NYATANYA.COM, Bantul – Mantan pimpinan Teroris Asia Tenggara, M Nasir Abbas mengatakan demi menjaga Pancasila maka harus dipahami virus-virus apa yang mengganggu Pancasila, yakni radikalisme.
Pernyataan tersebut disampaikannya dalam acara program ‘Sinau Pancasila dan Wawasan Kebangsaan’ Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DIY, di Caping Ndeso Resto Tamantirto Kasihan Bantul, Kamis (21/4/2022).
Mantan napi teroris ini mengungkapkan, jika ada ajakan untuk mengubah sistem Indonesia maka itu dipastikan adalah radikalisme. Paham radikal dengan cara kekerasan maka dia jelas terlibat dalam radikalisme.
“Kita harap keluarga kita atau orang yang kita sayangi jangan sampai terpapar. Mudah-mudahan Allah SWT melindungi kita semua, jangan sampai menjadi kacau (NKRI-red), Jangan sampai kita salah melangkah,” imbuhnya.
Menurut dia, yang menjadi ancaman Indonesia adalah radikalisme yaitu ingin mengubah pancasila dan dasar negara. Masalah terorisme dan radikalisme itu adalah masalah yang mendunia.
Orang yang menyahartikan agama menjadi kekerasan. Islam bukan terorisme, muslim bukan teroris, tetapi ada oknum yang kemudian mengatasnamakan agama tersebut.
Program ‘Sinau Pancasila dan Wawasan Kebangsaan’ ini bertujuan untuk menanamkan ideologi Pancasila di kalangan anak muda atau millenial. Diikuti puluhan mahasiswa, karangtaruna warga sekitar. Dilibatkan pula Divisi Humas Polri, Bidang Humas Polda DIY dan Direktorat Binmas Polda DIY.
Selain Nasir, acara ini menghadirkan narasumber yang menyampaikan materi diantaranya, praktisi UIN Sunan Kalijaga Dr Moh Tamtowi, perwakilan FKPT DIY Prof Zuly Qadir, anggota DPRD DIY Boedi Dewantoro SH, Kepala Kesbangpol DIY Dewo Isnu Broto Imam Santoso SH dan Divisi Humas Polri.
Kepala Kesbangpol DIY, Dewo Isnu Broto Imam Santoso mengatakan terkait dengan perkembangan ekonomi sosial dan politik di Indonesia belakangan ini dalam keadaan tidak baik.
Artinya marak fenomena pertikaian antar kelompok konflik, antara identitas, kriminalisasi, dan intoleran terhadap keberagaman agama yang ada di media massa sehingga kebencian perbedaan semakin lama semakin tumbuh di tengah masyarakat.
“Bangsa kita telah mengalami krisis multidimensi yang saling terkait dan berdampak sistemik dampak perpecahan dan ancaman disintegrasi bangsa dan merupakan masalah yang sangat strategis mengingat bangsa Indonesia memiliki wilayah dan sumber daya yang strategis,” katanya.
Melalui kegiatan ini, ajak dia, untuk menguatkan kembali iman ke dalam wawasan kebangsaan kemudian dengan pemahaman yang mendalam sehingga akan mampu memutus mata rantai lingkaran yang mengganggu integritas bangsa Indonesia.
Kegiatan ini terlaksana karena adanya kerjasama antara Pemerintah Daerah, DPRD, Kepolisian maupun dari TNI dan disupport oleh perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta sehingga kegiatan ini bisa berjalan dengan baik.
“Kalau program deradikalisasi sendiri adalah orang-orang yang terpapar yang sudah masuk ke dalam kelompok jaringan terorisme tersebut yang sudah menjadi pelaku radikalisme ataupun terorisme kemudian kita ajak kembali untuk mencintai NKRI,” tandas Konsultan Program Kontra Radikal dan Deradikalisasi Polri.
(*/N1)