Home / Wisata

Jumat, 8 April 2022 - 14:35 WIB

Masjid Majasem, Saksi Syiar Islam di Kota Seribu Candi

Masjid Majasem di Desa Pakahan, Kecamatan Jogonalan, Klaten menjadi saksi penyebaran Islam di Kota Seribu Candi. (Foto: Diskominfo Jateng)

Masjid Majasem di Desa Pakahan, Kecamatan Jogonalan, Klaten menjadi saksi penyebaran Islam di Kota Seribu Candi. (Foto: Diskominfo Jateng)

NYATANYA.COM, Klaten – Masjid Majasem di Desa Pakahan, Kecamatan Jogonalan, Klaten menjadi saksi penyebaran Islam di Kota Seribu Candi. Masyarakat mempercayai, masjid tersebut dibangun para wali dan memiliki pertalian erat dengan Kasunanan Surakarta.

Menyambangi masjid ini tidaklah sulit. Dari pusat Kota Klaten, lokasi masjid Majasem dapat ditempuh sekitar 13 menit menggunakan kendaraan bermotor. Bangunan ini bahkan sudah terlihat ketika memasuki gerbang Dukuh Majasem.

Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Majasem Sugimin menjelaskan, dahulu kala masjid ini adalah sebuah langgar, bernama Langgar Kalimasada. Syahdan, langgar tersebut dibangun oleh para wali (penyebar agama Islam) pada tahun 1385 Masehi.

Foto: Diskominfo Jateng

Setelah masa itu, langgar ini sempat tidak terawat. Lalu, pada 1780 Masehi, utusan dari Kraton Kartasura memugar langgar berukuran 10×10 meter persegi tersebut menjadi masjid.

Ditambahkan, terkait kronologi itu, pada dinding masjid telah terpahat sebuah prasasti bertandatangan Raja Surakarta Paku Buwana XII.

Dalam bahasa Jawa, prasasti tersebut menyebut Masjid Al-Makmur (Majasem) Masjid Perdikan Yasanipun Sampeyan Dalem ingkang Sinoehoen Kangjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono Ing Karaton Surakarta th. 1780 M, Katetepaken tgl 2 Mei 2003.

Persis di samping pintu utama masjid, ada sebuah prasasti bertuliskan Masjid Baitul Makmur 1385 M Majasem tanggal 6 Januari 2001.

Baca juga   Tarif Masuk Candi Borobudur Ditunda, Kelestarian dan Keberlanjutan Jadi Aspek Penting
Foto: Diskominfo Jateng

Sugimin menyebut sudah berusaha mencari bukti hingga ke Kraton Surakarta. Namun, bukti tertulis penanggalan telah musnah saat Perpustakaan Kraton Radya Pustaka terbakar.

“Setelahnya, ada sosok Pangeran Ngurawan dari Kartasura sebelum kraton pindah ke Surakarta yang diberikan hak perdikan (tanah bebas pajak) di sini. Kemudian membangun Langgar Kalimosada jadi Masjid Majasem. Kenapa disebut Majasem, karena dulu di sini dulu banyak tumbuh pohon Maja dan pohon Asem,” ujarnya, Kamis (7/4/2022).

Menurut Sugimin, bangunan asli masjid hanya berukuran 10×10 meter persegi. Di dalamnya terdapat 16 tiang penyangga dari kayu, dengan umpak (pondasi) batu. Setelah zaman berkembang, dibangunlah bangunan tambahan berupa serambi dan pawestren (tempat ibadah khusus putri).

Foto: Diskominfo Jateng

Sementara, di bagian barat masjid terdapat sebuah kompleks pemakaman kuno. Makam yang terdiri dari puluhan nisan itu, dipercaya sebagai tempat peristirahatan Pangeran Ngurawan dan keluarganya.

Baca juga   Pemkab Klaten Salurkan Rp2,9 Miliar bagi UKM Terdampak Covid-19

Masjid dan kompleks Makam Majasem telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Penetapan ini dilakukan pada 22 Juni 2010 dengan nomor SK Menteri PM.57/PW.007/MKP/2010.

Kini, di bulan ramadan Masjid Majasem masih tetap lestari. Kegiatan keagamaan seperti Taman Pendidikan Alquran (TPA) dan kegiatan berbuka bersama tetap diselenggarakan rutin.

“Kami berharap masjid ini tetap dimakmurkan oleh nanti generasi setelah kami,” imbuh Sugimin.

Ketua Komunitas Pecinta Cagar Budaya (KPCB) Klaten Wisnu Hendrata menyebut pemanfaatan Masjid Majasem sebagai salah satu bentuk pelestarian. Selain itu, cerita yang berkembang di masyarakat dianggap sebagai salah satu bentuk daya tarik wisata.

“Kami juga mengajak agar pihak terkait melakukan studi lebih lanjut terkait tahun pasti pembangunan masjid. Agar menjadi sarana edukasi bagi generasi selanjutnya,” pungkas Wisnu.

(Pd/Ul/N1)

Share :

Baca Juga

Tradisi Mangenta dari Kalimantan Tengah pada Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) berhasil tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan kategori peserta terbanyak. Foto: MC.Isen Mulang

Wisata

Pecahkan Rekor MURI, Ini Tradisi Mangenta yang Harus Dijaga Kelestraiannya
Kampung Dayun dinobatkan Kemenparekraf RI sebagai Desa Wisata Terbaik se-Indonesia untuk kategori kelembagaan, dalam malam apresiasi Anugrah Desa Wisata Indonesia (ADWI) Tahun 2022. Foto: mcsiak/aris dharma.

Wisata

Objek Wisata Kampung Dayun, Terbaik 1 Nasional Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022
Nuryanto mendapatkan penghargaan Satya Lancana Kepariwisataan dari Presiden RI, Joko Widodo. (Foto: Humas/beritamagelang)

Wisata

Konsisten Kelola Wisata Desa, Nuryanto Raih Satya Lancana Kepariwisataan
Jemparingan merupakan olahraga panahan yang telah ada sejak zaman Kerajaan Mataram. Permainan ini berasal dari kata jemparing atau anak panah. Foto: Diskominfo Jateng

Wisata

Olahrasa Lewat Olahraga Tradisional Jemparingan, Mau Coba?
“Eling Mbansari” merupakan kawasan pedesaan Eduwisata yang memadukan wisata alam, ekonomi kreatif dan wisata penjelajahan. (Foto: Diskominfo Temanggung)

Wisata

Temanggung Buka Kawasan Pedesaan Eduwisata “Eling Mbansari”
Foto: BPMI Setwapres

Wisata

Kunjungi Museum Benteng Vredeburg, Wapres: Museum Sarana Pendidikan Karakter Generasi Muda
menu sop tulang muda segar, nikmat, empuk dan gurih. (Foto: Zainuri Arifin)

Wisata

Daging Empuk, Kuah Gurih, Sop Tulang Muda Kedai Bang Ryo Bikin Ketagihan
GM PT Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) Jamal Mawardi. (Foto: Humas/beritamagelang)

Wisata

Candi Borobudur Simulasi Buka Kembali dalam Dua Tahap