NYATANYA.COM, Bantul – Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) kembali mempersembahkan Jagongan Wagen (JW) di bulan Desember 2021 dengan menampilkan karya Yosep Arizal yang berjudul Nigama.
Karya ini merupakan persembahan ketujuh yang tayang dalam platform Jagongan Wagen di tahun ini. PSBK menampilkan premiere karya baru ini di website jagonganwagen.psbk.or.id yang dapat diakses mulai hari ini, Jumat, 17 Desember 2021 pukul 19:30 WIB.
Proses kurasi karya dan produksi karya ini berlangsung pada bulan Desember 2021 di kompleks Padepokan Seni Bagong Kussudiardja dengan menerapkan protokol kesehatan yang telah dianjurkan.
Tentang Karya Nigama merupakan sebuah ilustrasi yang sifatnya pasemon akan male gaze yang diinspirasi oleh beberapa literatur Islam Jawa tentang hukum jima’, seperti Primbon dan Serat. Pertunjukan ini sendiri menyajikan penari tunggal yang memainkan tokoh Manu dengan wayang kulit sapi berukuran live size.
Wayang tersebut menggambarkan figur Dewi Kali, simbolisasi perempuan, yang dipuja oleh laki-laki. Akan tetapi dewi yang dipuja itu jika disorot lebih dekat hanyalah wayang atau bayang-bayang dan proyeksi dari si Manu (atau laki-laki) itu sendiri.

Dalam karya ini Yosep mengajak kolaborasi seorang seniman pertunjukan bernama Widi Pramono sebagai performer, kolaborator, dan penata musik. Selain itu ia juga mengajak seorang seniman instalasi bernama Ajeng Pratiwi yang membuat karya yang berjudul “Perlahan Sirna”, (resin, dimensi variable, 2020. – karya kepala bayi) untuk dihadirkan dalam set pertunjukan ini.
Yosep Arizal, kelahiran Lumajang 1991 adalah seniman visual yang bekerja dan berdomisili di Yogyakarta. Yosep lulus dari Kajian Seni Rupa Murni, Program Studi Seni Rupa Murni, FSR ISI Yogyakarta tahun 2016.
Di tahun 2014 dia mengikuti Lokakarya Penulisan Kritik Seni dan Kurator Muda yang diselenggarakan ruangrupa Jakarta dengan Dewan Kesenian Jakarta, dan di tahun 2015 dia sempat bekerja di perusahaan mode kontemporer, Kokon To Zai, yang akhirnya banyak mempengaruhi perspektifnya dalam melihat material berkarya seni visual.
Yosep kerap mengangkat narasi-narasi taboo yang bersumber pada teks maupun cerita masa lampau dalam proyek-proyek seninya. Ia aktif mengikuti beberapa pameran, diantaranya; Mereka Rekam (Festival Kesenian Yogyakarta, 2021), Study Club: Clothing As A State of Power (Cemeti Institute untuk Seni, Yogyakarta, 2020).
Jogja Biennale XV: Equator #5 (Jogja National Museum, Yogyakarta, 2019), Pameran Besar Seni Rupa Indonesia: Panji (Graha Pancasila, Batu, 2018), dan mewakili Taman Budaya Yogyakarta di pameran SwaraNusa di Jayapura (Taman Budaya dan Museum Jayapura, 2014). Pada tahun 2019, ia juga menjadi finalis di Kompetisi Trimatra Salihara dan UOB Painting of The Year.
Sedangkan Widi Pramono yang lahir di Gunung Kidul pada 1996 adalah seorang seniman pertunjukan.

Widi aktif dalam berkesenian semenjak masuk SMKN 1 Kasihan Bantul, yang merupakan sekolah kejuruan seni di Yogyakarta. Widi mulai berkecimpung dalam dunia seni profesional semenjak duduk di kelas 3 SMK.
Widi sangat lekat dengan ketubuhan tradisi Yogyakarta dalam setiap jejak eksperimen tubuhnya. Dia juga merupakan pendiri acara KOSAKATA TUBUH pada tahun 2017 dan D’trukan Art Festival 2019 yang merupakan wadah para seniman.
Widi pernah terlibat sebagai penari dari beberapa koreografer ternama, seperti : Martinus Miroto, Didik Nini Thowok, Anter Asmorotejo, Setyastuti dan Y Subowo sejak 2015-2017.
“Jawa”, dalam acara World Dance Day di Solo 2016, “Suku”, dalam acara Asia Tri di Yogyakarta 2016, “Devi Sri”, dalam ASEAN YOUTH DAY di Yogyakarta 2017, dan masih banyak lagi. Selain itu ia juga pernah terlibat dalam mendukung karya “Hologram” dalam acara pembukaan pekan seni media di ISBI Bandung 2016 (M. miroto).
”The zip”, dalam acara dazzling dances Indonesia di Thailand 2018 (sumaryono), “Arjuna Wiraja”, dalam rangka pyeong chang winter Olympic games 2018 di south Korea Selatan 2018 (anter asmorotejo), “Garuda stone“, dalam acara SIPA di Surakarta (ari rudenko) 2020, dan masih banyak lagi.
Jagongan Wagen sendiri merupakan sebuah acara ikonik PSBK yang sejak 2007 menampilkan serangkaian karya pertunjukan baru dan inovatif oleh seniman tari, musik, teater, dan multi-media.
Gagasan karya-karya tersebut dikuratori dan diproduksi setiap bulan di kompleks art-center PSBK (kecuali Januari dan Ramadhan). Platform ini memfasilitasi seniman dan audiens dalam pertukaran kreatif yang memicu kepekaan rasa dalam lingkungan ruang pertunjukan yang ramah.
(Aja)