NYATANYA.COM, Sleman – Bedhaya Asthadikpalaka karya Bai Populo diluncurkan, Jumat 30 Desember 2022 di Ohmmstay Kalasan Sleman Yogyakarta.
Bedhaya ini istimewa. Diciptakan sebagai gambaran fase hidup Bai Populo dari usia muda, dewasa hingga tua.
Event yang bekerja sama dengan Uniqlo ini dihelat dalam rangka ulang tahun ke-60 Bai Populo dan dimainkan oleh delapan penari, Bai Populo, Reyhan, Jojo, Momo, Yanu, Yolan, Redian, dan Dewa.
Bedhaya Asthadikpalaka bermakna delapan dewa penjuru mata angin yang menguasai dan mengatur dunia.
Yaitu Indra (timur), Agni (tenggara), Yama (selatan), Niritti (barat daya), Baruna (barat), Bayu (barat laut), Kubera (utara), dan Iqana (timur laut).
Seperti bedhaya lain, atmosfer mistis dan sakral menguar saat Bedhaya Asthadikpalaka dimainkan.
Bai Populo begitu khidmat membawakan bedhaya berdurasi 27 menit itu.
“Awalnya nervous. Tapi senang banget. Acara lancar dan dihadiri banyak teman-teman saya dari Berlin (Jerman), Jakarta, dan dari mana-mana,” ungkap Bai Populo kepada para wartawan usai menarikan Bedhaya Asthadikpalaka.
Dalam menggarap Bedhaya Asthadikpalaka Bai Populo dibantu I Made Christian Wiranata Rediana dan Lantip Kuswaladaya.
Sementara ilustrasi musiknya ditangani Anon Suneko.
“Usia 60 tahun, usia titik tolak. Usia paling penting dalam hidup. Sudah ke arah tua. Ide bikin bedhaya ini muncul setahun lalu. Kami sudah mulai berproses sejak tujuh bulan lalu,” terang Bai Populo.
Menurut Liliek Soemarlono, kerabat Bai Populo, pentas tari ini juga untuk memperingati setahun meninggalnya Tien Soemarlono, yang berpulang pada 29 Desember 2021.
“Ibu saya di masa hidupnya tiap ulang tahun selalu ada wayangan. Ibu sangat mencintai budaya Jawa. Mbah Kakung kami ahli pembuat wayang kulit di rumah ini. Jadi tidak heran kalau saya dan adik saya, Bai Populo, mencintai budaya Jawa,” kata Liliek Soemarlono dalam sambutan di acara tersebut.
Bai Populo dikenal sebagai perancang busana terkenal. Setelah 30 tahun tinggal di Jakarta dan Berlin Jerman, Bai Populo memutuskan tinggal di kampung leluhurnya di Kalasan Sleman.
Tak hanya fokus di fesyen, setelah mukim di Yogya, Bai juga mengarap batik dan lurik. Pun menari lebih intens.
“Saya kenal tari sejak kecil. Tapi 35 tahun sempat vakum, meninggalkan dunia tari. Kini saya seperti ditarik ke sini (rumah leluhur di Kalasan Sleman Yogyakarta). Sebagai orang Jawa, saya saya kerjakan batik dan lurik, juga belajar tari,” papar Bai Populo yang sempat menari di Sydney Australia, Berlin dan Prancis, membawakan tari tradisi Indonesia.
Bagi Bai Populo, seni bisa menjadi identitas sebuah bangsa. Tanpa tradisi tidak ada identitas kuat.
“Kalau identitas sudah kuat, tidak akan goyah kalau menerima hal baru. Negara atau orang yang tidak kenal tradisinya, tidak punya identitas. Tidak berbudaya. Saat SD, saya belajar tari gaya Solo, setelah itu gaya Yogya,” tandas Bai Populo yang lahir di Magelang 25 Desember.
Peluncuran Bedhaya Asthadikpalaka ini dihadiri banyak artis, model dan selebrita, teman-teman Bai Populo.
Di antaranya Citra Subiakto, Izabel Jahja, Aida Normala, Milane Fernandez, Atmalia Wiryono, Erwin Parengkuan, Giulio Parengkuan, Aila Suprana, Yani Arifin, Gendis.
Bagi yang ingin melihat Bedhaya Asthadikpalaka ini bisa membuka YouTube kanal Ohmmstay. Ketik: Live streaming bajra sadrsa Ohmmstay Yogyakaarta.
(*/N1)