NYATANYA.COM, Yogyakarta – Sebagai puncak rangkaian acara yang sekaligus upacara penutupan Yogyakarta Gamelan Festival ke-29 (YGF29) mempersembahkan Gaung Gamelan di Stadion Kridosono, Minggu (11/8/2024) malam.
Pertunjukan gamelan yang dimainkan oleh ratusan pemain gamelan secara bersamaan yang tergabung dalam kelompok karawitan dari 14 Desa Budaya binaan Dinas Kebudayaan “Kundha Kabudayan” DIY dan kelompok gamelan komunitas antara lain Kyai Kanjeng, AKNSB (Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya), Gendhing Bahana UAD dan Karawitan Putri Bantul.
Pertunjukan ini memainkan empat gendhing klasik gaya Yogyakarta yang telah dibagikan sebulan sebelumnya, serta disebarkan melalui berbagai media dengan tujuan agar dapat dipelajari (dibaca) oleh masyarakat luas sebagai pengetahuan atau dapat dipakai untuk berpartisipasi di dalam program ini.
Penabuhan gamelan bersama KPH Purbodiningrat, Kepala Disbud DIY Dian Lakshmi Pratiwi dan Program Director YGF29, Ari Wulu. (Foto: Dok.YGF)
Dua lancaran yang dimainkan diawal adalah Lancaran Desa Budaya dan Lancaran Kuwi Apa Kuwi. Selain pertunjukan utama Gaung Gamelan, akan ada performance dari Saron Groove (Gayam16-Yogyakarta), Drummer Guyub Yogyakarta (Yogyakarta), Anteng Kitiran (Yogyakarta), Sanggar Sritanjung (Banyuwangi).
YGF merupakan festival yang mempertemukan pemain dan pencinta gamelan. Beberapa tahun yang lalu dunia dilanda pandemi, dan di masa-masa itu dunia seakan reset, kembali seperti semula, lalu setelah berhasil “bangkit’ dari masa pandemi yang merupakan masa kegelapan bagi seluruh dunia, tahun ini YGF mengusung tema “Piweling”.
Ishari Sahida (Program Director), yang dikenal dengan nama Ari Wulu, menyatakan YGF bukan sekadar perayaan musik, ini adalah perjalanan kembali ke akar kita.
“Melalui tema “Piweling” kami ingin terhubung kembali dengan asal usul alami kita, menumbuhkan rasa syukur, kebersamaan, dan pertumbuhan. Festival ini berfungsi sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan, melestarikan warisan kita sambil merangkul kemungkinan-kemungkinan baru,” bebernya.
Penampilan Anteng Kitiran di penutupan Yogyakarta Gamelan Festival 2024. (Foto: Do.YGF)
“Ini adalah kali kedua gaung gamelan dengan format seperti ini. tahun ini kami mencoba membagikan pengalaman menikmati gamelan yang mengelilingin kita, YGF29 mengambil tema “Piweling” ini adalah kesadaran kami untuk selalu mempunyai pengingat-ingat atau mengambil ilmu-ilmu yang sudah diajarkan kepada kita sejak dulu kita pakai untuk mengembangkan kemungkinan baru dalam kebudayaan gamelan tanpa merusak ilmu serta aturan-aturan yang sudah ada, sewaktu penyelanggaran konser gamelan di plaza pasar ngasem, ada beberapa teman yang berkelakar bahwa gamelan muni dewe, kelakar itu saya respon gamelan itu berbunyi bersama-sama,” imbuh Ari Wulu.
Ditambahkan Ari Wulu, di Lokakarya ada 20 peserta untuk belajar gamelan yang kemudian kami pentaskan pada konser gamelan hari kedua.
“Kemudain di rembuk budaya yang dihadiri oleh 26 orang yang mengikuti diskusi ‘Arsip musik sebagai warisan’ pengarsipan musik menjadi penting.”
Gaung Gamelan sebagai bentuk kontribusi merayakan gamelan sebagai warisan budaya takbenda yang ditabuh tanpa amplifikasi elektrik. Harapannya, dengung dan suara gamelan bisa mencapai seluruh penjuru semesta, penyelenggaraan konser gamelan di pasar ngasem yang belangsung selama tiga hari dihadiri sekitar 2.600 orang, secara statistik tidak banyak yang menikmati Yogyakarta Gamelan Festival tahun ini, tapi yang kami harapkan informasinya akan semakin tersebar.
“Tahun depan YGF berusia 30 tahun, kami sedang merencanakan sesuatu yang lebih besar tapi tentu saja hal itu perlu dukungan dari berbagai pihak, kami harap kontribusi dari teman-teman pada malam hari ini, meskipun jumlahnya tidak seberapa tapi kalo kita bersama-sama kita pasti bisa,” ungkap Ari Wulu.
Aksi panggung Drummer Guyub YK. (Dok.YGF)
KPH Purbodiningrat selaku penasehat Jogja Festivals menyampaikan, kita yang berbahagia pada malam hari ini, semua bisa hadir diacara yang guyup sekali ketika para pelaku, pemain dan penikmat gamelan berkumpul di gaung gamelan sebagai puncak acara Yogyakarta Gamelan Festival.
“Kita tidak boleh merasa puas dan berbangga diri karena tentu saja kegiatan ini harus selalu bergulir agar gamelan tetap lestari. Dan harapan kami dengan rangkaian Yogyakarta Gemelan Festival yang berlangsung selama satu minggu ini tahun depan YGF bisa lebih spektakuler,” ujar Purbodiningrat.
Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi membacakan sambutan dari Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Hamengkubuwana X menutup event YGF 2024.
“Setiap instument yang ada pada gamelan memiliki makna yang berkaitan dengan kehidupan, kendang misalnya berperan sebagai pemimpin yang mengendalikan irama gamelan memiliki filosofi ‘ndang’ yang dalam bahasa Jawa berarti bersegeralah, dan memiliki filosofi sebagai arti bersegeralah dalam beribadah kepada Yang Maha Pencipta.”
“Setiap instrumen dalam gamelan dimainkan dengan porsinya masing-masing sehingga mampu menghasilkan harmonisasi yang indah pun dengan keberagaman dan perbedaan yang kita miliki tidak perlu sama namun dengan saling menghargai perbedaan tersebut dapat terwujud kehidupan yang selaras dan harmonis. Maka Yogyakarta Gamelan Festival menjadi salah satu medium untuk kembali memasuki pembelajaran hidup harmonisasi irama,” Dian Lakshmi Pratiwi menyampaikan.
Kemeriahan Gaung Gamelan semakin terasa dengan stan kuliner dan kerajinan di sekitar area pertunjukan. Stand ini menghadirkan aneka camilan, antara lain menu angkringan, kacang rebus, jagung rebus, wedang ronde, sate kere, dan sebagainya.
Persembahan Ladrang Piweling dan Gundhul-gundhul Pacul yang dipentaskan oleh delapan belas kelompok karawitan DIY menjadi penutup Gaung Gamelan sekaligus menutup rangkaian acara Yogyakarta Gamelan Festival 29.
Penampilan Saron Groove Gayam16. (Foto: Dok.YGF)
Digelar Satu Minggu
YGF-29 kali ini digelar selama satu minggu penuh mulai 5 Agustus sampai 11 Agustus 2024. Sebelum Gaung Gamelan, ada sederet rangkaian acara festival gamelan internasional ini.
Mulai dari Rembug Budaya, Lokakarya, Konser Gamelan Piweling, yang mengahdirkan seniman Indonesia, Prancis dan Kanada, seperti Kanasia (Kolaborasi Rekanan Musisi Kanada dan Indonesia) – Canada & Indonesia, Gamelan Kotekan (Prancis), Sanggar Kawindra (anak) dari Kediri, Harry Roesli Music School (Bandung), dan Rebanana (Banyuwangi).
Konser gamelan ini juga merupakan ajang bertemunya para penikmat dan pelaku musik gamelan dari seluruh dunia. YGF telah menjalin hubungan dengan lebih dari 32 negara yang mempunyai gamelan. Ini adalah sebuah cara dalam merawat dan mengembangkan gamelan untuk memberikan kontribusi bagi perkembangan budaya dunia.
Gaung Gamelan adalah puncak acara YGF29 menampilan konser serta closing ceremony yang berangsung di Stadion Kridosono Yogykarta pada 11 Agustus 2024 mulai pukul 19.00 sampai 22.00 WIB.
Adapun penampil pada Gaung Gamelan adalah kelompok Desa Budaya dari Kalurahan Argodadi Sedayu Bantul, Kalurahan Panggungharjo Sewon Bantul, Kalurahan Parangtritis Kretek Bantul, Kalurahan Bangunjiwo Kasihan Bantul, Kalurahan Gilangharjo Pandak Bantul, Kalurahan Petir Rongkop Gunung Kidul, Kalurahan Girisekar Panggang Gunungkidul, Kalurahan Taman martani Kalasan Sleman, Kalurahan Sidoluhur Godean Sleman, Kalurahan Widodomartani Ngemplak Sleman, Kalurahan Sendangmulyo Minggir Sleman, Kalurahan Pagerharjo Samigaluh Kulon Progo, Kalurahan Kalirejo Kokap Kulon Progo, Kalurahan Brosot Lendah Kulon Progo.
Kemudian penampilan Kiai Kanjeng, Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya, Karawitan Putri Bantul, Gending Bahana UAD, dan spesial performance Anteng Kitiran, Saron Groove (Gayam16), Drummer Guyub YK, dan Sanggar Sritanjung. (N1)