Home / Wisata

Kamis, 21 April 2022 - 19:37 WIB

Jejak Sejarah Kampung Islam Kauman Mangkunegaran Solo

NYATANYA.COM, Surakarta – Kampung Kauman berasal dari kata “Kaum dan Iman”. Artinya kampung ini ditempati oleh sekelompok orang yang memahami ilmu agama dan berperan dalam proses penyebaran agama Islam.

Hadirnya Kampung Kauman di antara banyaknya kaum abangan diharapkan dapat menyadarkan dan memberikan dakwah tentang Islam.

Kampung Kauman dipimpin oleh seorang Penghulu. Penghulu inilah yang bertanggung jawab atas aktivitas dakwah kala

Dalam menjalankan tugasnya, Penghulu dibantu oleh Khatib yang bertugas memberikan khotbah salat Jumat dan menjadi imam, Modin yang bertugas memukul beduk dan mengumandangkan azan, dan marbot yang bertugas mengurus masjid.

Keberadaan Kampung Kauman di sejumlah daerah lahir sejak Mataram Islam berdiri dan menjadi salah satu pilar dalam penyebaran agama Islam.

Baca juga   Ibu Kandung Pembuang Mayat Bayi di Solo Ditangkap

Di Kota Surakarta sendiri terdapat Kampung Kauman Mangkunegaran yang lokasinya di depan Pasar Legi, tepatnya sebelah utara Puro Mangkunegaran. Wilayahnya memanjang dari utara Kali Pepe hingga depan Pasar Legi.

Kampung Kauman Mangkunegaran sudah ada sejak zaman Mangkunegara I. Setelah Perjanjian Salatiga tahun 1757, Mangkunegara menempati rumah Tumenggung Mangkuyudo.

Dalam perjanjian tersebut, Mangkunegara I tidak diperbolehkan membuat alun-alun karena posisinya merupakan daerah Praja. Oleh karena itu, Mangkunegara I hanya membuat pasar untuk tujuan perekonomian dan religi.

Dalam Babad Panambangan, tercatat ada lebih dari 80 orang warga Kauman. Inilah yang menguatkan identitas Kauman sebagai kampung religi di masa Mangkunegara I.

Baca juga   Menari Bareng Ganjar, Kheisya “Ndredeg” Tapi Senang Dapat Laptop

Sayangnya, kondisi ini berubah sejak era Mangkunegara IV. Kondisi ini dimulai dengan dipindahkannya Masjid Nagari di Kauman ke barat Puro Mangkunegaran tahun 1878.

Lama kelamaan eksistensi Kauman sebagai kampung religi mulai meredup. Ditambah lagi regenerasi ulama yang tidak ada sejak pemindahan tersebut.

Pada masa Mangkunegara IV, sektor ekonomi menjadi utama karena Mangkunegara IV meninggalkan banyak utang yang menjadi beban generasi berikutnya.

Terfokusnya kepada sektor ekonomi, sektor religi semakin tidak mendapat perhatian. Akibatnya, Kampung Kauman terus kehilangan jadi dirinya sebagai kampung religi. (*)

Share :

Baca Juga

Direktur Utama Ketep Pass Mul Budi Santoso bersama Ketua PPW Jateng menunjukkan surat MoU kerja sama. (Foto: humas/beritamagelang)

Wisata

Tingkatkan Kunjungan, Destinasi Wisata Ini Jalin Kerja Sama dengan Biro Perjalanan
Foto: Humas Jateng

Wisata

Ruwatan Bumi di Borobudur, Ganjar: Tunjukkan Komitmen G20 Kembali ke Lingkungan
Nasi grombyang khas Pemalang masuk WBTB dalam kategori teknologi tradisional. (Foto: Diskominfo Jateng)

Wisata

Masuk Warisan Budaya, Ini Istimewanya Nasi Grombyang Pemalang
Mangli Sky View menawarkan kunjungan paket pilihan ke objek desa wisata Mangli, meliputi Mangli sky view, silancur highland, trianggulangsi, linggar jati, azzira, nyawiji cafe, babe dan family homestay, juga pendakian Gunung Sumbing via Mangli. (Foto: ist/beritamagelang)

Wisata

Libur Lebaran, Mangli Sky View Usung Konsep Wisata Desa Menyenangkan
Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam kirab kerakyatan muhibah budaya di Trenggalek. Foto: MC Kab.Trenggalek

Wisata

Lewat Muhibah Budaya, DIY Rajut Budaya Mataram dengan Trenggalek
Foto: Dok Birkom Kemenparekraf

Wisata

Liburan Sekolah, Ini Destinasi Wisata Unggulan Rekomendasi Menparekraf
Taj Yasin Maimoen saat memberi sambutan secara virtual pada Pertemuan Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Arab se-Jawa Tengah, dan Kompetensi Bahasa Arab Nasional ke-4 Tingkat Provinsi Jawa Tengah. (Foto: Humas Jateng)

Wisata

Kembangkan Wisata Halal, Gus Yasin Dorong SDM Kuasai Bahasa Arab
Ilustrasi bersepeda sembari menikmati keelokan sudut kota Yogya menjadi aktivitas yang menyenangkan. (Foto: Agoes Jumianto)

Wisata

Yogowes Monalisa, Wisata Alternatif Kota Yogya Melalui Sepeda