NYATANYA.COM, Yogyakarta – Siapa tak kenal Malioboro? Satu kawasan legendaris yang menjadi magnet tersendiri bukan saja bagi warga Yogyakarta, tetapi juga kaum pelancong.
Malioboro merupakan ikon wisata Yogyakarta yang terkenal dan melegenda. Kota ini selalu membawa kenangan bagi yang pernah tinggal atau berkunjung, meski hanya sesaat.
Ciri khas yang begitu kuat di Malioboro sebagai ikon wisata yaitu lesehan dan para pedagang hasil-hasil kerajinan Yogya. Di sepanjang Jalan Malioboro ini lah para pedagang kaki lima (PKL) mengais rejeki, dulu.
Kini wajah Malioboro telah berubah. Makin cantik. Makin molek. Para PKL telah direlokasi di tempat baru, yaitu Teras Malioboro 1 (eks bioskop Indra/depan Pasar Beringharjo) dan Teras Malioboro 2 (eks Dinas Pariwisata DIY/selatan Hotel Inna Garuda).
Bagaimana menurut pihak pengelola hotel terkait perubahan wajah Malioboro masa kini?

Mengutip IniJogja.net, Minggu (6/3/2022), Sales and Marketing Consultant Sare Hotel Gowongan Jogjakarta, Riana Ambarwati, yang ditemui belum lama ini membeberkan, Malioboro menjadi bagian dari upaya Pemerintah DIY maupun Pemerintah Kota Yogya untuk menata salah satu ikon pariwisata di Yogyakarta.
“Sampai sekarang, Malioboro masih menjadi magnet bagi wisatawan yang datang ke Yogya. Utamanya para wisatawan yang ingin menikmati waktu malam hari di kota,” ujar Riana.
Dikatakan, sebagai salah satu destinasi, Malioboro memiliki sajian yang cukup lengkap. Mulai dari fesyen, belanja kerajinan, belanja oleh-oleh hingga menjadi spot untuk berfotoria dan dokumentatif dengan berbagai latar bercirikan khas Yogyakarta.
“Kalau ditanya apakah penataan ini akan lebih baik atau kah malah menurun? Menurut saya belum bisa dilihat atau dinilai sekarang. Perlu waktu untuk membuktikan apakah langkah penataan ini memang menjadi pilihan terbaik. Tapi satu aspek yang sekarang terlihat bahwa Malioboro terlihat lebih rapi,” jelasnya.
Disisi lain, kata Riana, pemberitaan terkait dengan relokasi PKL juga menjadikan rasa penasaran dari warga di luar Yogyakarta. Mereka bertanya-tanya seperti apa Malioboro sekarang.
“Ini kan menjadi bagian dari promosi, karena orang penasaran dan tentu ingin melihat langsung,” katanya.
“Saya habis mengadakan perjalanan ke luar Yogya. Sejauh ini sih tidak ada suara-suara bernada komplain karena penataan. Bisa jadi mereka menilai kondisi sekarang lni memamg lebih baik, atau kah mereka belum bisa memberikan pendapat lantaran belum berkesempatan hadir langsung ke Yogya,” ujarnya.
Jadi, menurut Riana, tinggal bagaimana relokasi ini kemudian dilakukan dengan baik mempertimbangkan semua aspek yang terkait.
Pemda harus benar benar serius mengawal proses relokasi hingga menempati lokasi baru bagi PKl itu nantinya benar-benar tertata, benar-benar bisa menggantikan apa yang didapat para PKL ketika masih berdagang atau berjualan di Malioboro. Dan tak kalah penting makin membuat nyaman wisatawan.
(*/N1/Chaidir)