Home / Panggung

Selasa, 3 Januari 2023 - 14:35 WIB

Mistis dan Sakral, Bedhaya Asthadikpalaka Karya Bai Populo Diluncurkan

Bedhaya Asthadikpalaka bermakna delapan dewa penjuru mata angin yang menguasai dan mengatur dunia. Foto: Ist

Bedhaya Asthadikpalaka bermakna delapan dewa penjuru mata angin yang menguasai dan mengatur dunia. Foto: Ist

NYATANYA.COM, Sleman – Bedhaya Asthadikpalaka karya Bai Populo diluncurkan, Jumat 30 Desember 2022 di Ohmmstay Kalasan Sleman Yogyakarta.

Bedhaya ini istimewa. Diciptakan sebagai gambaran fase hidup Bai Populo dari usia muda, dewasa hingga tua.

Event yang bekerja sama dengan Uniqlo ini dihelat dalam rangka ulang tahun ke-60 Bai Populo dan dimainkan oleh delapan penari, Bai Populo, Reyhan, Jojo, Momo, Yanu, Yolan, Redian, dan Dewa.

Bedhaya Asthadikpalaka bermakna delapan dewa penjuru mata angin yang menguasai dan mengatur dunia.

Bai Populo begitu khidmat membawakan bedhaya berdurasi 27 menit itu. Foto: Ist

Yaitu Indra (timur), Agni (tenggara), Yama (selatan), Niritti (barat daya), Baruna (barat), Bayu (barat laut), Kubera (utara), dan Iqana (timur laut).

Seperti bedhaya lain, atmosfer mistis dan sakral menguar saat Bedhaya Asthadikpalaka dimainkan.

Bai Populo begitu khidmat membawakan bedhaya berdurasi 27 menit itu.

“Awalnya nervous. Tapi senang banget. Acara lancar dan dihadiri banyak teman-teman saya dari Berlin (Jerman), Jakarta, dan dari mana-mana,” ungkap Bai Populo kepada para wartawan usai menarikan Bedhaya Asthadikpalaka.

Dalam menggarap Bedhaya Asthadikpalaka Bai Populo dibantu I Made Christian Wiranata Rediana dan Lantip Kuswaladaya.

Baca juga   Positif Covid-19 di DIY Tambah 1.386 Kasus, Sembuh 779 Orang

Sementara ilustrasi musiknya ditangani Anon Suneko.

“Usia 60 tahun, usia titik tolak. Usia paling penting dalam hidup. Sudah ke arah tua. Ide bikin bedhaya ini muncul setahun lalu. Kami sudah mulai berproses sejak tujuh bulan lalu,” terang Bai Populo.

Menurut Liliek Soemarlono, kerabat Bai Populo, pentas tari ini juga untuk memperingati setahun meninggalnya Tien Soemarlono, yang berpulang pada 29 Desember 2021.

“Ibu saya di masa hidupnya tiap ulang tahun selalu ada wayangan. Ibu sangat mencintai budaya Jawa. Mbah Kakung kami ahli pembuat wayang kulit di rumah ini. Jadi tidak heran kalau saya dan adik saya, Bai Populo, mencintai budaya Jawa,” kata Liliek Soemarlono dalam sambutan di acara tersebut.

Bai Populo dikenal sebagai perancang busana terkenal. Setelah 30 tahun tinggal di Jakarta dan Berlin Jerman, Bai Populo memutuskan tinggal di kampung leluhurnya di Kalasan Sleman.

Tak hanya fokus di fesyen, setelah mukim di Yogya, Bai juga mengarap batik dan lurik. Pun menari lebih intens.

“Saya kenal tari sejak kecil. Tapi 35 tahun sempat vakum, meninggalkan dunia tari. Kini saya seperti ditarik ke sini (rumah leluhur di Kalasan Sleman Yogyakarta). Sebagai orang Jawa, saya saya kerjakan batik dan lurik, juga belajar tari,” papar Bai Populo yang sempat menari di Sydney Australia, Berlin dan Prancis, membawakan tari tradisi Indonesia.

Baca juga   Menumpuk Kegelisahan Pandemi, Kelompok 'Anti Sport - Sport Club' Pameran Seni Rupa

Bagi Bai Populo, seni bisa menjadi identitas sebuah bangsa. Tanpa tradisi tidak ada identitas kuat.

“Kalau identitas sudah kuat, tidak akan goyah kalau menerima hal baru. Negara atau orang yang tidak kenal tradisinya, tidak punya identitas. Tidak berbudaya. Saat SD, saya belajar tari gaya Solo, setelah itu gaya Yogya,” tandas Bai Populo yang lahir di Magelang 25 Desember.

Peluncuran Bedhaya Asthadikpalaka ini dihadiri banyak artis, model dan selebrita, teman-teman Bai Populo.

Di antaranya Citra Subiakto, Izabel Jahja, Aida Normala, Milane Fernandez, Atmalia Wiryono, Erwin Parengkuan, Giulio Parengkuan, Aila Suprana, Yani Arifin, Gendis.

Bagi yang ingin melihat Bedhaya Asthadikpalaka ini bisa membuka YouTube kanal Ohmmstay. Ketik: Live streaming bajra sadrsa Ohmmstay Yogyakaarta.

(*/N1)

Share :

Baca Juga

JogjaROCKarta Festival 2022 mengubah tema menjadi History Continues. Foto: Ist

Panggung

JogjaROCKarta Festival NFT Akan Jadi Festival Rock Pertama di Indonesia Usung Konsep NFT Tickets
Bincang Sastra Jawa mewarnai acara Festival Sastra Yogyakarta, dengan mengangkat topik Sastra Jawa, Mistisme Jawa, Horoskop Jawa (Primbon dan Astrologi Jawa), dan Bincang Kurator Pameran. Foto: Humas Pemkot Yogya

Panggung

Membangun Ekosistem Sastra Lewat Bincang Sastra Jawa
Penyerahan sembako kepada warga sekitar Radio Geronimo. Foto: nyatanya.com/Dokumentasi Geronimo

Panggung

50 Tahun Radio Geronimo, Optimistis dengan Perubahan Zaman
Penampilan Kanjeng Sunan dalam sebuah acara belum lama ini. (Foto: Istimewa)

Panggung

Grup Qosidah Kanjeng Sunan, Tak Cuma Piawai Lantunkan Lagu Religi Tapi Juga Campursari
Meriahnya perlombaan yang dilaksanakan di arena pameran Taman Bunga Geletik Kecil #2 di Kopi Macan. Foto: Ist

Panggung

Ketika Perupa Perempuan Meriahkan HUT Kemerdekaan RI, Begini Cerita Serunya
Watie Respati bersama Andereas Prasetyo, Yusman S,Sn dan pelukis Ratih Alsaira. Foto: Ist

Panggung

Baru Dua Jam Dibuka, 10 Lukisan Terjual di Pameran Taman Bunga Gelitik Kecil #2
Hanung Bramantyo. (Foto:nyatanya.com/Instagram @hanungbramantyo)

Panggung

Hanung Bramantyo Positif Covid-19
Mahameru Rock Concert 2023 di Sport Park Alun-Alun Selatan Lumajang, Minggu (1/10/2023) malam. Foto: MC Kab Lumajang

Panggung

Gayeng dan Menghibur, Mahameru Rock Concert 2023 Bangkitkan Industri Musik di Lumajang