NYATANYA.COM, Magelang – Dalam situasi PPKM Darurat sekarang ini, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Magelang mengimbau warga Muhammadiyah melaksanakan Shalat Idul Adha di rumah bersama keluarga. Cara ini dinilai aman untuk menghindari bahaya penularan Covid-19.
Ketua PD Muhammadiyah Kabupaten Magelang, Jumari mengatakan Idul Adha tahun ini jatuh pada 20 Juli, bertepatan dengan hari terakhir PPKM Darurat Jawa Bali.
“Kita taati peraturan dengan tidak membuat kerumunan,” katanya, Jumat (9/7/2021).
Ia menyampaikan, takbir keliling, salat di masjid, di lapangan, atau di fasilitas umum juga ditiadakan. Keputusan itu juga sudah disampaikan dalam rapat pleno secara daring beberapa hari lalu. Rapat itu, jelas Jumari, diikuti sekitar 200 perwakilan organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah dan amal usaha Muhammadiyah (AUM) se-Kabupaten Magelang.
Jumari menjelaskan, meski salat di rumah masing-masing, protokol kesehatan tetap harus dijaga. Hal ini demi keselamatan bersama.
“Salatnya tetap memakai masker,” pesannya.
Tata cara salat id di rumah, juga tidak berbeda dengan pelaksanaan di lapangan. Jamaahnya minimal dua orang. Salat 2 rakaat, untuk rakaat pertama 7 kali takbir, rakaat kedua 5 kali takbir. Setelah selesai salat, imam memberikan khotbah.
Dikatakan pula, ketika dalam keluarga tersebut tidak ada laki-laki untuk menjadi imam, keluarga itu boleh tidak melaksanakan salat id karena hukumnya sunah.
“Dalam kondisi seperti itu, tidak melaksanakan juga tidak apa- apa, karena hukumnya sunah,” ucapnya.
Jumari secara tegas meminta warga Muhammadiyah harus mendukung upaya pemerintah dalam menghentikan laju penyebaran Covid-19. Turut mencegah, dan mengatasinya dengan menunjukkan sikap keagamaan, dan keilmuan untuk penyelamatan jiwa.
Warga Muhammadiyah juga harus menjaga stabilisasi sosial. Dengan menghindari perdebatan soal Covid-19. Atau menyampaikan pendapat pribadi, yang dapat menimbulkan kegaduhan.
“Kita tidak perlu terlibat perdebatan yang mengarah kepada tidak percaya Covid-19, dan menolak vaksinasi, yang mencerminkan sikap tidak menghargai ilmu, serta beragama secara bayani, burhani, dan irfani,” tandasnya.
Sebab, berdebat dalam situasi seperti saat ini bukan merupakan solusi. Warga Muhammadiyah harus menunjukkan sikap simpati, dan empati. Ia menyatakan, banyak isu pasien di-covidkan.
“Namun nyatanya rumah sakit kewalahan, dokter dan tenaga kesehatan banyak jadi korban, jumlah mereka makin berkurang. Ini kenyataan,” imbuhnya meminta hal ini untuk direnungi.
Selain itu, ia menganjurkan kepada masyarakat yang mampu, agar kurban kali ini dibarengi dengan sedekah sembako dan bumbu dapur. Sebab, banyak masyarakat yang kesulitan selama pandemi. (*)