NYATANYA.COM, Yogyakarta – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X remi membuka Festival Kebudayaan Yogyakarta 2022 (FKY 2022), Senin (12/9/2022) malam di Pedestrian Teras Malioboro 1 dengan seremonial menuangkan air ke dalam gentong yang berbalut tarian kolosal “Sesaji Amarta”.
Rangkaian pertunjukan ini melibatkan Baron Setiaji sebagai penulis naskah, Galuh Putri Satyarini sebagai sutradara, dan Andhy Setiawan sebagai koreografer.
Dalam penggarapannya, pertunjukan didukung penampil sanggar-sanggar tari berasal dari lima kabupaten/kota di DIY, yaitu Pendapa Budaya dan Satria Aji (Bantul), Krincing Manis Dance Studio (Sleman), Sanggar Sripanglaras (Kulon Progo), Sanggar Kendhalisada (Gunungkidul), dan Sanggar Ngelancur (Kota Yogyakarta).

Tari kolosal “Sasaji Amarta” berlatar Bumi Amarta yang terbagi 5 wilayah. Meski terpisah, semua wilayah subur, makmur, dan masyarakatnya hidup rukun berdampingan.
Masing-masing daerah memiliki ciri khas sendiri, tetapi terdapat satu ritual tradisi sebagai sarana syukur masyarakat Bumi Amarta kepada Sang Hyang Widhi.
Ritual dilakukan sebagai wujud terima kasih atas tanah dan air, menggunakan gentong-gentong kecil berisikan air yang dipegang oleh kelima wilayah kemudian secara bergantian air dituang dalam sebuah
gentong besar.
Prosesi penuangan air ini dilakukan bersama-sama oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Ketua FKY, dan para penari serta disaksikan oleh masyarakat dan
tamu undangan yang hadir.

Hal tersebut dimaknai sebagai bersatunya tanah dan air dari berbagai wilayah dalam satu wadah besar bernama Bumi Amarta sebagai simbol Yogyakarta.
Sebelumnya penampilan dari Drummer Guyub Yogyakarta hadir mengawali acara pembukaan FKY 2022. Penampilan komunitas para penabuh perkusi yang berdiri pada 2016 di Yogyakarta ini pun tampil apik memukau pengunjung.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya menyampaikan bahwa budaya tinggi tidak selalu berwujud kesenian yang rumit, melainkan dibuktikan dari bagaimana bangsanya mampu bertahan hidup.
“Untuk itulah, penyelenggaraan Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) sudah seharusnya jangan dijadikan agenda rutin tahunan semata. Tetapi, kesinambungan kualitatif festival ini harus selalu ditingkatkan gayutnya dengan perluasan berbagai dimensinya,” terang Sri Sultan.

“Dengan begitu, festival ini akan memiliki greget bagi pengembangan seni dan budaya, maujud dalam pencapaian karya budaya yang apresiatif, berbekal dua kata kunci inovasi dan kreasi,” sambung Ngarso Dalem.
Masih menurut Sri Sultan, hal ini sejalan dengan visi kerja berkelanjutan yang menjadi satu langkah bagi FKY agar tidak hanya berhenti sebagai sebuah acara perayaan saja, tetapi juga dapat mengukur dan memaknai berbagai capaian dan kekurangan, serta memberi langkah yang tepat ke depannya.
Sementara itu, Dian Lakshmi Pratiwi, S.S., M.A. selaku Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayaan DIY) menyampaikan bahwa menciptakan kolaborasi antarkabupaten dan kota di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kerja pelaksanaannya adalah hal yang perlu ditekankan dan masih menjadi PR besar untuk membuatnya bisa saling terintegrasi dan bersinergi sehingga dapat memberikan dampak nyata.
Hilmar Farid, selaku Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam video sambutannya menambahkan bahwa FKY memiliki pendekatan yang tepat sebagai platform
yang mempertemukan berbagai unsur kebudayaan di Yogyakarta yang majemuk.
“Selain itu, FKY diharapkan dapat menjadi contoh bagi banyak tempat untuk merayakan keberagaman,” ujar Hilmar Farid.
Ketua I FKY 2022, Doni Maulistya pada kesempatan yang sama melaporkan bahwa “pencatatan kebudayaan” sebagai visi yang diusung merupakan kelanjutan dari penyelenggaraan festival pada tahun sebelumnya.
Melalui berbagai programnya, FKY 2022 telah dan akan melibatkan berbagai subjek budaya yang meliputi masyarakat pegiat budaya, seniman, sanggar, komunitas, tenaga ahli, serta maestro kebudayaan.
“FKY 2022 diselenggarakan dalam bentuk hybrid dan tersebar merupakan upaya untuk mencari bentuk yang ideal sebagai sebuah festival kebudayaan sehingga memiliki kemampuan jelajah yang kuat terhadap unsur-unsur kebudayaan yang ada di masyarakat,” pungkas Doni.
(Aja)