NYATANYA.COM, Yogyakarta – Dalam rangka memperingati Hari Pariwisata Sedunia, Dinas Pariwisata (Dinpar) Kabupaten Kulonprogo menyelenggarakan rangkaian kegiatan Pengembangan Kearifan Lokal dan Potensi Daerah yang dinamakan dengan ”Menoleh ke Menoreh”, di Hotel Sare Yogyakarta, Senin (27/09/2021).
Tujuan atas peringatan Hari Pariwisata Sedunia adalah untuk meningkatkan kesadaran akan peran pariwisata di seluruh dunia dan untuk menunjukkan dampak pariwisata terhadap nilai sosial, budaya, politik dan ekonomi dunia.
“Menoleh ke Menoreh” merupakan judul yang diangkat dari kegiatan pengembangan kearifan lokal dan potensi daerah untuk mendukung karya ekonomi kreatif di Kulonprogo.
Hal ini dilaksanakan dengan tujuan agar dunia luar bisa melihat bahwa hasil karya insan ekonomi kreatif Kulonprogo berkualitas dan berdaya saing, sehingga layak untuk dilihat (bukan hanya dilirik) dan dipasarkan. Oleh karena itu, dunia harus melihat ke Kulonprogo atau “Menoleh ke Menoreh”.
Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam acara “Menoleh ke Menoreh” antara lain meliputi Pameran Ekonomi Kreatif (Ekraf) oleh Desa Wisata dan Pelaku Ekraf Kulonprogo, Launching Gending Nusabrata dan Sambanggo, Opera Wisata dengan melibatkan pelaku wisata di Kulonprogo, dan pengumuman pemenang Lomba Desain Souvenir Khas Kulonprogo.
Untuk Lomba Desain Souvenir Khas Kulonprogo diselenggarakan oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kulonprogo bekerjasama dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kulonprogo, Dinas Pariwisata Kulonprogo, dan Dinas Komunikasi dan Informatika Kulonprogo.
Juri lomba ini yaitu Drs. Samsuri Nugroho, Andi Purnawan Putra, dan Andre Suryaman. Terdapat 39 kandidat untuk diambil 5 besar karya terbaik, diantaranya adalah juara I diraih Dicky Panji Ismaya, juara II diraih Hajar Hanifah, juara III Kriswantoro, juara IV diraih Eko Purwanto, dan juara V diraih Ageng Nugrahadi.
Kepala Dinas Pariwisata Kulonprogo, Joko Mursito, mengatakan bahwa beberapa kegiatan sudah dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata Kulonprogo, salah satunya Sambanggo.
“Sambanggo adalah gerakan padat karya untuk membersamai masyarakat, membersamai pelaku wisata dimana mereka sedang berada dalam kondisi yang sangat sulit tetapi mereka tetap bangkit dan tidak menyerah,” ujar Joko.
Selain Sambanggo, Dinas Pariwisata Kulonprogo juga mengadakan Lomba Gelar Potensi Desa Wisata yang dibuat sub-judulnya menjadi Lomba Simulasi Penerapan Protokol Kesehatan di Desa Wisata.
Kegiatan lainnya yang dilakukan oleh Dinpar Kulonprogo adalah tentang karya cipta dan karya seni untuk mengapresiasi, memotivasi, dan membersamai masyarakat agar tetap percaya diri dan bangkit di masa sulit ini.
Dalam sambutannya, Bupati Kulonprogo, Sutedjo mengatakan bahwa jargon yang dikembangkan oleh Dinas Pariwisata sangat tepat, yaitu untuk “sambanggo” mengunjungi, melihat, menoleh isi dari pegunungan Menoreh.
“Kalau dari sisi latar Menorehnya saja memang itu nama pegunungan yang menjadi batas antara Kulon Progo dengan Purworejo dan Magelang, tetapi kalau dimaknai sebagai Bumi Menoreh, wilayah Kabupaten Kulonprogo secara keseluruhan tidak hanya di pegunungannya saja, tetapi juga terdapat banyak kekayaan didalamnya, ujar bupati.
Pernyataan lain terkait acara ini adalah pemilihan judul “Menoleh ke Menoreh”, menurutnya, judul ini mempunyai makna untuk mengajak kita melihat ke Menoreh. Hal ini yang berarti Menoreh itu sebenarnya punya potensi sehingga perlu untuk dilihat dalam arti dikunjungi, atau bahkan mungkin juga ikut mengexplore potensi-potensi di Menoreh itu dalam rangka membangun sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Jadi kami memaknai “Menoleh ke Menoreh” ini mengajak siapapun untuk melihat potensi-potensi yang dimiliki oleh Kulonprogo, sehingga nanti semuanya itu diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Kulonprogo”, ujar Sutedjo. (*)