NYATANYA.COM, Mojokerto – Ikan lele menjadi salah satu jenis ikan air tawar yang sering dijumpai di pasaran. Selain mudah dibudidayakan dan memiliki harga yang relatif murah, ikan berkumis ini ternyata memiliki segudang kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Selama pandemi lalu, ikan lele sering dipilih untuk dipelihara. Tujuannya cukup beragam, mulai dari hanya iseng untuk mengisi kekosongan, memenuhi kebutuhan sehari-hari, belajar budidaya ikan, hingga budidaya untuk keperluan komersial. Namun, pernahkah terpikir untuk mengolah lele menjadi kerupuk ikan lele.
Umumnya, lele diolah menjadi lauk seperti digoreng atau dimasak bersama bumbu. Masih jarang orang yang mengolah ikan berkumis ini menjadi kerupuk, salah satu camilan populer di Indonesia. Kerupuk sering disantap sebagai makanan pendamping atau menjadi camilan yang gurih dan renyah.
Adalah Sri Supadmi (54) warga Dusun Gedang RT 02 RW 03 Desa Modopuro, Mojosari, Mojokerto yang sukses dengan usaha membuat beragam olahan camilan berbahan ikan lele. Sejak tahun 2016, selepas dirinya pensiun sebagai perawat di salah satu rumah sakit swasta di kotanya, ia mencoba mengambil peluang dengan menciptakan inovasi membuat olahan dari jenis ikan tawar tersebut. Dan tak disangka, olahannya yang berupa abon, kerupuk serta kulit krispi berbahan baku ikan lele mampu menggoda selera masyarakat.
Gayung bersambut, awalnya hanya dipasarkan ke sejumlah tetangga dan warung-warung kecil di sekitar lingkungan rumahnya, ternyata jumlah permintaan mengalami peningkatan secara signifikan. Bahkan pesanan terus bertambah. Kemudian ia pun lebih semangat untuk menekuni dan pada akhirnya membuka usaha olahan lele yang layak untuk dipasarkan lebih luas.
“Alhamdulillah, tak disangka respon pasar sangat positif terhadap hasil olahan lele yang pada waktu itu baru berbentuk abon lele. Dengan memahami peluang serta potensi ini, saya pun mulai mencoba untuk mengembangkan kreasi olahannya dengan memproduksi kerupuk lele dan kulit krispi,” urai Sri Supadmi.
Dijelaskannya, untuk abon lele, ia membuat varia rasa pedas mas yang dikemas dalam ukuran 50 gram, 90 gram dan 200 gram dengan harga cukup murah. Cukup mengeluarkan isi kantong Rp 15 ribu, pembeli sudah dapat menikmati enaknya abon tersebut. Sedangkan untuk produk kulit krispi hrganya tak kalah murah, dimana hanya ditawarkan Rp 17.500 rupiah.
Diakuinya, ketekunan disertai semangat pantang menyerah untuk membangun sebuah bisnis rumahan tidak menghianati hasil. Perlahan usahanya tersebut terus mengalami kemajuan. Demikian pula dengan kerupuk lele yang menjadi kreasi olahan terakhirnya.
“Setelah membuat abon dan kulit krispi, saya kembangkan lagi dengan membuat kerupuk lele. Produk ini juga jauh lebih diterima oleh masyarakat. Tentu saya lebih bersemangat. Jumlah pesanan (permintaan) meningkat. Harganya cukup hemat mulai Rp 8 ribu,” sambungnya.
Maju dan berkembangnya usaha rumahan yang dibangunnya tersebut, Sri Supadmi pun memutuskan untuk menasbihkan diri secara total atas usahanya itu. Bersama sang suami, ia pun memberikan label “SAYLA” pada seluruh produk berbahan lele itu.
“Krupuk lele yang kami kemas dalam ukuran 80 gram dan 130 gram permintaan cukup tinggi. Jujur saya akui, terkadang kami kewalahan. Alhamduilillah, bahan baku mencukupi karena suami mampu membudidayakan sendiri ikan tersebut,” timpalnya.
Dirinya tidak menampik, kerupuk lele buatannya memiliki kekhasan rasa dibanding kerupuk berbahan ikan yang lain. Renyah, gurih dan nikmat. Hal inilah yang menjadi daya tarik bagi pembeli.
“Alhamdulillah, usaha yang saya rintis ini terus dibawah binaan Dinas Pangan dan Perikanan (Dispari) Kabupaten Mojokerto mampu menjadi salah satu oleh-oleh khas kota ini,” urainya.
Sementara, untuk terus mengembangkan usaha itu, ia tetap mengedepan kualitas rasa serta pelayanan yang prima.
“Pesanan dalam partai kecil maupun besar tetap kami layani. Bagi yang ingin mencoba (mencicipi) atau membeli sebagai oleh-oleh bisa pesan melalui nomor kontak 081654944811,” katanya.
Dari usaha yang digelutinya itu, disampaikannya, Sri Supatmi mampu mendulang cuan kisaran Rp 3 juta hingga Rp 4 juta saban bulan. (N2)