NYATANYA.COM, Manggarai Barat – Kain tenun khas Nusa Tenggara Timur (NTT) dimanfaatkan sebagai media diplomasi Indonesia dengan delegasi dan undangan pertemuan kedua atau 2nd Sherpa Meeting Labuan Bajo.
Harapannya, dapat memperkenalkan dan mempromosikan kain khas NTT itu ke dunia, khususnya kepada negara-negara anggota G20 serta undangan yang hadir.
Strateginya, penenun akan mempertunjukkan proses pembuatan kain tenun NTT yang menggunakan alat tradisional. Sekaligus memberikan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan motif dan corak kain tenun dari berbagai pelosok wilayah NTT itu.
“Kita menggunakan kain tenun untuk memperkenalkan identitas kain tenun kepada masyarakat dunia,” kata Penenun Kain NTT, Alfonsa Horeng, pada kegiatan side event The 2nd Sherpa Meeting kepada InfoPublik.id pada Senin (11/7/2022).
Hal itu, untuk menarik perhatian para pengunjung yang datang yakni delegasi dari negara-negara anggota G20. Sehingga, mereka bisa menjadi corong informasi tentang keberadaan kerajinan kain tenun NTT yang berkualitas, hingga kembali ke negaranya masing-masing.
“Kita bertukar kontak, sehingga membujuk para turis dapat memperkenalkan produk tenun NTT kepada masyarakat dan pejabat terkait,” kata Alfonsa.
Menurut Alfonsa, cara yang dipraktekkan tersebut, sudah terbukti membuat nama tenun NTT jadi dikenal oleh dunia.
Terdapat 35 negara yang sudah dikunjungi berkat diplomasi kain tenun yang dilakukan dalam setiap bertemu dengan turis mancanegara.
Jalinan diplomasi yang telah dijalin olehnya itu pun sangat solid. Indikasinya, sampai dengan saat ini, para turis mancanegara masih berhubungan dengan erat melalui media sambungan digital.
“Jadi kalau saya ada di sana juga saya ketemu, dia menjadi teman saya ketika berkunjung ke sana. Dia pun layani saya,” kata Alfonsa.
Alfonsa optimis, melalui ajang G20 dapat berdampak positif terhadap kesejahteraan para penenun di NTT. Karena, semakin banyak masyarakat dari luar negeri yang kenal dengan produk tenun yang dihasilkan oleh penenun dalam beberapa waktu mendatang.
Dengan langkah strategis yang dilakukan itu, membuat setiap perempuan di NTT dapat memanfaatkan keahliannya bertenun untuk bekal kehidupan ke depan.
“Membuat perempuan NTT menjadi berdaya,” tutur Alfonsa.
(TA/N1)
Sumber: InfoPublik.id