NYATANYA.COM, Yogyakarta – Meski pandemi Covid-19 masih belum sepenuhnya tuntas, bukan berarti tak menghentikan semangat untuk bergerak bangkit. Seiring dengan dilonggarkannya pergelaran musik dan pertunjukan, sejumlah event pun mulai menjejal.
Salah satunya event bertajuk ‘Senandung Alam’ yang dihelat GongFest di dua tempat sekaligus. Pertama dihelat di Tebing Breksi Sleman, 10 Agustus 2022, dan di Kusuma Agro Wisata, Batu, Malang, Jawa Timur pada 20 Agustus 2022.
“Setelah sempat tiarap di tengah pandemi Covid-19, GingFest yang awalnya sebuah promotor dan beralih ke event, kini kami kembali hadir menjadi promotor dan evet production. Dan event Senandung Alam ini menjadi langkah awal kami kembali,” beber Anton Rhey Gong, Founder GongFest dalam press conference di Cold N’ Brew Demangan Yogyakarta (3/7/2022).

Dijelaskan Anton, konser ini tidak melulu tentang musik, namun juga bagaimana menanamkan keberadaan alam lingkungan dan kedekatan manusia dengan alam itu sendiri.
“Bagaima kita bersanding dengan alam, melestarikan alam, dan dengan kemarin adanya Yogya darurat sampah kita mencoba mengelolanya kembali. Melalui konser ini kita coba membangun kesadaran akan hal tersebut,” jelas Anton lebih lanjut.
Sementara Co-Founder GongFest, Dita Wiendra menambahkan, “Saatnya kita break sejenak dari rutinitas, dengan refreshing atau healing di tempat wisata. Kita menikmati senja alam sambil kita suguhkan teman-teman musisi yang sesuai dengan karekater venue sebagai sebuah tempat tujuan wisata.”
Senandung Alam di Tebing Breksi, akan menghadirkan artis Ardhito Pramono, Efek Rumah kaca, FSTVLST, Stars and Rabbit, Korekkayu, Fello ft Rangga SKJ’94 dengan MC Alit Jabang Bayi dan Fira Sasmita.

Sementara event yang sama di Kusuma Agrowisata Batu Malang menampilkan Efek Rumah Kaca, Pamungkas, Mocca, dan FSTVLST.
Untuk menonton pertunjukan musik yang open gate pada pukul 15.00 WIB ini tiketnya bisa diperoleh di Waytiket.com harga mulai dari Rp150.000 (festival) dan Rp250.000 (VIP) untuk di Tebing Breksi.
Sementara Kusuma Agrowisata Batu Malang tiket hanya dijual dengan kelas festival Rp175.000.
Ditambahkan Dita, Senandung Alam tidak hanya melibatkan sejumlah talent tetapi juga melibatkan teman-teman yang ada di Tebing Breksi, yang sama-sama bersinergi dan dilibatkan secara langsung dalam perhelatan ini.
“Penonton juga tidak hanya disuguhkan musik, tapi juga bakal ada workshop di sela pertunjukan bertajuk Jagongan dengan menghadirkan pembicara yang berkompeten dibidangnya seperti Farid Stevy FSTVLST, Yaya seorang visual art dan musisi, Iwe fotografer dan Ronnie musisi, yang bakal mengulas tentang manajemen pertunjukan, baik dari garda depan hingga backstage,” beber Dita.
Diakui Anton, ruang gerak hiburan seakan semakin menyempit seiring meluasnya kesibukan monoton yang tak disadari telah menjadi rutinitas. Berada di tengah jam kerja yang menjemukan memang melelahkan.
“Memenuhi kebutuhan primer adalah mutlak, tapi bukan berarti kita melupakan bahwa kebutuhan sekunder yang menyeimbangkan. Primer dengan bekerja, sekunder dengan piknik,” ungkapnya.
Melihat keresahan di antara populernya riuh kehidupan di kota, kami mencoba untuk memberikan secercah pelepas penat yang dirangkum dalam satu hari dengan impresi yang tak lekang oleh waktu.
Sejenak bersenandung bersama di antara keindahan alam dari senja hingga malam. Mungkin cara ini sedikit banyak membuka kacamata kita tentang pentingnya kebutuhan sekunder itu sendiri.
“Ya, piknik. Membuka cara pandang kita tentang kehidupan bahwa manusia dengan alam akan selalu selaras. Dengan mengambil destinasi wisata sebagai lokasi acara ini, kami ingin menghadirkan pengalaman piknik yang tak terlupakan melalui pergelaran spesial Senandung Alam ini,” tandasnya.
(Aja)