NYATANYA.COM, Yogyakarta – Satu lagi kartunis Yogyakarta yang menyimpan ‘harta karun’ kreativitasnya. Joen, seniman kartun kelahiran Sleman, Yogyakarta 50 tahun yang lalu, yang senang menggambar sejak kecil.
Dalam kesempatan ngobrol santai di tempatnya ‘bersemedi’, di pucuk Gunung Wangi Bangkel, Bangkil, Srimulyo, Piyungan, Bantul, Sabtu (31/7/2021), Joen Yunus Erlangga, nama lengkapnya, blak-blakan dengan nyatanya.com tentang perjalanan kreatifnya selama ini.

Joen yang sempat ikut les menggambar bersama pak Tino Sidin ini merupakan alumni Desain ISI Yogyakarta. Diungkap Joen, awal mengenal kartun melalui Pakyo (Paguyuban Kartunis Yogyakarta) dan ikut pameran kartun PAKARTI (Persatuan Kartunis Indonesia) di beberapa kesempatan.
Tak seperti kartunis lain yang karya-karyanya melenggang di banyak media cetak tanah air. Joen memilih ‘senyap’. Ia punya cara sendiri untuk memuaskan ‘birahi’nya menggambar kartun.
Tak heran jika kemudian gambar-gambar kartunnya lebih banyak dipublikasikan di luar negeri seperti Belanda, Perancis, Norwegia, Polandia, Turki, Brazil dan sebagainya, dan sangat jarang terbit di media dalam negeri. Mengapa?
“Penduduk Indonesia kurang lebih 275 juta orang, sementara penduduk dunia 7 milyar lebih. Berarti pasar global jauh lebih menjanjikan to?” begitu alasannya.

Joen sudah sekitar 15 tahun aktif berkarya kartun. Dia suka menggambar kartun bertema keluarga, lingkungan, perdamaian, anak, teknologi dan menghindari kartun bertema politik atau yang sifatnya insulting (menghina) sosok pribadi seseorang.
“Sebagian besar adalah kartun tanpa kata (no caption cartoon),” ungkapnya.
Prof. Lim Cheong-San, seorang pakar seni kartun dari SICACO – Korea Selatan, menyebut gambar-gambar kartun karya Joen sebagai “cheerful cartoons” atau kartun yang menghibur dan penuh dengan energi suka cita tetapi cerdas, tidak asal melucu.
Joen mengaku cukup mengidolakan style kartun dari komik Tintin, Si Unyil, Jean Jacques Sempe, Larry Gonick, Datuk Lat dan Priyanto Sunarto.

“Gambar-gambar kartunnya nakal, usil, memprovokasi, memutarbalikkan logika atau mempertanyakan satu fenomena bahkan terkadang absurd tapi tidak ingin menghina seseorang,” imbuhnya.
Karena karya-karya kartunya itu Joen pernah terpilih sebagai official cartoonist untuk kampanye air bersih dan sanitasi dunia oleh UNWater – UNICEF (2015 dan 2016) dan diundang ke Mesir untuk mengisi workshop seni kartun (2016).
Joen juga sudah pernah pula berpameran tunggal seni kartun “Tawa Dalam Senyap – 2015” dengan kurator perupa Eko Nugroho di Yogyakarta. Dan belum lama ini Joen juga ikut ambil bagian dalam pameran Asean Human Rights Cartoon Exhibition yang digelar Zunar dan Friedrich Naumann Foundation di Malaysia bersama 13 kartunis Indonesia lainnya. (N1)