NYATANYA.COM, Yogyakarta – Buta warna parsial atau defisiensi penglihatan merupakan ketidakmampuan mata dalam membedakan corak warna. Buta warna parsial bukan berarti tidak bisa melihat warna sama sekali, melainkan hanya terbatas pada warna-warna tertentu, misalnya merah-hijau atau biru-kuning.
Namun demikian, orang yang mengalami atau memiliki kekurangan terkait buta warna ini memiliki dampak yang cukup dahysat. Bahkan sebagian masyarakat meyakini jika mengalami buta warna, maka masa depan seakan di ambang kehancuran. Maklum beragam profsi pekerjaan telah memberikan persyaratan mutlak, yaitu tidak mengalami buta warna.
Apalagi untuk mereka yang memiliki angan-angan atau impin menjadi tentara dan polisi. Tidak buta warna merupakan syarat mutlak yang tidak bia ditawar lagi. Perjuangan seorang pendaftar yang mengikuti tes dan seleksi menjadi tentara dan polisi dipastikan harus menerima kenyataan gagal. Harapan menjadi TNI/Polri pupus.
Dimungkinkan pula jenis profesi yang lain, seperti pendidik, perusahaan atau bidang jasa yang lain, bahwa syarat tidak buta warna menjadi bagian teramat penting. Tak heran, dengan kondisi mengalami buta warna, maka bagi yang mengalaminya dunia seakan runtuh. Menggapai cita-cita sekaligus impiannya pupus.
Bahkan tidak sedikit yang mencoba melakukan pengobatan dengan harapan dapat kesembuhan. Hanya saja, wacana yang berkembang bahwa buta warna tak mampu disembuhkan semakin membuyarkan motovasi dan semangat mereka.
Tapi sejak setahun belakangan, sebuah klinik pengobatan herbal mampu mengejutkan jagad pengobatan alternatif. Klinik teraphy Banyu Urip tiba-tiba viral setelah orang-orang yang mengalami buta warna mengunggah pengalamannya yang sembuh dan pulih dari buta warna usai menjalani terapi di klinik tersebut.
Diantara sekian banyak pasien yang sembuh merupakan pendaftar dan peserta seleksi tentara dan polisi yang tidak lolos pada tahap tes kesehatan mata. Ketika sembuh lalu mengikuti seleksi selanjutnya, mereka dinyatakan lolos.
“Pasien yang berhasil sembuh usai terapi di klinik kami adalah mereka yang sebelumnya gagal tes tentara dan polisi. Begitu sembuh lalu tes lagi, dinyatakan lolos. Begitu sudah jadi tentara dan polisi mereka unggah di media sosial masing-masing dan viral” kata MS Arifin sang terapis yang juga mantan tentara ini.
Kabar viral pengobatan buta warna pun berkemang di banyak kalangan. Beragam komentar positif pun mengalir. Salah satunya dari Kolonel Fahmi yang merasakan kekagumannya. Menurutnya salah satu pensiunan/mantan tentara yang masih mengabdikan diri di tengah masyarakat dengan menempuh jalur pengobatan.
“Saya berikan apresiasi positif untuk terai tersebut dengan terpisnya yang mantan tentara. Kegigihannya dalam pengabdian untuk masyarakat dengan membantu penyembuhan buta warna, khususnya kepada anak-anak muda yang mengalaminya, sehingga mereka kembali bersemangat,” katanya.
Ia pun berharap, anak-anak muda yang telah mendaftar dan menjalani seleksi TNI/Polri dan dinyatakan gagal karena mengalami buta warna, untuk tetap semangat merikhtiar mencari kesembuhan. Dengan viralnya terapi buta warna yang ada tersebut dapat dijadikan solusi.
“Tetap semangat jangan patah arang. Sudah viral bahwa terapis mantan tentara tersebut mampu berikan bukti dapat bantu kesembuhan buta warna. Tidak ada salahnya mencoba. Apalagi bukti kesembuahn dari para pasien yang ditangani sebelumnya,” katanya. (N2)