Home / Panggung

Selasa, 6 Desember 2022 - 15:31 WIB

Membaca Ruang Histori Lewat Tari “Mahasyahdu Titi Laku” di Situs Warungboto

Mahasyahdu Titi Laku. Foto: Agoes Jumianto

Mahasyahdu Titi Laku. Foto: Agoes Jumianto

NYATANYA.COM, Yogyakarta – Pada dasarnya seni tari adalah gerak sebagian atau semua bagian tubuh yang dilakukan dengan ritmis, biasanya diiringi dengan bunyi-bunyian suara atau musik.

Tarian memang bukan sekadar gerak dan olah tubuh, tetapi lebih dari itu tarian juga menjadi bahasa untuk berbicara dan menyampaikan sebuah pesan tersirat di dalamnya.

Begitu juga yang ditampilkan Uti Setyastuti, dosen jurusan tari ISI Yogyakarta yang dikenal sebagai penari klasik dan non klasik, dalam gelar eksperimentasi tari berjudul Mahasyahdu Titi Laku.

Foto: Agoes Jumianto

Eksperimentasi tari kali ini sengaja tidak ditampilkan dalam ruang pertunjukan ataupun di pendapa. Karena sejatinya sebuah tarian bisa dilakukan di mana saja dalam ruang dan waktu.

Mahasyahdu Titi Laku menjadikan situs cagar budaya sebagai ruang eksperimentasi itu, dan Situs Warungboto/ Umbul Warungboto, atau Pesanggrahan Warungboto dipilih dalam memora tari yang digelar Senin (5/12/2022) sore.

Sebuah ruang memiliki sekian ragam peristiwa. Seperti halnya perempuan yang memiliki beragam macam peristiwa dalam kehidupannya.

Foto: Agoes Jumianto

Saling silang dan kait kelidan antara peristiwa-peristiwa tersebut memperkaya perspektif diri perempuan.

Dari perempuan pun menjadi ruang bebas, yang terbuka akan interpretasi di setiap era. Meski begitu, perempuan kerap kali ditafsir dari satu dimensi saja, tidak pernah utuh.

Banyak yang diabaikan, luput dari pengamatan. Padahal setiap diri perempuan memiliki hasrat, imaji, dan pandangan yang berbeda satu sama lain.

Maka sudah saatnya perempuan merebut ruangnya sendiri, menceritakan kisahnya sendiri secara utuh, dan menyeluruh.

Foto: Agoes Jumianto

Begitulah sinopsis Mahasyahdu Titi Laku karya Uti Setyastuti (koreografer), didukung Memet Chairul Slamet (komposer), Erlina Pantja Sulistyaningtas (penata busana), dan didukung puluhan penari putri dan putra.

Baca juga   Deteksi Dini Bencana, BPBD Monitoring EWS

“Lewat karya Mahasyahdu Titi Laku, kami jadikan Situs Warungboto sebagai ruang untuk menginterpretasikan pengalaman perempuan. Situs Warungboto beserta konteks sejarahnya menjadi sebuah teks berangkat dari sebuah kreasi yang menawarkan diskursus yang baru dan segar tentang perempuan,” beber Uti.

Ditambahkan Uti, lewat Mahasyahdu Titi Laku juga ingin mengajak publik memikirkan urgensi dari sebuah situs yang telah bertahan selama berabad-abad lamanya.

Foto: Agoes Jumianto

Kepala Kundha Kabudayan (Dinas Kebudayaan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi,S.S.,M.A dalam sambutannya mengungkap, upaya konservasi Situs Warungboto sudah dilakukan sejak tahun 1936.

Pemetaan ruang, pemeliharaan, maupun perbaikan selalu berkaitan dengan status Situs Warungboto sebagai cagar budaya yang harus dilestarikan.

Namun sejak tahun 2015, paradigma tersebut mulai bergeser. Selain pemugaran fisik bagunan, pemerintah mulai memanfaatkan Situs Warungboto sebagai objek wisata dan ruang kesenian.

“Untuk itulah kami mengapresiasi apa yang dilakukan Uti Setyastuti yang menggelar pertunjukan budaya Mahasyahdu Titi Laku di Situs Warungboto,” ujar Dian Laksmi.

Foto: Agoes Jumianto

Jalannya Pertunjukan

Seorang perempuan penjual sate Madura tiba-tiba masuk ke area pertunjukan. Dengan pede (percaya diri)-nya ia berjalan melintas di depan ratusan penonton yang ingin menyaksikan pertunjukan tari Mahasyahdu Titi Laku.

Penjual sate Madura ini kemudian mencari tempat duduk di sudut pertunjukan. Seperti potret keseharian yang kita lihat pada sosok perempuan penjual sate yang blusukan ke kampung-kampung, perempuan itu pun melakukan aktivitasnya membakar sate dan meladeni ‘pembeli’.

Baca juga   AIRA Fashion on The Spot Digelar di JCM, 17 - 20 November 2022

Penonton yang sesaat dibuat kaget baru menyadari jika pertunjukan ternyata sudah dimulai. Perempuan penjual sate itu menjadi adegan pembuka pertunjukan, sementara di sudut pertunjukan yang lain muncul sekelompok penjual sate yang lain menarikan kisahnya.

Di bawah guyuran hujan penonton antusias menyaksikan pertunjukan tari Mahasyahdu Titi Laku. Foto: Agoes Jumianto

Potret perempuan yang suka bersolek juga tak luput menjadi bagian dari pertunjukan ini, makin merepresentasikan kehidupan dan hakikat seorang perempuan.

Seorang perempuan yang bersolek tetapi juga sekaligus perempuan yang juga hidup dan menjadi bagian dari lingkungan sosial dengan sejumlah realitanya.

Dalam hidup dan kehidupannya, perempuan juga tak lepas dari kehadiran kaum Adam. Begitu juga sebaliknya.

Potret kehidupan kaum pria ini disuguhkan Uti Setyastuti dalam sekmen selanjutnya. Dimana pria yang dekat dengan hobi kabanyakan orang, yakni bermain burung dara, dan juga ayam (jago) menjadi reportoar yang epik dan disajikan menarik.

Keterkaitan dan saling keterhubungan dua insan, laki-laki dan perempuan digambarkan dalam ruang kehidupan sosial yang divisualkan dalam laku tari.

Penonton kemudian dipersilakan menebak, bagaimana sosok perempuan senantiasa hadir dalam bingkai penyejuk dan pemanis perjalanan kehidupan sebagaimana kodratnya.

Hal ini digambarkan Uti Setyastuti dalam menarik benang merah Mahasyahdu Titi Laku. Sosok wanita yang dimunculkan dari balik kurungan ayam, menjadi penyejuk dan memecah keheningan lewat alunan nada seruling yang dimainkan.

Adegan ini pun memungkasi gelaran reinterpertasi ruang histori Mahasyahdu Titi Laku, yang kian syahdu di bawah rintik hujan yang turun membasah di atas Situs Warungboto.

(Aja)

Share :

Baca Juga

Penampilan gamelan kaca dari Karanganyar, Jawa Tengah di hari terakhir #YGF27, Minggu (21/8/2022). Foto: Dok.Gayam16

Panggung

Gamelan Kaca Menutup Gelaran Yogyakarta Gamelan Festival 2022
Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat melalui Kawedanan Hageng Punakawan Kridhamardawa pun selalu berpartisipasi dalam perayaan Hari Tari Dunia yang rutin digelar oleh ISI Surakarta dengan tajuk acara 24 Jam Menari. (Foto: mc.kratonjogja)

Panggung

Peringati Hari Tari Dunia dengan 24 Jam Menari, Keraton Yogyakarta Hadirkan Beksan Ajisaka
Sawung Jabo dan Sirkus Barock konser Senandung Anak Wayang Reunion di TBY, Minggu (18/9/2022). Foto: Agoes Jumianto

Panggung

Kolaborasi dengan Pelukis Nasirun, Sawung Jabo dan Sirkus Barock Konser ‘Senandung Anak Wayang’
Band pelestari Koes Plus/Koes Bersaudara, R-Plus. Foto: Dok.R-Plus

Panggung

Malam Ini R-Plus Siap Gayengkan Koesplusan di Jenggleng Cafe
Halimun 'Tanpamu'. (Foto: Dokumentasi Halimun)

Panggung

Band Pop Asal Yogya, Halimun Rilis Single Anyar ‘Tanpamu’
Haryadi Suyuti. Foto: Humas Pemkot Yogya

Panggung

Bangun Jejaring Pelaku Budaya, Pemkot Yogya Launching Aplikasi Sapa Budaya
Tiho Syl dengan single Ulo Weling. (Foto:nyatanya.com/YouTube PT Aoma Record Indonesia)

Panggung

Anton Obama Hadirkan ‘Ulo Weling’ untuk Penyanyi Tiho SYL
FDJ Emily Young. (Foto:nyatanya.com/YouTube Rumah Musik Kita)

Panggung

FDJ Family Young dan Dara Ayu Kompak Daur Ulang ‘Alun Alun Nganjuk’