NYATANYA.COM, Yogyakarta – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X secara resmi menutup rangkaian Jogja International Batik Biennale (JIBB), Sabtu (6/11/2021) sore di Pendapa Agung Kedhaton Ambarrukmo, Depok, Sleman.
Selain menutup kegiatan, secara simbolis Sri Sultan juga mendukung pencanangan Jogja Membatik Dunia.
Pada sambutan yang disampaikan, Sri Sultan menyampaikan bahwa melalui ajang ini, batik dapat lebih dikenal di kancah dunia dan dapat menjadikan Yogyakarta sebagai kota batik. Apalagi, menurut Sri Sultan, saat ini batik sudah semakin populer dan menjadi kebutuhan dunia.
“Saya ucapkan terima kasih atas segala upaya dan bantuan dari berbagai pihak, untuk membangun masa depan batik Indonesia, yang tidak hanya dilihat dari sisi kebudayaan, melainkan juga kepentingan ekonomi masyarakat,” urai Sri Sultan yang hadir didampingi GKR Hemas, selaku Ketua Umum Dekranasda DIY.
Ngarsa Dalem juga menyampaikan rasa terima kasih atas atensi Presiden RI Joko Widodo karena telah memberikan dukungan atas pelaksanaan JIBB dan khususnya pada kemajuan batik.
“Dengan karya kreatif bangsa, Bapak Presiden telah memberikan sumbangsih demi segera pulihnya ekonomi negeri ini. Semoga Indonesia Tangguh dan Indonesia Tumbuh, bukan hanya sekadar cita-cita, namun menjadi realita,” urai Ngarsa Dalem.
Di sisi lain, gerakan Jogja Membatik Dunia, yang dibuka secara simbolis oleh Sri Sultan dilakukan dengan menggoreskan malam secara simbolis pada kain bermotif batik Ceplok Mangkoro bersama Ketua Dekranasda DIY GKR Hemas, Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji, dan Wakil Ketua 1 PKK DIY GKBRAy. A. Paku Alam.
Simbolisasi tersebut disaksikan Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Rahardjo, Kepala Dinas Dikpora DIY Didik Wardaya, Kepala Dinas UKM dan Koperasi DIY Srie Nurkyatsiwi, Kepala Bank BPD DIY Santosa Rohmad, dan perwakilan OPD lain.
Arti dari Mangkoro sendiri merupakan ‘ora ana sekara-kara’, bermakna tidak ada halangan dan rintangan. Motif ini berasal dari bagian belakang penutup kepala atau sumping pewayangan jawa.
Menorehkan Ceplok Mangkoro dalam batik adalah wujud doa untuk menolak musibah. Kegiatan ini merupakan doa agar dunia segera pulih dari pandemi, sekaligus sebagai pertanyaan untuk posisi Jogja sebagai Ibukota Batik Dunia.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Dekranasda DIY GKR Hemas, mengatakan Yogyakarta sebagai penyandang gelar International World Batik Heritage, harus dapat mengelola gelar tersebut dengan baik, nguri-nguri, mengembangkan batik dan mendorong masyarakat memanfaatkan gelar tersebut sebaik-baiknya.
GKR Hemas menekankan bahwa Dekranasda DIY sebagai pengampu kegiatan kerajinan akan selalu mendorong segala bentuk kemajuan kerajinan termasuk batik di Yogyakarta.
“Oleh karena itu, saya berharap kepada seluruh pengurus Dekranasda untuk tetap bersemangat di tengah kesibukan dan tanggung jawab yang lain,” ujar GKR Hemas.
Ibu Ratu juga menyampaikan apresiasi kepada Presiden RI beserta perwakilan negara sahabat serta panitia yang telah memberikan dukungan penuh pada perhelatan JIBB 2021 yang rangkaiannya telah berlangsung sejak Agustus 2021 ini.
Menyampaikan sambutan sekaligus mewakili Presiden RI, Menteri Koperasi dan UKM RI Teten Masduki melalui siaran daring menjelaskan bahwa JIBB menjadi narasi kuat dan merupakan bukti mahakarya produk tradisi Indonesia yang mahamakna dengan filosofi yang mengakar.
“Untuk itu, saya berharap melalui Jogja Membatik Dunia, UMKM terkait wastra tradisional, termasuk batik Indonesia dapat bangkit dan meraja di pasar global,” tukas MenKopUKM.
Berdasarkan data, ekspor batik Indonesia pada 2020 mencapai US$532,7 juta atau Rp7,5 triliun. Industri batik telah memberdayakan 200 ribu tenaga kerja dari 47 ribu unit usaha yang tersebar di 101 sentra wilayah Indonesia.
MenKopUKM pun menekankan pentingnya inovasi karena para kompetitor internasional terus menjadi tantangan. “Harapan kami, UMKM pengrajin batik dapat membentuk kelembagaan koperasi. Koperasi jadi offtaker, kami dan LPDB-KUMKM siap dukung pembiayaan,” ungkap Teten.
Menteri Teten juga berharap, pelaku wastra juga dapat bereksplorasi bersama dengan project KRTA, initiative future fashion dari Smesco yang mendemokratisasi siluet fashion kebangsaan untuk dimanfaatkan para perajin fashion termasuk batik.
“Saya berharap beragam inovasi serta rangkaian sinergi dan kolaborasi dapat terlahir,” tutupnya.
(*/Aja)