Home / Panggung

Senin, 11 Juli 2022 - 15:45 WIB

Jun KITAZAWA Eksplorasi Sejarah Pendudukan Jepang di Indonesia di Pameran ‘Fragile Gift’

Jun KITAZAWA dan salah satu karyanya. Foto: Dok.Galeri Lorong

Jun KITAZAWA dan salah satu karyanya. Foto: Dok.Galeri Lorong

NYATANYA.COM, Bantul – ‘Fragile Gift’ yang diinisiasi oleh Jun KITAZAWA ini, dirancang sebagai sebuah proyek jangka panjang yang akan mengeksplorasi sejarah pendudukan Jepang di Indonesia beserta warisan-warisannya.

Masa pendudukan Jepang terbilang singkat, yakni 3,5 tahun, tetapi menimbulkan trauma yang mendalam bagi masyarakat Indonesia.

Nakajima Ki-43 Hayabusa, pesawat tempur taktis yang digunakan Kekuatan Udara Angkatan Darat Jepang (JAAF) semasa Perang Dunia II, menjadi titik berangkat Jun KITAZAWA untuk membicarakan sesuatu yang seringkali absen dalam narasi sejarah arus utama di Jepang.

Sebuah narasi Jun KITAZAWA. Foto: Dok.Galeri Lorong

Pameran ini merupakan langkah awal bagi proyek ‘Fragile Gift’, yang dibuka pada 6 Juli 2022 di Galeri Lorong, Yogyakarta, dan akan berlangsung sampai dengan 2 Agustus 2022.

Pameran ini juga merupakan pameran tunggal pertama Jun KITAZAWA di Indonesia. Sebelumnya, seniman asal Jepang yang kini berdomisili di Yogyakarta ini, pernah mengerjakan sebuah proyek yang diberi tajuk ‘Nowhere Oasis’, yang terinspirasi dari angkringan di Yogyakarta.

Angkringan tersebut diboyong ke Tokyo, berkolaborasi dengan orang-orang Indonesia yang tinggal di sana, mereka membuka warung angkringan di pinggir jalan.

Lewat proyek tersebut, KITAZAWA berupaya memunculkan ‘estetika sehari-hari’ yang dia pandang mulai hilang dari masyarakat Jepang.

Proyek ini mendapat banyak perhatian dari masyarakat Tokyo dan pernah ditampilkan pada salah satu side event Biennale Jogja Equator 5 tahun 2019.

Baca juga   Via Vallen Super Bahagia, Akhirnya Dilamar Sang Kekasih Chevra Yolandi

Pertemuannya dengan orang-orang di Indonesia, termasuk sejumlah orang yang hidup di masa pendudukan Jepang, mendorong KITAZAWA untuk mengerjakan proyek ‘Fragile Gift’ ini.

Foto: Dok.Galeri Lorong

Dari pertemuan-pertemuan tersebut, KITAZAWA mendapatkan banyak cerita tentang kehidupan di Indonesia, khususnya Jawa pada masa-masa itu.

Dalam pameran ini, KITAZAWA menampilkan sejumlah karya, termasuk bagian karya on progress, layang-layang Hayabusa yang rencananya akan diterbangkan di Jepang.

Bagian-bagian dari rencana karya tersebut adalah sebuah potongan sayap, sayap-ekor pesawat, dan ekor layang-layang dengan panjang 30 meter dan lebar 4,5 meter.

Di atas ekor kain layang-layang tersebut dicetak 61 kutipan pernyataan/kesaksian penyintas atau orang-orang yang pernah hidup di zaman Jepang. Kutipan-kutipan tersebut dikumpulkan dari berbagai jenis sumber yang tersedia secara daring, yakni kanal-kanal YouTube (wawancara dan dokumentasi media), media massa, dan kutipan dari arsip Tokyo Tribunal.

Adapun gambar dan foto yang dicetak di atas kain yang membungkus potongan sayap serta sayap-ekor pesawat bersumber dari majalah propaganda pemerintah militer Jepang di Indonesia pada masa pendudukan, yakni majalah Djawa Baroe, yang telah diapropriasi oleh KITAZAWA.

Foto: Dok.Galeri Lorong

Sumber yang sama juga dimanfaatkan dalam membuat sejumlah karya drawing yang turut ditampilkan dari pameran ini. Selain karya-karya tersebut, KITAZAWA juga menampilkan purwarupa dari layang-layang HAYABUSA.

Layang-layang Hayabusa ini, selain terinspirasi dari pesawat Nakajima Ki-43 Hayabusa yang salah satunya tersimpan di Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta, juga turut mengadopsi konsep bentuk layang-layang raksasa di Bali.

Baca juga   Miracle Prints Gelar Event Pink, Pilih Bonusnya Dapat Karyanya #2

Beberapa tahun lalu, KITAZAWA sempat berkunjung ke Bali dan menyaksikan sebuah layang-layang yang berbentuk seekor naga. KITAZAWA menggabungkan konsep dari dua objek tersebut, menghasilkan sebuah bentuk layang-layang dengan badan pesawat Hayabusa dan ekor panjang dari seekor naga dalam mitologi Jawa-Bali.

Nakajima Ki-43 Hayabusa yang sekarang tengah berada di Museum Dirgantara Mandala merupakan satu dari empat pesawat peninggalan Jepang di samping dua pesawat Cureng (Yokusuka K5Y-Shinsitei) dan sebuah pesawat Guntei.

Foto: Dok.Galeri Lorong

Pesawat tersebut turut dipergunakan saat perang kemerdekaan setalah sayap-ekornya diberi lambang merah putih.

Pesawat tersebut telah berada di Indonesia selama kurang lebih 80 tahun, menjadi saksi sejarah zaman pendudukan Jepang sekaligus saksi bagi relasi dua negara pasca-kemerdekaan hingga sekarang.

Proyek ‘Fragile Gift’ berkepentingan untuk membawa kembali Ki-43 Hayabusa ke Jepang secara simbolis dalam bentuk layang-layang. Ia kembali dalam wujud yang berbeda dengan segala beban sejarah yang dipikulnya.

Proyek ini juga diharapkan dapat menjadi proyek kolaborasi, di mana orang-orang dari Indonesia dan Jepang bisa saling berdialog tentang hubungan di masa lalu yang pahit sembari membayangkan masa depan semacam apa yang bisa dibentuk secara bersama-sama.

(*/N1)

Share :

Baca Juga

Mahasiswa semester III DKV FRSD ISI Surakarta menggelar pameran dengan memajang karya tugas mata kuliah Tipografi Nusantara. Foto: Dok.ISI Surakarta

Panggung

Mahasiswa DKV ISI Surakarta Unjuk Karya Pop Up Konten Sejarah Tipografi
Pemandu pameran Cerita Kartu Pos 2022 saat menerangkan foto di kartu pos tempo dulu tentang pentas wayang orang di Yogya. Foto: Ist

Panggung

Ini Cerita Kantor Pos 2022, Ikuti Perkembangan Seni Budaya Lewat Kartu Pos
Yogyakarta Gamelan Festival ke-28. (Foto: YGF/Diendha Febrian)

Panggung

Berikut Agenda Lengkap Yogyakarta Gamelan Festival 2023
Ganjar Pranowo menikmati musik pengamen Boyolali. Foto: Humas Jateng

Panggung

Momen Ganjar Request Lagu ‘Bojo Galak’ pada Pengamen Boyolali
Koesplusan Selasa Wage di Museum Sonobudoyo Yogya. Foto: Agoes Jumianto

Panggung

Gayeng Lur! Koesplusan Selasa Wagen di Museum Sonobudoyo
Michael Learns To Rock (MLTR), Minggu (6/11/2022) pukul 20.00 WIB siap guncang Sleman City Hall. Foto: Ist

Panggung

MLTR dan Ari Lasso Guncang SCH Besok Malam, Buruan Beli Tiketnya
Regeneration #2 karya Deddy PAW. (Foto:nyatanya.com/MayinArt)

Panggung

Pameran Seni dan Launching Gallery MayinArt Indonesia “If Walls Could Speak”
Penampilan Kartini muda dalam pertunjukan "Spirit Pena Kartini" yang digelar Komunitas Sastra Sompilan 12. (Foto: Istimewa)

Panggung

Komunitas Sastra Sompilan 12 Gelar Diskusi dan Pertunjukan “Spirit Pena Kartini”