NYATANYA.COM, Magelang – Tradisi Merti Bumi digelar warga di kawasan lereng Gunung Merbabu, tepatnya di Dusun Windusajan, Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang pada Kamis (15/9/2022).
Dalam prosesi sore itu semua warga turun ke jalan alternatif Magelang Boyolali. Para laki-laki membawa rangkaian gunungan hasil bumi. Sedangkan wanita membawa nasi gurih ayam ingkung di atas kepala mereka.
Warga berjalan beriringan dari gerbang dusun. Barisan panjang disertai irama gamelan dan drumband itu dilakukan pelan hingga pelataran rumah sang Kepala Dusun Windusajan.
Tradisi tahunan yang sempat vakum dua tahun akibat pandemi Covid-19 tersebut merupakan wujud rasa syukur warga masyarakat di lereng Gunung Merbabu karena hasil panen sayuran saat ini melimpah serta berharap komoditas sayuran yang menjadi andalan perekonomian warga sekitar kembali bergeliat.
“Ini tradisi Saparan, jadi Saparan itu setiap tahun, ini dua tahun sudah off karena Covid. Alhamdulillah ini warga antusias,” ucap Marpomo, Kades Wonolelo.
Usai kirab semua warga duduk lesehan di halaman rumah kepala Dusun dan sepanjang jalan Magelang-Boyolali.
Sekitar 200 nasi tumpeng gurih lengkap dengan lauk ayam ingkung disajikan dalam prosesi doa yang dipimpin sesepuh desa.
Ratusan nasi ingkung tersebut merupakan simbol rasa bersyukur dan penghormatan warga terhadap Mbah Sojo atau Mbah Saji yang merupakan sesepuh cikal bakal berdirinya Dusun Windusajan.
Sajian nasi ingkung ini juga untuk menjamu para tamu dua hari dua malam di setiap rumah warga.
Maka dalam tradisi ini setiap pintu rumah warga Windusajan memang terbuka untuk semua tamu. Setiap tamu juga wajib menyantap hidangan terbaik yang disajikan. Karena bagi warga itu adalah suatu kehormatan yang pantang dilanggar.
“Jadi ini bentuk keterbukaan, kegotongroyongan, untuk menguri-uri tradisi Jawa. Ada 200 ingkung dari warga,” jelas Marpomo.
Selain menjamu tamu, warga juga berebut gunungan hasil bumi berisi aneka sayuran dan buah-buahan. Prosesi ini merupakan wujud rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki dan keselamatan agar terhindar dari segala bencana dan marabahaya.
Selama dua hari prosesi Saparan ini juga dimeriahkan oleh pentas sejumlah kesenian tradisional diantaranya ketoprak budaya Dusun Windusajan Wahyu Budaya.
Camat Sawangan, Yusuf Ari Wibowo yang hadir dalam acara tersebut memberikan apresiasi kepada warga Dusun Windusajan, Desa Wonolelo yang tetap melestarikan tradisi sedekah bumi, merti dusun, Saparan setiap tahunnya. Hal itu tentunya merupakan sebuah ungkapan rasa syukur yang mengandung nilai nilai kegotongroyongan masyarakat.
“Tentunya positif dan saya berterima kasih atas warga yang masih melaksanakan tradisi baik,” ungkapnya.
(*/N1)