NYATANYA.COM, Yogyakarta – Momen peringatan HUT ke-77 Republik Indonesia (RI) hanya tinggal hitungan hari saja.
Prosesi pengibaran bendera sang Merah Putih adalah salah satu yang dinanti dalam upacara detik-detik proklamasi Kemerdekaan RI oleh masyarakat, tak terkecuali bagi para Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).
Namun bukan hal mudah menjadi anggota Paskibraka. Selain harus melewati seleksi yang ketat, mereka yang menjadi calon masih akan menjalani latihan ketat pula.
Sebagai pasukan yang membawa bendera negara, tentu mereka dituntut untuk tampil sebaik mungkin saat acara pengibaran berlangsung.
Tak hanya mahir baris berbaris, namun para calon Paskibraka ini juga harus mempunyai mental dan fisik yang kuat.
Hal ini seperti yang dirasakan Pramesti Lintang Damar Sejati atau akrab disapa Arsi. Tak hanya kesiapan fisik, ia juga harus menyiapkan mental agar bisa tetap berlatih dengan baik dan disiplin.
Namun ia bersyukur bisa menjadi salah satu calon anggota Paskibraka. Menjadi anggota Paskibraka merupakan cita-citanya sejak kecil, selain itu siswi kelas 11 IPA 2 di SMAN 1 Teladan Yogyakarta ini juga termotivasi oleh sang kakak yang telah lebih dulu menjadi anggota Paskibraka.
“Perasaan saya tentunya senang dan bahagia bisa bergabung di Paskibraka Kota Yogyakarta, nggak nyangka saya bisa lolos dan sampai sejauh ini, sejak menjadi calon Paskibraka Kota Yogyakarta, banyak ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan,” tuturnya saat di temui di sela latihan belum lama ini di Balaikota Yogyakarta.
Asri pun menceritakan proses seleksi Paskibaraka tingkat Kota Yogya yang cukup panjang dan melelahkan.
Awalnya, ia mengikuti pendaftaran online, kemudian dilanjutkan dengan seleksi postur dan administrasi, setelah itu tes baris berbaris, tes fisik, dan yang terakhir tes wawancara.
“Dari SMAN 1 Teladan Yogyakarta awalnya mengirimkan 9 dan Alhamdulillah sekarang yang lolos ada 8 orang termasuk saya,” katanya.
Baginya proses panjang tersebut merupakan tantangan, sebab disetiap tahapan seleksi, ia dapat menemukan pengalaman baru dan bertemu dengan teman-teman baru.
Suka dan duka selama berlatih juga ia ceritakan, seperti ketika ia melakukan kesalahan dalam berbaris, ia mendapatkan sebuah hukuman dari para kakak senior.
“Tetapi dibalik hukuman itu ada sebuah tujuan yang ingin kakak-kakak sampaikan namun secara tersirat kepada kami,” ungkapnya.
Selain itu ketika Arsi jatuh sakit namun ia tetap harus latihan, hal tersebut menjadi tantangan tersendiri baginya.
“Apabila sedang sakit atau ketika ada masalah dengan keluarga, saya harus tetap latihan disini,” katanya.
Dan sukanya ketika mereka mendapatkan apresiasi dari para senior ketika formasi mereka benar. Karena status yang sama tanpa embel-embel almamater, rasa kekeluargaan yang erat pun muncul dalam diri para peserta calon Paskibraka.
Pengorbanan lain yang harus ia lakukan yakni membagi waktu antara sekolah dan latihan rutin calon Paskibraka.
Pada awalnya Arsi sempat keteteran dengan tugas sekolahnya, namun karena manajemen waktu yang baik serta disiplin yang tinggi, ia mampu menyelesaikannya.
“Pengorbanan secara fisik seperti pulang dari latihan harus bersih-bersih badan, lalu mengerjakan tugas dan kembali belajar, tentunya waktu tidur pun juga berkurang,” ceritanya.
Saat namanya masuk dalam daftar calon Paskibra tingkat Kota Yogyakarta, Asri pun harus mengikuti karantina selama 9 hari, yakni mulai 10 Agustus hingga 19 Agustus 2022 mendatang.
Selama karantina ia juga harus rela hidup tanpa gadget. Namun dibalik itu semua, gadis dengan tinggi 167 cm tersebut mengatakan ada banyak hal yang ia dapatkan saat karantina.
Mulai dari latihan, ditempa, hingga menyanyi bersama membuat kekeluargaan diantara Asri dan anggota lain terjalin sangat erat.
“Saya meyakini segala sesuatu yang saya jalani saat ini dengan baik tentu akan membuahkan hasil yang baik juga di masa depan,” terang remaja yang hobi olahraga ini.
Dalam kesehariannya, Arsi dikenal sebagai gadis yang kalem dengan pembawaan yang tenang. Saat menjalani karantina, ia juga dikenal taat dalam beribadah.
“Semua pengalaman yang diperoleh selama ini dapat merubah saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi,” katanya.
Terlepas dari kisahnya sebagai calon Paskibra, perempuan yang bercita-cita ingin meneruskan kuliah di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) tersebut mengatakan bahwa ia ingin mengisi kemerdekaan dengan terus belajar agar menjadi sukses dan berguna.
“Tentang nasionalisme yang semakin luntur, saya rasa kita harus sadar bahwa Indonesia itu ya kita, generasi muda yang akan meneruskan perjuangan pahlawan,” tutupnya sambil tersenyum.
Hal yang sama juga diceritakan Bima Putra Febiyantara, siswa kelas 12 SMAN 11 Yogyakarta, motivasinya menjadi calon Paskibraka karena ia ingin membanggakan kedua orang tuanya, selain itu ia juga ingin mengabdikan diri kepada negara Republik Indonesia.
Baim sapaan akrabnya mengatakan telah mendapatkan berbagai pengalaman selama ia terpilih menjadi calon Paskibraka, terutama tentang kekeluargaan dan etika.
“Di Paskibraka ini rasa kekeluargaannya sangat erat, jika salah satu salah semua, jika jelek satu jelek semua, ini yang tidak saya dapatkan diluar Paskibraka,” katanya.
Sama seperti Arsi, pria yang bercita-cita menjadi seorang TNI Angkatan Darat ini juga sempat mengalami kesulitan dalam manajemen waktu, terutama dalam membagi waktunya ketika ia harus sekolah dan latihan.
Namun karena tekad yang sudah bulat, ia bisa melewati itu semua. Untuk mengejar ketertinggalan pelajaran di sekolah, Baim sendiri sering bertanya kepada teman sekolahnya, selain itu ia juga kerap belajar melalui YouTube dan berbagai platform yang ada.
Harapan Baim untuk HUT RI yang ke-77 ini adalah agar Indonesia dapat segera bangkit dari keterpurukan pandemi Covid-19, dan jaga terus persatuan dan kesatuan bangsa.
“Jadikan keberagaman menjadi sebuah kesatuan dan sebuah kekayaan,” ujarnya.
Mereka berdua juga berpesan kepada para generasi muda agar dapat melakukan aktivitas positif.
“Masa muda hanya terjadi sekali seumur hidup jadi gunakan sebaik-baiknya,” kata mereka dengan semangat.
(Han/N1)