NYATANYA.COM, Magelang – Lima desa di Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, mendeklarasikan sebagai Desa Sehat, Bersih dan Sejahtera di areal parkir objek wisata Gunung Telomoyo, Sabtu (4/9/2021). Kelima desa itu adalah Pandean, Girirejo, Jogoyasan, Bandungrejo dan Ngablak.
Bupati Magelang, Zaenal Arifin dalam sambutan yang dibacakan Sekda, Adi Waryanto mengapresiasi Deklarasi Desa Sehat, Desa Bersih dan Desa Sejahtera. Nantinya desa tersebut mampu menjadi salah satu pendukung program pembangunan yang telah dijalankan oleh pemerintah Kabupaten Magelang, terutama dalam mewujudkan masyarakat Sejahtera Berdaya Saing dan Amanah (Sedaya Amanah).
“Harapan kami, Deklarasi Desa Sehat, Desa Bersih dan Desa Sejahtera ini, bisa menggeliatkan kembali gairah wisata alam Gunung Telomoyo dan Gunung Andong, yang tentunya akan berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar,” ujar Adi.
Isi Deklarasi yang dibacakan Kepala Desa Pandean, Tulis Sutiono menyebutkan, Desa Sehat diantaranya cukup air minum, ada sanitasi rumah tangga, rumah sehat dan dukungan dari PUPR untuk menjadi Desa Sehat, termasuk kelengkapan Posyandu, Polindes, bidan desa, dokter desa lainnya.
Sedangkan Desa Bersih, meliputi TPS3R tertata dan terkelola dengan baik, drainase lingkungan desa (bebas banjir, infrastruktur desa/PISEW/jalan dan sekolah lingkungan, serta didukung PUPR dan organisasi pengelola sampah dan iuran warga, adanya penghijauan desa (gotong royong desa), Gotong royong bersih desa secara rutin dalam seminggu sekali.
Desa Sejahtera Nyaman dan Aman, meliputi adanya Sumber Daya Alam (SDA) seperti embung, cekdam irigasi, pengendalian banjir, pengembangan kawasan yang didukung adanya wisata alam, wisata relegi dan pasar desa, termasuk adanya jalan koneksitas, kerapian pagar halaman, tiang bendera, ronda malam tertib dan tamu wajib lapor ke RT/RW.
Selain itu, ada Gerakan penghijauan, serta mendapatkan dukungan dari Kementerian, seperti Kemendes, koperasi berjalan, BUMDes berprestasi, pengembangan produk unggulan, seperti hasil pertanian dan kerajian, adanya pelatihan iklim dari BMKG dan pelatihan rutin dari Basarnas.
Anggota Komisi V DPR RI, Sujadi mengatakan sanitasi dan air minum bagi desa menjadi hal yang amat penting karena di dunia ini permasalahan yang dominan ada tiga, yakni krisis energi, pangan dan krisis air minum.
“Oleh karena itu bagi desa yang ingin mengajukan program air minum diminta menunjukkan sumbernya dan debitnya. Insya Allah dibantu,” katanya.
Menurut Sudjadi, bagi desa yang akan mengikuti program Absah (akuifer buatan simpanan air hujan), harus punya sumber air sekecil apapun. Karena kalau Absah hanya dibangun berdasarkan cucuran atap, itu tidak mungkin karena bak air yang dibangun berisi 120 meter kubik.
Apalagi desa harus menyediakan tanah seluas 100 meter persegi, dengan tanah kas desa dan jalan lingkungannya. Memang tidak semua desa memiliki kas desa yang bisa untuk membangun.
“Ini yang sedang saya perjuangkan, yang usul Absah adalah desa-desa yang memiliki sumber air,” tuturnya.
Sekarang ini, lanjutnya, sangat tren sumur bor. Dahulu dilihat sebelah mata. Selama 10 tahun pun ada sumur bor menganggur. Penyebabnya, bisa karana awalnya kades asal usul, juga karena mahal dengan diesel. Maka sumur bor yang akan datang tidak menggunakan diesel dan listrik.
“Kalau debitnya airnya bagus, kami perjuangkan lewat Cipta Karya, dilengkapi sambungan rumah. Sebetulnya ada lima sumur bor yang akan dikerjakan, tetapi karena menyangkut anggaran yang terbatas, maka hanya dilakukan uji coba di satu tempat,” jelasnya. (*)