NYATANYA.COM, Yogyakarta – Kotabaru menjadi penting dalam konteks historis perjalanan sejarah Kota Yogyakarta. Kawasan ini menjadi saksi perjalanan peristiwa-peristiwa penting.
Pada masa kolonial menjadi milestone pembangunan kawasan hunian modern. Pada masa Jepang menjadi kawasan hunian dan aktifitas militer.
Pada masa kemerdekaan kawasan ini tidak terlepas sebagai peran pendukung dalam Yogyakarta sebagai ibukota Republik.
Beberapa bangunan di Kotabaru juga menjadi kantor lembaga negara pada masa kemerdekaan, seperti Kolose Ignatius yang menjadi kantor Kementrian Pertahanan, dan Museum Sandi yang pernah menjadi kantor Kementerian Luar Negeri.
Kotabaru juga menjadi saksi atas perjuangan masyarakat Yogyakarta dalam mempertahankan kemerdekaan, terutama pada saat peristiwa Penyerbuan Kotabaru.
“Berangkat dari latar belakang inilah kemudian melahirkan event musik yang merajut keberagaman inklusif bertajuk Jazz Syuhada, sekaligus menunjukkan bahwa keberagaman itu bisa melebur dan menyatu dalam wadah musik Jazz,” terang Aji Wartono, Founder Jazz Syuhada dalam jumpa pers yang digelar di Aula Pastoran Gereja St. Antonius Kotabaru, Kamis (27/10/2022) sore.
Dijelaskan Aji, Jazz Syuhada mengambil nilai bersejarah itu sebagai filosofi untuk mengenang para pejuang dan pahlawan (syuhada) yang ikut memperjuangkan Kemerdekaan Republik Indonesia, sebagaimana penamaan Masjid Agung Syuhada yang dibangun pasca kemerdekaan.
Lurah Kota Baru, Supardi menyambung, Jazz Syuhada lahir atas inisiatif beberapa pihak untuk mengenalkan kawasan bersejarah Kotabaru-Yogyakarta, sekaligus sebagai media perjumpaan berbagai ragam komunitas dengan latar belakang yang beragam (suku, agama, profesi, dan lainnya) untuk keharmonisan dan kehidupan yang inklusif di Kotabaru, Yogyakarta.
“Dalam perkembangannya Jazz Syuhada berkolaborasi dengan berbagai elemen seperti Forum Warga Kotabaru, Pemerintah Kelurahan Kotabaru, Organisasi Kepemudaan, Ormas Keagamaan, Kampus/Universitas, dan kelompok kreatif lainnya di Yogyakarta,” terang Supardi.
Ketua Pelaksana Jazz Syuhada, Rendra Agusta menambahkan, Jazz Syuhada bukan sekadar event pertunjukan, tetapi juga menjadi peristiwa kebudayaan karena prosesnya yang mempertemukan beragam komunitas yang saling bekerjasama dengan semangat kesukarelawanan, memperkokoh keberagaman, dan kemanusiaan.
“Jazz Syuhada tahun 2022 mengambil tema “Sayuk Rukun – Memperkokoh Keragaman Merajut Kemanusiaan,” beber Rendra yang juga mewakili umat Muslim Kotabaru.
Sementara itu, Budhi Hermanto, Direktur Jazz Syuhada menambahkan, dalam peristiwa kebudayaan Jazz Syuhada 2022, juga akan diselenggarakan Pidato Kebudayaan oleh Prof. Dr. Amin Abdullah dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang mengambil tema Pancasila Melalui Seni, Musik, dan Budaya dalam rangka Memperingati Hari Sumpah Pemuda “Merajut Keragaman Memperkokoh Kemanusiaan.”
Dalam pertunjukan Jazz Syuhada akan ada ragam seni pertunjukan tradisi sepeti Bregodo, Angklung, Didong Gayo-Aceh, hingga pertunjukan musik dari para musisi jazz dari komunitas jazz mbensenen Yogyakarta, diantaranya Syifa & Friends, Taksu Project, Heroik Karaoke, The Adlib Quartet, Portelea, dan Hardi & & Friends.
Frater Agustinus Daryanto, mewakili Orang Muda Katolik dari Gereja St. Antonius Kotabaru mengaku bangga dan senang dengan kegiatan Jazz Syuhada 2022.
“Kali ini kami (Orang Muda Katolik) bukan saja dilibatkan untuk tampil di panggung pertunjukan tetapi tahun ini kami turut dilibatkan ke dalam panitia, tentu ini sebuah bentuk semangat kebersamaan yang berbuah baik untuk menjaga dan membangun Kotabaru melalui musik jazz,” ungkap Frater Daryanto.
Pertunjukan Jazz Syuhda sendiri akan dilangsungkan pada tanggal 29 Oktober 2022, dengan mengambil lokasi di Jalan I Dewa Nyoman Oka, Kotabaru Yogyakarta sejak pukul 14.00 hingga 23.00 WIB.
(Aja)