NYATANYA.COM, Yogyakarta – Penampilan anak-anak berkebutuhan khusus dari panti asuhan Bina Siwi Pajangan Bantul membuka perhelatan Yogyakarta Gamelan Festival ke-27 (#YGF27) di Pendopo Agung Ndalem Mangkubumen Yogyakarta, Jumat (19/8/2022) malam.
Sebanyak 10 anak tampil membawakan satu komposisi karya berjudul Kurang Luwih karya Didik K. Aksi mereka langsung memukau ratusan penonton yang hadir langsung di Pendopo Agung Ndalem Mangkubumen.
Penampilan mereka sekaligus menjadi bukti gamelan memberikan sarana kepada siapa pun untuk menjadi siapa pun.

Menurut Didik, pengasuh panti asuhan Bina Siwi Pajangan Bantul, anak-anak asuhnya senang menonton YouTube Ki Seno. “Jadi mereka antusias belajar gamelan,” ujarnya.
Ia mengaku tidak terlalu kesulitan mengajarkan gamelan kepada anak asuhnya karena yang terpenting adalah pembiasaan.
Jadi, ketika ia mengajarkan sebuah komposisi perlu ketelatenan sehingga anak-anak terbiasa memukul gamelan.
Penasihat Jogja Festival KPH Purbodiningrat yang membuka perhelatan #YGF27 mengapresiasi penyelenggaraan festival gamelan internasional yang sudah digelar sejak 27 tahun lalu ini.
“Dalam Jogja Festival, YGF termasuk embahnya festival, Artjog dan Kustomfest belum setua itu,” ujarnya.
Ia mengakui eksistensi YGF sebagai festival gamelan yang memiliki kelasnya sendiri serta memberikan energi bagi penggemar gamelan di Indonesia dan seluruh dunia.
“Ini bisa menjadi media para penikmat gamelan yang bisa memperbarui pemahaman tentang karya seni gamelan,” ucapnya.

Tampil di urutan kedua #YGF27 adalah Paguyuban karawitan Dharmasanti Tjakrawasita dengan sembilan komposisi karya.
Kelompok musik Untu juga ikut unjuk gigi dalam perhelatan ini. Untu dikenal dengan karyanya yang menggabungkan musik metal dengan gamelan Jawa.
Salah satu lagu berjudul Rats of Oran diadaptasi dari buku karya Camus bertajuk The Plague. Karya ini dulu diciptakan pada 2018 di Los Angeles, California dan belum pernah dipentaskan di Indonesia.
Perhelatan #YGF27 hari pertama ditutup aksi apik Paguyuban musik krumpyung Srawung Krumpyung yang didirikan R Sujarwanto.
Grup musik yang berada di wilayah Kokap Kulon Progo DIY ini dibentuk untuk memfasilitasi pengembangan, inovasi bentuk alat musik krumpyung dan juga produksi atau karya musik krumpyung.
Krumpyung adalah seperangkat alat musik yang menyerupai gamelan namun terbuat dari bambu.
Nada-nada yang dihasilkan alat musik ini berupa nada pentatonis, seperti nada gamelan Jawa pada umumnya.
Pengembangan yang sudah dilakukan R Sujarwanto berupa inovasi bentuk fisik alat musik krumpyung, seperti stand atau rancakan dan menciptakan alat musik baru berupa kendang yang terbuat dari bambu.
Kendang yang diberi nama Kendang Bung ini terdiri dari tiga jenis yaitu kendang ketipung, kendang batangan, dan kendang ageng.
Kendang Bung mulai digunakan dalam pentas musik menyambut pergantian tahun baru 2017 di Waduk Sermo, setelah menjalani proses uji coba selama satu tahun.
Kendang Bung dapat digunakan untuk mengiringi segala irama musik krumpyung dan juga tari-tarian.
Selain melakukan pengembangan dan inovasi pada bentuk alat musik krumpyung, Srawung Krumpyung juga mengembangkan materi untuk pementasan dan juga pembuatan karya atau produksi musik krumpyung.
Perhelatan tahunan festival gamelan internasional ini masih akan berlangsung hingga Minggu (21/8/2022) dengan sejumlah penampil dan agenda kegiatan seperti workshop dan rembug budaya.
(*/Aja)