“Dari 20 ton itu, didukung oleh program CSR meski waktu datang dan jumlah tonasenya belum tidak tentu. Jadi masih ada sekitar 10 ton ketidakpastian yang setiap hari kita update terus pagi, siang, dan sore. Tingkat kebutuhannya kita update melalui RS Online (SIRS),” urai Tri Sakti.
Menurut Tri Sakti, di Pulau Jawa sendiri sudah kekurangan kebutuhan oksigen.
“Kita kemudian narik dari luar Jawa, tapi sepertinya luar Jawa kini juga butuh, mungkin akan narik dari luar negeri ataupun switching oksigen yang tadinya untuk kebutuhan industri, kita alihkan menjadi kebutuhan medis,” terangnya.
Meski demikian, tabung oksigen dari industri ini harus dibersihkan terlebih dulu. “Mengapa ini sulit secara teknis karena membutuhkan kecermatan karena menyangkut keselamatan manusia,” tambahnya.
Sementara, selain dua jenis oksigen di atas, terdapat pula oksigen konsentrator yang memiliki dua kapasitas yakni 5 liter untuk 1 pasien dan 10 liter untuk 2 pasien.
“Kita ini punya oksigen konsentrator, tiap konsentrator butuh 500 watt. Kalau tiap RS menambah 1 atau 2 saja tidak masalah, namun kalau tambahnya 20, itu perlu kerja sama dengan PLN.”
Tri Sakti mengaku bahwa skema pembagian oksigen konsentrator kini sudah berjalan di RS. “Dan kalau ada perlu mendadak, Dinkes DIY juga ada beberapa stok yang bisa langsung diberikan,” katanya.
Untuk menjamin kecukupan oksigen di DIY, Tri Sakti menuturkan rencana operasional sentra oksigen di DIY mulai September 2021 mendatang.
“Rencananya ada di Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna (BPTTG) di Jalan Kusumanegara (Kota Yogyakarta) dan itu oksigen generator. Jadi sistem kerjanya itu nanti bisa mengeluarkan gas yang akan ditampung di tabung kecil, tengah, besar. RS yang memerlukan bisa ambil di sana dengan menyiapkan tabung kosong yang sudah disinfektan,” ujar Tri Sakti.
Saat ini, lanjutnya, telah ada tim teknis BPTTG yang telah terbiasa mengurusi masalah teknis dan memiliki ilmu yang hampir sama untuk mengurusi oksigen generator.
“Ini Kabupaten Bantul, di RS Panembahan Senopati, mau mencoba install oksigen generator. Mungkin Kamis (29/7/2021) atau Jumat (30/7/2021) saya akan minta mereka ke sana untuk melihat perwujudannya dan cara merangkainya. Jadi ketika nanti September kita jalan, tenaganya sudah terlatih.”
Jelas Tri Sakti, skema pembiayaan sentra oksigen ini sepenuhnya menggunakan dana APBD DIY.
“Nantinya, masyarakat yang punya tabung oksigen, supaya terkoordinir dengan baik, bisa melalui fasyankes setempat. Kalau dari tempat isoter, itu tabung kosongnya dikirim ke puskesmas setempat. Puskesmas secara kolektif akan mengirimkan tabung itu setelah disinfektan. Dan itu free alias gratis, semua biaya akan ditanggung Pemda DIY,” tutup Tri Sakti. (*)