NYATANYA.COM, Jakarta – Satelit Hot Backup Satellite (HBS) Republik Indonesia (SATRIA)-1 dipastikan tidak akan berperan layaknya seperti pemain cadangan, yang tidak dipakai jika tidak diperlukan.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny Gerard Plate, menegaskan Satelit HBS SATRIA-1 akan beroperasi penuh setelah diluncurkan dan mencapai orbitnya.
“Hot Backup Satellite bukan seperti pemain cadangan kalau pemain bola, tapi juga ikut bermain dengan menyediakan kapasitas yang sama (dengan SATRIA-1),” ujar Menkominfo dalam acara dalam konfrensi pers Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Penyediaan Hot Backup Satellite dan Jasa Pengoperasian di Hotel Kempinski Jakarta pada Selasa (15/3/2022).
Lebih lanjut Menkominfo Johnny menjelaskan, satelit HBS SATRIA-1 itu dibangun oleh Boeing, perusahaan dirgantara asal Amerika Serikat (AS), sedangkan satelit Satria-1 dibangun oleh Thales Alenia Space yang berada di Prancis.
Walaupun dibangun oleh perusahaan berbeda, kedua satelit itu akan menggunakan roket jenis yang sama, yakni Fakcon 9 buatan SpaceX dari AS, sehingga akan diluncurkan di lokasi yang sama, yakni pangkalan militer Cape Canaveral, Florida, AS.
“Untuk itu saya sambut baik penandatangaan (kontrak pengadaan Hot Backup Satellite produksi Boeing yang akan diluncurkan di cape Canaveral juga di 2023,” tuturnya.
Menurut Menteri Johnny, Indonesia beruntung bisa mendapatkan satelit HBS SATRIA-1 dari proyek yang tengah dibangun dengan spesifikasi sesuai keinginan, sehingga akan bisa dirampungkan para kuartal pertama 2024.
Jika Satelit HBS SATRIA-1 bisa beroperasi bersama dengan satelit SATRIA-1, maka diperkirakan akan mampu menambah kapasitas layanan internet ke masyarakat di daerah-daerah terpencil.
“Harapan kita sukses di orbit, maka menambah kapasitas layanan per titik layanan publik ada 150 Gigabyte per second (GPS) SATRIA-1 dan 150 Gbps hot backup satria-1,” katanya.
Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo, Anang Latif, mengungkapkan ide pembuatan satelit HBS itu murni berasal dari Menkominfo Johnny G Plate.
Gagasan itu menurutnya tidak pernah terpikirkan sebelumnya karena pihaknya telah memikirkan penggantian dari asuransi jika terjadi kerusakan atau masalah dalam peluncurkan satelit tersebut.
“Ketika ide (membangun HBS-SATRIA 1) disampaikan oleh pak Menteri jawaban kita adalah ada asuransinya jika terjadi apa-apa. Tapi karena ada 150 ribu titik yang akan kehilangan jaringan internet (jika satelit rusak atau jatuh) maka ide itu langsung direalisasikan,” jelasnya.
Anang juga mengatakan satelit HBS itu akan menambah kapasitas internet, untuk mencapai target pemenuhan kebutuhan kapasitas hingga 1 Terabyte per second (Tbps).
“Kebutuhan kapasitas 1 Tbps internet tidak bisa dipasok hanya dengan satu, dua atau tiga satelit saja. Kita butuh loncatan besar dengan kapasitas satelit yang jauh lebih besar (dari yang sudah ada),” tuturnya.
(N1)
Sumber: InfoPublik.id