NYATANYA.COM, Yogyakarta – Rebonds Collectif Artistique France berkolaborasi dengan Komunitas Gayam16 mementaskan pertunjukan bertajuk Legenda Godogan Kungkum Kodok pada hari kedua Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) ke-27 (#YGF27) di Pendopo Ndalem Mangkubumen Universitas Widya Mataram, Sabtu (20/8/2022).
Pertunjukan kolaborasi ini melibatkan tari dari Putri Raharjo dan Warto Bosa, konser gamelan yang dibawakan Azied Dewa, Sudaryanto, Alex Grillo, Marie-Pierre Faurite, serta Christian Sebille.

Yang menarik, di gelaran #YGF27 menjadi panggung pertama opera kecil Legenda Godogan Kungkum Kodok ini dipentaskan.
Karya ini menggabungkan dua budaya artistik Perancis dan Indonesia melalui bagian-bagian yang ditarikan, gamelan spasial, dan interaksi elektronik real time dengan Christian Sebille.
Narasinya bilingual, dalam bahasa Prancis dan Indonesia dan sebagian dinyanyikan serta dinarasikan berdasarkan tradisi dramaturgi Jawa.

Pementasan Legenda Godogan dalam #YGF27 yang berkolaborasi dengan Christian Sebille menampilkan real time music composition. Sebelumnya, Christian sudah memaparkan materi real time music dalam workshop yang diadakan di IFI-LIP, Kamis (18/8/2022).
Ia menggunakan alat informatik yang dapat mentransformasi suara saat memainkan musik dan alat tersebut bisa memodifikasi berbagai parameter dengan kecepatan yang berbeda.
“Kami sebut real time music, jadi suara elektroniknya seperti nyata, terutama suara-suara instrument yang sudah dimainkan,” kata Christian Sebille.

Dalam pementasan Legenda Godogan, melalui perangkatnya, Christian Sebille mentransformasikan suara gamelan menjadi suara baru.
“Di Indonesia sering mempertontokan transformasi suara real time music ini, memang ini hal yang baru, bahkan di Prancis juga belum pernah ada,” tuturnya.
Dalam proses pembuatan Legenda Godogan, Alex meminta penulis Elizabeth Inandiak untuk menulis opera libretto berdasarkan legenda Bali Pangeran dan Katak.
Elizabeth Inandiak selama ini dikenal karyanya Lagu-Lagu Pulau untuk Tidur Tegak yang merupakan adaptasi bebas dari Serat Centhini.

Godogan versi abad ke-21 digambarkan sebagai seorang ilmuwan, ahli bioakustik yang mempelajari nyanyian katak.
Dia menyadari kepekaan batrachian terhadap gangguan lingkungan: dia menyaksikan hilangnya katak emas Monteverde pada 1990, spesies yang secara resmi dinyatakan punah pada 2001.
Dalam salah satu kunjungan lapangannya, di depan matanya katak berubah menjadi dukun. Saat itulah di persawahan dimulai inisiasi perjalanan Godogan.
Pertunjukan Legenda Godogan ini juga didukung oleh French Institute di Paris, French Institute di Indonesia, National Center for Music, SACEM, KBRI Prancis dan SPEDIDAM.

Setelah #YGF27, pementasan opera mini gamelan ini juga akan dibawakan di sejumlah tempat melalui tur keliling, yakni tur di Solo (UNS – 22 Agustus 2022), Surabaya (Yayasan Ciputra – 24 Agustus 2022) dan Jakarta (BBT – 27 Agustus 2022).
Menurut Direktur IFI-LIP Yogyakarta Francois Dabin, IFI-LIP kembali berpartisipasi secara langsung dalam penyelenggaraan YGF setelah absen dua tahun akibat pandemi Covid-19. Kerja sama dengan Komunitas Gayam16 tidak berhenti sampai di sini saja.
“Pada November mendatang, seniman Prancis akan kembali berkolaborasi dengan Komunitas Gayam16 di perhelatan Ngayogjazz,” ujarnya.
Ia tidak menampik, musisi Prancis sangat tertarik dengan gamelan. Oleh karena itu, selama ada keinginan untuk bekerja sama, maka IFI-LIP akan menjembatani.

Francois menilai sebenarnya musik gamelan tidak terkenal di Prancis, namun keberadaannya membuat banyak orang penasaran. Terlebih, gamelan didaulat sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO.
“Gamelan ini klasik dan tradisional tetapi bisa fusion dengan musik modern, itu lah yang membuat orang tertarik,” ucapnya.
Penampil kedua tadi malam adalah Sandikala Ensemble dari Yogyakarta, pimpinan Yusti Paradigma.
Sandikala Ensemble yang diperkuat 7 pemain ini menampilkan dua komposisi, Herutjokro as Posthuman (2020), dan Hyperkembangan X (2020).

Dilanjutkan aksi apik Omah Cangkem (Bantul), pimpinan Pardiman Djoyonegoro yang menampilkan komposisi karya berjudul ‘Anak-anak Negeri Cangkem’ dengan melibatkan 40 orang pemain, dimana sebagian besar adalah anak-anak.
Perhelatan tahunan festival gamelan internasional ini diadakan selama tiga hari mulai Jumat sampai Minggu (19-21/8/2022).
Berbeda dengan penyelenggaraan YGF 2020 dan 2021, YGF 2022 kali ini kembali digelar secara luring atau offline.
Penonton bisa menyaksikan langsung konser gamelan yang digelar mulai pukul 19.15 WIB selama penyelenggaraan #YGF27.
(*/Aja)