NYATANYA.COM, Yogyakarta – Memiliki kondisi fisik sehat dan kuat, mental siap, dan postur tubuh yang gagah belum tentu bisa menjamin berhasil dalam mengikuti seleksi masuk TNI atau Polri. Bakat dan potensi, selain urusan fisik dan kesiapan mental, perlu juga ditempa dan didukung dengan pengetahuan dasar seperti kemampuan tes akademik, psikologi, dan kemampuan berbahasa.
Sudah barang tentu, bahkanmenjadi rahasia umum, agar tidak gugur dalam tes kemampuan jasmani, fisik bisa dilatih jauh-jauh hari dengan mengikuti latihan rutin seperti, lari 12 menit, push up, sit up, pull up/ chinning up, shuttle run, dan berenang. Kegagalan dalam tes fisik, kemungkinan besar karena kurang rutin dalam latihan. Jadi, kuncinya adalah sering-sering berlatih agar agar lolos dalam kemampuan standar tes fisik ini.
Selanjutnya, tidak kalah penting dalam menghadapi ujian tes psikologi dan akademik, serta wawasan umum juga perlu dipersiapkan dengan mengetahui pola dan tingkat kesulitan soal. Seperti halnya dalam ujian tes pengetahuan, memperbanyak latihan soal dan memiliki trik dalam menjawab secara tepat dan cepat, menjadi dua hal pokok agar lolos dalam tes TNI atau Polri.
Dua tes ini, baik tes kemampuan dalam tes psikologi maupun tes kemampuan akademik, jika tidak terlatih atau disiapkan jauh-jauh hari, kemungkinan gagal sangat besar. Selain menguras energi dan pikiran, kesiapan fisik perlu juga perlu disiapkan agar kamu belajar fokus dalam mengerjakan. Sebab durasi tes yang dilakukan secara marathon membutuhkan kesabaran penuh serta kesiapan fisik yang kuat juga.
Jika seluruh tes tersebut sudah dipersiapkan matang, hampir dipastikan dapat meraih apa yang sudah diimpikan yaitu mengabdi sebagai tentara atau polisi. Hanya saja, banyak peserta seleksi TNI dan Polri yang sudah merasa fisik dan mentalnya mumpuni, bahkan juga telah mengerjakan seluruh soal-soal tes dengan baik, namun di akhir kenyataan hasil yang didapat ternyata tetap gugur alias tidak lulus. B
Begitu ditelusuri ternyata, peserta seleksi ini mengalami buta warna parsial. Wajib diketahui dan dipahami, untuk menjadi tentara dan polisi, tidak mengalami buta warna merupakan syarat mutal yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Sehingga, dengan fenomena tersebutlah, tidak sedikit peserta seleksi TNI maupun Polri kemudian stres dan sedih. Impiannya serasa sudah hancur.
Belajar dari pengalaman hal itulah, orang yang mengalami buta warna jauh-jauh hari segera melakukan penyembuhan dan pengobatan. Berbagai cara ditempuh dengan harapan buta warna sembuh dan pulih. Tetapi, harapan tinggal harapan. Alih-alih bisa sembuh, kondisi tidak ada perubahan namun uang yang dikeluarkan sudah teramat banyak.
Melihat fenomena itu, maka belum lama ini jagad pengobatan herbal dihebohkan dengan kabar salah satu klinik terapi herbal mampu dan berhasil menyembuhkan buta warna hingga 100 persen. Bahkan sederet pasien buta warna yang menjalani terapi kemudian nyata-nyata telah sembuh dan menjadi tentara serta polisi.
Kabar tersebut juga mengagetkan Letkol Inf M Gasim. Dirinya awalnya berpikir jika buta warna tak mampu disembuhkan, sehingga banyak peserta seleksi tentara atau polisi gagal saat menjalani tes. Dan kala mendengar dan melihat kabar informasi itu, dirinya memberikan apresiasi positif pada klinik terapi herbal itu.
Adalah Klinik Teraphy Banyu Urip yang berlokasi di Jalan Selokan Mataram, Karanganyar, Sinduadi, Mlati, Sleman merupakan klinik terapi herbal. Sang pendiri serta terapis, CEO terapi Banyu Urip International M Syamsul Arifin merupakan mantan tentara, yang mendedikasikan sisa usianya mengabdi kepada amsyarakat di dunia pengobatan. Dirinya merasa terpanggil membantu anak-anak muda yang ingin menjadi tentara dan polisi tapi terhalang oleh keadaan buta warna.
“Keberadaan Klinik Teraphy Banyu Urip dengan kemampuannya dapat membantu kesembuhan buta warna adalah sebuah terobosan baru. Melalui terapi herbal telah dapat menjadi solusi bagi anak-anak muda yang mengalami buta warna agar tetap memiliki harapan dan mewujudkan impiannya meraih cita-citanya, seperti menjadi tentara,” kata Letkol Gasim.
Dirinya juga mewanti-wanti sekaligus berpesan kepada anak-anak muda kaum milenial yang bercita-cita menjadi tentara memberikan pengabdiannya untuk bangsa dan negara, utamanya bagi yang saat ini mengalami buta warna agar tidak patah semangat.
“Jangan putus asa. Terus berikhtiar. Bagi yang mengalami buta warna, terus beroda dan berusaha. Salah satu ikhtiar yang bisa dilakukan adalh dengan berobat. Apalagi sekarang sudah ada pengobatan alternatif herbal seperti Banyu Urip,” sambungnya. (N2)