Home / Plus

Selasa, 11 Oktober 2022 - 12:12 WIB

Kenalkan Batik Rifaiyah Khas Batang yang Sudah Diakui UNESCO Lewat Festival

Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, Desa Kalipucang Wetan menggelar festival Batik Rifaiyah. Foto: MC Batang

Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, Desa Kalipucang Wetan menggelar festival Batik Rifaiyah. Foto: MC Batang

NYATANYA.COM, Batang – Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, Desa Kalipucang Wetan menggelar festival untuk terus memperkenalkan Batik Rifaiyah.

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Batang, Willopo mengatakan, budaya Batik Rifaiyah khas Kabupaten Batang termasuk ke dalam warisan budaya Indonesia yang diakui oleh UNESCO.

“Kegiatan merayakan hari Rifaiyah bertujuan untuk mengenalkan batik khas Kabupaten Batang ke kancah nasional maupun internasional. Ini bagian dari kekayaan khasanah seni dan budaya serta kreativitas masyarakat, yang harus kita dukung untuk dapat dikembangkan,” katanya saat ditemui di Desa Kalipucang Wetan, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, Senin (10/10/2022) malam.

Batik memang identik dengan Indonesia, tetapi tidak menutup kemungkinan negara lain juga membuat batik seperti Malaysia dan Vietnam.

Makanya agar tidak memudarkan batik sebagai salah satu budaya Negara Indonesia harus tetap dijaga. Seperti yang tercatat di dunia saat ini satu-satunya adalah batik tulisnya.

Baca juga   Peringati Hari Infanteri, Koramil 07/Bandar Gelar Karya Bakti

“Batik Rifaiyah sendiri dibuat dengan cara ditulis secara tradisional menggunakan canting yang diawali dengan membuat motif, corak, hingga pewarnaan yang memerlukan proses cukup lama,” terangnya.

Proses pembuatan batik ini sebagai media untuk syiar agama Islam pada zaman dahulu. Ada ritual yang biasa dijalankan sebelum membatik, yakni dengan salat Duha terlebih dahulu.

Tidak cukup disitu pengrajin juga harus membaca syair kidung berbahasa jawa berisi ajaran Islam saat menorehkan malam ke selembar batik.

“Ciri khas batik Rifaiyah tiga negeri, yakni larangan penggambaran motif hewan secara utuh pada lembaran kain. Alasannya, mereka meyakini menggambar makhluk hidup itu berdosa,” ungkapnya.

Baca juga   Kota Jakarta Masuk dalam Jejaring Kota Kreatif UNESCO

Sementara itu, Kepala Desa Kalipucang Wetan Mundakir menambahkan, adapun proses pembuatannya membutuhkan waktu minimal tiga minggu, ada yang dua bulan, bahkan enam bulan untuk sehelai kain. Atas kerja keras pembatik, kain batik Rifaiyah termurah dihargai Rp350 ribu, itu pun untuk batik kasar.

“Untuk batik sedang mencapai Rp4 juta, batik halus dijual Rp6,5 juta, dengan pemasaran di berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, India, Korea, Jepang, Yunani, Amerika dan Swedia,” tuturnya.

Menurut dia, batik Rifaiyah murni merupakan batik tulis. Warga tidak mau mengubahnya menggunakan mesin karena demi mempertahankan tradisi, sehingga hanya melayani pesananan terbatas.

“Kami membatik bukan menjadi bagian hidup, karena kalau secara ekonomi tidak memungkinkannya. Semangatnya hanya mempertahankan tradisi dan warisan leluhur,” ujar dia.

(*/N1)

Share :

Baca Juga

Nikah bersama Satu Abad NU diikuti oleh 11 pasangan dari berbagai wilayah seperti Kota Yogya, Sleman dan Bojonegoro. Foto: Humas Pemkot Yogya

Plus

Nikah Bersama Satu Abad NU di Stadion Kridosono, Simbol Dilapangkan Rezeki Pengantin
Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ekonomi dan Sosial, Universitas Amikom Yogyakarta Studi Visit, Industri Kreatif. (Foto: Istimewa)

Plus

Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta Implementasikan MBKM dengan Kunjungan Industri
Salak banyak di jumpai dan menyehatkan. (Foto: Istimewa)

Plus

Salak Lancarkan BAB dan Sebagai Sarana Diet
Pring Pethuk sebagai Bamboofest direncanakan digelar tahunan di DIY, dan diinisiasi oleh Festival Bambu Sleman. Foto: Ist

Plus

Pring Pethuk! Simpul Temu Komunitas Bambu Indonesia, Bakal Dirayakan Setiap Tahun di DIY
Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, sekarang sampah dapur tidak hanya sebagai sampah, namun bisa dijadikan bermanfaat yang sangat berguna. (Foto: Humas Pemkot Yogya)

Plus

Manfaatkan Sisa Makanan, Warga Karangwaru Olah Sampah Menjadi Eco Enzym
Kirab Batik Tulis Lasem, yang digelar dalam rangka Hari Jadi ke-1140 Kota Lasem. Foto: Kominfo Rembang

Plus

Kirab Batik Tulis Ramaikan Peringatan Hari Jadi Kota Lasem
Kelompok ikan Mino Mulyo, yang barada di Plumbon Kidul, Mororejo, Kapanewon Tempel, Sleman membudidayakan ikan lele mutiara. (Foto: MC Kab Sleman/Arief Hartanto)

Plus

Budidaya Lele Mutiara Miliki Prospek Bisnis yang Menjanjikan
Gus Yasin mengapresiasi kreativitas para santri Pondok Pesantren Al Ma’wa Kendal, yang mampu memproduksi berbagai jenis pesawat aeromodeling. (Foto: Humas Jateng)

Plus

Diapresiasi Gus Yasin, Santri Kreatif Ini Produksi Pesawat Aeromodeling